3. Brave.

448 103 6
                                    

Sebelum baca, vote dulu, lalu komen, ok thanks.

***
Persiapan untuk keluar dari apartemen sudah selesai, mereka waktunya untuk segera pergi dari apartemen ini.

Haruto membuka pintu apartemennya, melihat kearah sekitar semoga tidak ada zombie yang tiba-tiba mengagetkan dirinya.

"Aman?" tanya Sodam membuat Haruto membuka pintu apartemennya.

Dari hal itu saja menandakan kalau aman, kondisi di lantai ini benar-benar sudah aman karena semua zombienya sudah di bunuh oleh Haruto dan Sodam tadi.

Bahiyyih langsung reflek menutup hidungnya ketika mencium bau amis darah yang memenuhi koridor apartemen ini.

"Mual? Harusnya kamu pakai masker," ucap Haruto sambil membuka tas untuk mencari masker agar bisa di gunakan oleh tunangannya.

Mau bagaimana lagi? Bahiyyih memang saat ini memiliki penciuman yang cukup sensitif karena sedang hamil itu.

Apalagi masih berusia tiga bulan, lagi masa trimester pertama di tambah beginian tambah mual pasti.

Bahiyyih hanya diam ketika Haruto memasangkan masker ke dirinya, mata Bahiyyih cuma menoleh kearah lain, berbeda dengan Sodam yang hanya menggeleng.

Pasangan ini benar-benar memang, kadang kelihatan gak saling perhatian, kadang terlihat lucu untuk di pandang.

Mereka lanjut berjalan, Bahiyyih memegang pisau di tangan kanannya dan tangan kirinya memegang tas yang di bawa oleh Haruto.

Sebenarnya jadi berat sih, tapi Haruto tidak peduli, asal cewek di belakangnya itu baik-baik saja.

Karena listrik menyala, otomatis liftnya tentu saja juga menyala, mereka segera masuk ke dalam lift yang untung saja kosong itu.

Bahiyyih bersandar di dalam lift sambil memperhatikan pisau di tangannya.

Biasanya dia menggunakan pisau untuk masak, kenapa jadi senjata buat membunuh zombie.

Dia belum melakukannya, tapi dia sudah diajarkan oleh Haruto dan Sodam selama di apartemen tadi.

"Tidak perlu takut saat membunuhnya, jika kamu mau tetap hidup, kamu harus berani," ingat Haruto sambil melirik kearah Bahiyyih yang masih bersandar di balik dinding lift itu.

Bahiyyih mengangguk, "Aku tau, lagipula aku tidak mau berakhir menjadi zombie, mereka jelek."

Ada-ada saja, pasti tentu saja jelek, tapi Haruto gak mau melanjutkan perkataan dari Bahiyyih, nanti bakalan jadi panjang dan kemana-mana.

"Ya, kalau bisa sih kalian gak boleh jadi zombie, aku masih harus melihat anak kalian."

Haruto saat mendengar ucapan Sodam hanya tersenyum, berbeda dengan Bahiyyih yang memperhatikan perutnya yang sudah mulai terlihat.

"Bodoh, kalau begitu kamu juga harus selamat," ucap Haruto membuat Sodam memutarkan kedua bola matanya.

"Tentu," balas Sodam yang bersungguh-sungguh lalu mereka langsung siap dengan posisi mereka.

Mereka memencet tombol lift ini sampai ke basement bukan lagi di lantai satu.

Karena itu menyusahkan, dia tau di lantai satu sudah di pastikan ada banyak zombie yang berkeliaran.

Saat lift ini terbuka, Haruto langsung reflek menusuk zombie yang tepat sekali berada di hadapannya.

Zombie tersebut langsung di tendang dengan kuat oleh Haruto.

Bahiyyih menelan air ludahnya sendiri, ini mengerikan, dia takut, tapi dia juga gak boleh mati mengenaskan dan menjadi zombie disini.

Mata mereka bisa melihat jika ada beberapa zombie yang berjalan dengan cepat kearah mereka.

City of Chaos - Haruto × BahiyyihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang