perhatian

14 4 3
                                    

☆.。.:* start .。.:*☆

Syera meneguk Saliva nya kasar, ia terpaku melihat Haruto yang rela datang demi seorang Amel.

Haruto segera menghampiri Amel, ia membuka talinya lalu menyuruh Amel untuk mencari tempat yang aman.

Haruto menggampiri Syera, ditatapnya mata bulat milik Syera yang tengah terpaku.

Haruto bersedekap dada, "maksud Lo kek gini apa?" Haruto mengalihkan pandangannya.

Syera tertunduk, "g-gue.."

"Udah, ga mutu ngomong sama Lo," Haruto berbalik menatap Amel, "Mel, ayo cabut."

Amel mengangguk lalu menghampiri Haruto.

"Syera, ga lucu gue harus pukul Lo, meskipun ini emang udah keterlaluan banget  Kita cabut dulu," Haruto menarik tangan Amel untuk keluar dari ruangan itu.

Syera masih setia menunduk, tak sadar air mata menetes dari pelupuk  membasahi pipi berisinya.

Syera terduduk dilantai kotor tempat ia berdiri, "Kenapa harus gini lagi sih?! Haruto, sebenarnya  gue sayang sama Lo!!" Syera berteriak sekeras-kerasnya mengeluarkan segala emosinya.

***

"Makasih," ucap Amel.

Haruto hanya membalas dengan senyum tipis.

"Ga ada yang lecet?" tanya Haruto.

"Ga ada."

Setelahnya, Haruto mencubit hidung Amel persis seperti Umika dan Kairi.

Haruto melepaskan cubitan itu lalu menatap langit yang mulai menggelap, "ini udah mau malem, gue anterin, ya?" tawar Haruto.

Amel tampak menimang, "boleh."

Akhirnya, Amel diantar pulang oleh Haruto.

Sampai dirumahnya, Amel menghela nafas, andai saja Haruto tidak ada, ia pasti masih dalam keadaan terikat saat ini.

Sang ibu datang dengan wajah masam, "dari mana saja kau?"

"Dari hutan, kenapa Bu?"

"Ngapain di hutan kamu?" tanya Ibu lagi.

"Diculik," jawab Amel seadanya.

Sang ibu mulai melembutkan tatapannya, "beneran?"

"Buat apa aku bohong, Bu? Aku aja masih syok ini."

Sang ibu lantas menghampiri Amel, ia segera memeluk anak perempuan satu-satunya.

"Kamu gapapakan? Ada yang luka ga?" tanya sang ibu setelah mereka melepaskan pelukannya.

"Ga Bu, ga ada kok, aku gapapa Bu," Amel tersenyum, "ya udah, aku kekamar dulu ya bu, bersih-bersih."

Ibunya mengangguk, "baiklah."

Amel menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya, ia mulai membersihkan diri.

Ia keluar dari kamar mandi, dilihatnya notifikasi di handphone miliknya.

Itu dari Haruto, ia lantas membukanya.

Mel? Kamu gapapa? Ada yang luka ga?

Amel tersenyum geli melihat isi chat dari Haruto, ia menatap luka memar ditangan kanannya.

Ia menimbang, perlu kah ini dikatakan? Jikalau ia mengatakannya pasti Syera tidak akan baik-baik saja besok.

Gue gapapa, kok. Aman👍

Yakin?

Iya lah, kan gue yang ngerasain, gimana sih lo

Ohh, yaudah, abis ini istirahat

Iya

Ketukan pintu kamarnya membuat dirinya sedikit tersentak, "Dek, makan dulu, yang lain udah dibawah tuh."

"Iya bu, bentar."

Amel lantas keluar kamar, lalu menuruni tangga untuk menghampiri meja makan.

Dilihatnya ada kakak laki-lakinya dan sang ayah yang sepertinya baru pulang kerja.

"Abis dari mana kak? Kok baru keliatan?" tanya Amel seraya menarik kursi untuk duduk disamping sang kakak.

"Sekolah."

"Ngapain sekolah? Kan udah malem."

"Ga perlu tau," jawab Arendi dengan wajah datar.

Amel berdecak, lalu mengalihkan pandangannya menuju makanan yang sangat menggugah selera didepannya.

Amel bertepuk tangan, layaknya anak kecil yang kesenangan melihat banyak makanan.

"Lo tuh dah gede, jangan kek anak kecil," celetuk Arendi.

"Dih? Saha lo?" sewot Amel.

Arendi tetap acuh memakan makanannya tanpa menjawab pertanyaan Amel.

Sang ibu menggelengkan kepalanya, "Udah, kalian ribut mulu. Cepetan dek makan, takut keburu dingin."

"Iya Bu,"

Mereka makan malam bersama dengan khidmat.

☆.。.:* tbc.。.:*☆

Arendi Hingya Putra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arendi Hingya Putra.

unexpected love [Haruto Treasure]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang