Bagai Harimau Menyembunyikan Kukunya

23 4 6
                                    

Langit yang gelap gulita tanpa taburan permata, mulai menurunkan air matanya. Aroma petrichor perlahan semerbak menusuk hidung siapa saja yang ada di sekitar sana.

Seorang gadis dengan bingkai emas yang bertengger di hidung bangirnya, terlihat tak berkutik di atas kasurnya seraya mencengkeram kuat genggaman tangannya pada sebuah gawai yang menampakkan rentetan kata dari sebuah situs web terpercaya. Entah apa yang ada di sana. Namun, dapat dipastikan tubuh si gadis langsung mematung sempurna tak bergerak, tak mengedip, dan tak bernafas selama sekian menit. Ia tak bisa mencerna dengan baik kata demi kata yang Ia baca. Rasanya jantung serasa jatuh pindah ke perut.

Seseorang, tolong ingatkan dirinya untuk bernafas agar segera sadar akan permukaan yang sebenarnya.

Seseorang, tolong raih dirinya untuk segera mencapai kesadaran.

Alam pun bagai mendukung suasana, Suara gemercik pun perlahan menjadi ribut terdengar karena terhempas angin. Langit seketika bercahaya kilat disusul suara yang cukup memekakkan telinga, membuat gadis berambut gelombang pun menjadi tersadar dan sesegera mungkin menghirup udara dengan tak sabarnya.

Setelah merasa cukup tenang, si gadis kembali melirik gawainya yang masih Ia genggam. Membaca lebih seksama sekali lagi guna mendapat simpulan.

Avoidant Personality Disorder.

Disebut juga dengan Gangguan Kepribadian Menghindar.

Gangguan ini ditandai dengan rasa tidak nyaman sosial dan penghindaran terhadap kontak interpersonal. Penyakit Gangguan ini bersifat langka. Perawatan dapat membantu, namun penyakit ini tidak dapat disembuhkan.

Membutuhkan diagnosis medis.

Orang dengan kondisi ini mungkin merasakan malu, takut, dan khawatir yang berlebihan.

Terapi bicara adalah pengobatan utama. Obat-obatan termasuk antidepresan dapat membantu beberapa gejala.

"Avoidant?..." Gumamnya.

"Oke tenang. Hal ini membutuhkan diagnosis medis. Itu artinya aku jangan mendiagnosis diriku sendiri. Aku tidak mungkin avoidant. Aku tidak mengalami gangguan kepribadian. Iya. Aku tidak gila kok. Aku tidak, a-aku hanya takut saja. Ya, aku bukan penderita avoidant. Aku tidak mau gangguan mental!" Tolaknya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Rahangnya mengeras, giginya menggemeretak, tangannya mengepal kuat sampai urat-urat terlihat tegang di sana. Matanya menajam dan meloloskan setitik air dari sudut kanan yang rasanya asin. Ketakutan yang berlebih kembali menyerang dirinya. Ia berteriak dalam batinnya sendiri. Menanyakan pertanyaan retoris. Menyalahkan keadaan yang ada. Menyalahkan dirinya sendiri.

***

"Katanya dia stres ya?"

"Pantes sering teriak-teriak."

"Tuh liat tetangga sebelah, kasian dia udah stres di usia muda."

"Jauh-jauh ah, ada orang rada gila."

"Katanya dia dituntut untuk bisa segalanya ya, tapi dia gak mampu."

"Oh ya? Iya sih, di sekolah juga dia gak pinter-pinter amat."

"Pantesan ditinggalin keluarganya. Haha, anak gak berguna ternyata."

"Dia pasti gak punya masa depan. Gimana mau bangkit dan sukses sendiri, kalo dia aja anti sosial dan gak pandai dalam bergaul. Gak kaget kalo nanti tiba-tiba ada berita bunuh diri, hahaha."

Cibiran yang sama lagi.

Bagaikan kicauan burung di pagi hari saja.

Gadis yang masih memakai seragam sekolahnya itu pun berjalan dengan sedikit cepat. Sepanjang jalan Ia hanya menundukkan kepalanya dalam-dalam, pikirannya hanya menyuruhnya untuk segera sampai di rumah.

Avoidant (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang