4

729 67 2
                                    

Morning sickness sudah menjadi salah satu dari keseharian Atsumu dan Kiyoomi. Bangun pagi, Atsumu akan mual juga muntah dan Kiyoomi akan mengurusinya hingga Atsumu tidak perlu bergerak untuk melakukan segala sesuatunya sendiri. Tahu-tahu ia sudah rapi, wangi, dan duduk manis menikmati makanan. Betapa nikmatnya hidup dilayani begitu.

Iya, Kiyoomi sudah jadi suami peka yang bangun sebelum Atsumu bangun padahal dia sendiri habis lelah lembur. Bikin bangga kan?

Akhir-akhir ini Kiyoomi makin gentle memang, Atsumu jadi terharu dengan perubahan sifatnya.

"Haha.."

Memegang semangkuk stoberi ditangan, Atsumu duduk selojoran disofa panjang seraya melahap buah tersebut dengan wajah berseri-seri.

"Dunia damai banget ya... Asik juga kita bisa santai berdua gini." Tawanya.

Pada sofa tunggal didepannya, Kiyoomi menatap Atsumu dengan ekspresi masam tapi tidak mengatakan apa-apa.

Atsumu menatapnya lama.

"Kenapa muka kamu gitu?" Tanya Atsumu, agaknya tidak senang melihat raut masam Kiyoomi dihari yang cerah dan damai itu.

Kiyoomi menatap laptop dipangkuan dan Atsumu yang berleha-leha secara bergantian sebelum menghela nafas.

"Nggak papa."

Atsumu angguk-angguk saja. "Kalau nggak papa senyum dong, Omi. Cuacanya lagi bagus nih."

"Aku senyum kok, kamu nggak bisa lihat emang?"

Sejauh yang Atsumu lihat, ia tidak menemukan barang sesentipun lengkungan bibir yang bisa disebut sebagai senyuman pada bibir Kiyoomi. Bibirnya masih datar (malah cenderung melengkung turun), merah, dan menggoda untuk dicium.

Oke, abaikan yang terakhir.

"Hee... Oke..."

Tapi ia terlalu malas untuk mengajak debat Kiyoomi yang kelihatan penat, jadi iya kan saja ucapannya. Lagian jarang mereka bisa santai berdua, mengingat Kiyoomi adalah orang sibuk, jadi sayang kan kalau waktunya hanya dipakai untuk debat.

Oh, sebentar. Atsumu mendadak teringat sesuatu karena membahas mengenai santai.

Kiyoomi ini kan CEO perusahaan, kok bisa dia leha-leha dirumah pada hari kerja begini?

"Omi, aku baru nyadar! Kamu kok nggak berangkat kerja?!" Pekiknya.

Kiyoomi memandang Atsumu dengan tatapan yang menyiratkan 'kamu-serius-nanya-gitu?'.

"Setelah hampir dua bulan sejak kita tau kalau kamu hamil, kamu baru nyadar kalau aku nggak berangkat kerja?" Sarkasnya.

Atsumu mengunyah stroberinya sambil tersenyum masam.

"Ya maaf, hehe. Tapi kenapa kamu nggak berangkat kerja?" Tanya Atsumu.

Kadang Kiyoomi lelah dengan kelakuan Atsumu yang suka marah jika dia tidak peka padahal sendirinya juga sama saja kelakuannya.

"Emang siapa yang bakal ngurusin kamu kalau aku pergi ke kantor?"

Atsumu mengangguk, "Iya juga.... Aduh, terus perusahaan kamu siapa yang urus dong?"

"Miya, teknologi udah canggih. Aku kerja dari rumah sekarang." Kata Kiyoomi sambil menunjuk pada laptop di pangkuannya.

"Oh, bisa gitu ternyata."

"Ya iya."

Keduanya kembali sibuk pada kegiatan masing-masing, sebelum Atsumu kembali melontarkan tanya.

"Kapan kamu masuk kantor lagi?"

Kiyoomi menatapnya curiga, "Kamu ngusir?"

"Astaga nethink banget, aku kan cuma nanya Omi!"

PregnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang