1

1K 81 11
                                    

Atsumu duduk diranjang sambil bergelung dalam selimut. Matanya yang merah macam hantu di film horor menatap penuh permusuhan pada Kiyoomi yang duduk dimeja kerja.

"Aku benci kamu, Omi!" Teriaknya.

Kiyoomi menghela nafas, "Mau sampai kapan kamu marah?"

Sudah 3 hari berlalu sejak kunjungan mereka ke Rumah Sakit, dan Atsumu memusuhinya selama 3 hari penuh sambil mengulangi kalimat yang sama macam kaset rusak.

Kiyoomi pusing dan lelah. Dia sibuk mengurus urusan perusahaan, ini pula ditambah dengan kemarahan Atsumu yang entah kapan selesainya.

"Nggak usah tanya-tanya! Aku marahnya masih lama!" Teriak Atsumu, lalu memeluk (atau mencekik lebih tepatnya) leher boneka rubah hadiah ulang tahunnya dari Kiyoomi dengan kuat.

Apa itu ancaman pembunuhan?

Kiyoomi menggelengkan kepalanya. Mungkin dia jadi negative thinking karena kelelahan.

"Kenapa kamu marah sih?"

Kiyoomi masih tak habis pikir. Bukankah harusnya dia senang karena mereka akan punya anak? Yah, memang sih jarang ada laki-laki yang hamil, sehingga mungkin saja Atsumu jadi malu dengan keadaannya. Tapi kasus male pregnancy saat ini bukanlah hal yang sampai selangka minyak goreng dipasaran, jadi seharusnya ia tidak perlu malu.

Dan lagi, Kiyoomi ragu kalau Atsumu punya sesuatu yang dinamakan rasa malu mengingat tingkah polahnya yang suka diluar nalar manusia normal.

Boneka rubah berukuran 1 meter melayang menghantam wajahnya, membuat Kiyoomi mau tidak mau kembali ke dunia nyata.

Apa-apaan...?

"Kamu pakai nanya kenapa aku marah?! Aku hamil, Omi! HA-MI-L! Hamil! Jelas aku marah! Dan ini salah kamu! Kan udah kubilang kalau main itu pake pengaman!" Teriaknya geram. Wajah Atsumu sampai memerah karena marah.

Kiyoomi mendecak dengan kening mengkerut.

Wajahnya sakit, omong-omong. Boneka ini tidak seringan bulu ayam dan dengan non akhlaknya Atsumu lemparkan ke wajahnya.

"Kok jadi aku? Kan kamu yang ajak main pas kamu demam kemaren. Udah kubilang pasang pengaman dulu, kamunya maksa buat gas aja. Ya aku masukin lah." Kiyoomi yang tak terima disalahkan membalas dengan wajah menyebalkan.

"Kalau tau aku demam jangan diladenin dong!"

Ia mengangkat bahunya acuh, "Ya kamunya maksa."

Atsumu melemparkan bantal ke wajah Kiyoomi, yang sayangnya berhasil dihindari dengan apik kali ini.

Atsumu mendecak.

"Heh! Bilang aja kamu seneng!" Tudingnya.

Kiyoomi menyeringai, "Emang."

"OMI!!!"

Bantal di kasur kembali melayang kearahnya, dan kali ini Kiyoomi membloknya dengan sukses.

Ada untungnya jadi mantan pemain voli.

"AH, NYEBELIN! Nggak mau tau pokoknya kamu harus tanggung jawab, Omi! Udah 4 minggu lho aku hamilnya!!!!"

Kiyoomi memijit pelipisnya sebelum ia menarik nafas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan.

Kenapa bisa ada manusia sebodoh Miya Atsumu ya di dunia ini?

"Miya, kalau kamu lupa kita udah nikah dari setahun yang lalu. Kita baru aja ngerayain anniversary pernikahan kita bulan kemaren. Tanggung jawab apa lagi yang kamu maksud?"

Atsumu nge-lag sesaat. Benar juga, kan mereka sudah menikah setahun lalu.

Kok dia bisa lupa ya? Foto nikahannya saja dipajang didinding kamar.

PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang