LIMA

47.6K 5.7K 125
                                    

                Nasa melirik Leo yang sedang memasukan krim ke dalam piping bag. Ada dua warna krim yang Leo masukkan ke sana. Putih dan coklat. Dengan membawa kedua piping bag yang sudah siap dengan corongnya masing-masing itu, Leo mendekat lagi pada Nasa yang sudah melahap satu keping macaron meski belum ditambahkan krim dan ditutup sebagai mana macaron selayaknya di sajikan.

Melihat hal itu, Leo geleng kepala sembari terkekeh kecil.

"Kamu suka banget makan-makanan manis begini, ya?" tanya laki-laki itu sembari kini membubuhkan krim di atas keping macaron.

Nasa kemudian mengangguk. Dulu, entah satu dua atau tiga tahun yang lalu, intinya Nasa sudah lupa kapan tepatnya itu, Leo sering menitipkan desert untuk Nasa melalui Sana. Nasa menerima dessert yang Leo buat setelah Nasa bertengkar dengan Anin—anak sambung Sana—karena rebutan makanan di rumah Leo. Memalukan memang. Tapi gimana ya, Anin itu kecil-kecil nyebelin banget.

Mungkin karena melihat itu, Leo merasa kasihan makanya sering mengirimi Nasa makanan. Tapi tidak sering juga. Hanya beberapa kali dan setelahnya tidak lagi. Makanya Nasa juga sudah lupa dengan laki-laki itu karena sudah berhenti memberikannya makanan. Lagi pula mereka tidak pernah berkomunikasi secara langsung. Leo memberikan makanan lewat Sana dan Nasa juga akan berterimakasih lewat Sana. Dan ya, setelahnya udah. Gitu doang.

"Setelah makan jangan ketiduran lagi ya, nggak nyaman pasti tidur di sofa," kata Leo lagi.

Nasa melirik jam tangannya. Sudah hampir pukul 3 pagi. Tapi tidak apa-apa. Balik subuh pun dia masih bisa tidur sepuasnya karena Nasa baru bekerja pukul 2 siang. Waktu itu dia ketiduran karena lelah sekali. Sekarang lelah juga, sih. Tapi Nasa belum mengantuk atau lebih tepatnya rasa kantuknya hilang karena sudah melihat macaron yang unyu-unyu begini.

"Kak Leo, biasanya masak sampai jam berapa?" tanya Nasa.

"Sampai makanannya selesai," jawab Leo.

Nasa mengangguk-angguk. Masakan Leo sudah hampir selesai.

"Habis ini selesai biasanya langsung tidur?" tanya Nasa lagi.

"Bersihin dapur dulu, mandi, terus tidur."

Nasa mengangguk lagi.

"Pulangnya ke apartemen seberang dong?"

Leo mengangguk. "Kamu gimana? Pulang ke rumah?" tanyanya.

"Pulang ke rumah kejauhan. Males juga nyetir malem-malem," jawab Nasa. "Di seberang apartemen sepupu aku. Biasanya aku tidur di sana kalau pulang terlalu malam."

"Iya, lagian nggak bagus juga perempuan nyetir malam."

Nasa mengangguk saja. Meski dalam hati tidak menyetujuinya. Memang kenapa kalau perempuan nyetir malam? Padahal Nasa biasa-biasa saja tuh. Dia juga kalau tidak malas dan lelah, tengah malam begini masih berani pulang ke rumah nyetir mobil. Tapi dari pada memelih berdebat, Nasa memilih diam saja. Dia selalu menerapkan metode diam ini sama seperti kalau Papinya sedang mengomel. Terlihat menyetujui padahal enggak.

"Aku mandi dulu ya," kata Leo yang sudah menyelesaikan pekerjaannya di dapur. "Nggak lama. Nanti ke apartnya bareng aja."

Nasa mengangguk lagi, sambil menikmati macaron yang entah sudah keberapa masuk ke dalam mulutnya.

*__*

"Kamu nggak bawa jaket?" tanya Leo saat mereka hendak keluar dari dapurnya. Melihat Nasa yang hanya mengenakan kemeja seperempat lengan dan juga celana panjang, laki-laki itu menghentikan langkahnya saat akan membuka pintu dapurnya.

Nasa menoleh pada Leo kemudian mengangguk. "Bawa sih, tapi di ransel. Ranselnya di mobil."

"Mobilnya dimana?" tanya Leo.

As Sweet As Nasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang