1

366 34 4
                                    

Enchanted Forest. Satu hutan dekat dengan Lantis Mountain yang tandus, begitu luas hingga memenuhi sepertiga bagian selatan dari Land of Dawn. Hutan yang begitu beragam dengan berbagai macam ras di dalamnya. Namun hutan ini juga bisa dibilang menyeramkan karena berbatasan langsung dengan Dark Abyss yang dipenuhi oleh iblis dan makhluk-makhluk kanibal, makhluk-makhluk yang haus akan darah dan daging-daging penghuni Enchanted Forest dan Barren Land, terutama para Manusia, Elf dan Leonin.

Tak jarang jika begitu banyak pemburu iblis yang menetap di sini. Baik dari mereka yang pernah menjadi korban serangan iblis, maupun utusan Gereja dan utusan Kerajaan.

Barren Land, bagian paling selatan ini adalah bagian paling krusial dari segalanya. Hanya para kesatria yang benar-benar berpengalaman yang ditempatkan di sana karena para iblis bisa datang kapan saja, baik siang maupun malam.

Tak beruntung bagi 4 orang ini yang nyaris terjebak di sana, lari dari ratusan iblis dan monster-monster yang dipimpin langsung oleh Demon Queen Alice. Hingga akhirnya mereka tertolong dengan taktik Xavier yang mengirimkan sinyal permintaan tolong dengan sihirnya ketika melihat kawan-kawannya kelelahan hampir kehabisan mana dan energi.

Tak sampai lima belas menit sebelum mereka benar-benar terkapar dan kalah dari para monster itu, Benedetta dan Ranger pemburu iblis bagian selatan  datang menghabisi mereka tanpa ampun dan tak menyisakan apapun.

4 orang itu hampir tak sadarkan diri dan akhirnya dibawa setelah para iblis itu musnah dan pemimpin mereka kabur kembali ke Dark Abyss setelah melihat para pemburu iblis datang.

Kini 4 orang yang ditolong itu sedang berada di markas pemburu iblis di Barren Land. Yin dan Melissa terluka parah hingga mereka tak diperbolehkan untuk banyak bergerak, sementara Xavier perlu melakukan meditasi penuh karena sihir dalam tubuhnya tak bersirkulasi dengan benar akibat kelelahan, luka Julian cukup berat di tangan kirinya, namun ia masih bisa dibilang paling ringan dibandingkan 3 orang lainnya.

Netra merah itu menatap api yang tengah membakar panci di atasnya, masih terpikirkan akan perkataan Xavier dan Alice mengenai Uskup Agung.

Teringat pula ingatan soal ibunya yang sempat keliru. Dalam hatinya ia sangat bersalah setelah 10 tahun menyalahkannya. Terlalu banyak hal mengerikan yang ia saksikan dalam pembantaian itu hingga mentalnya begitu hancur dalam kesepian dan kehampaan, berjalan hingga 10 tahun tanpa terobati, bertahan hidup demi berbakti pada Gereja yang menyelamatkannya.

Nyatanya, pria tua itu hanya ingin memanfaatkan traumanya dan hendak menjadikannya mesin pembunuh dengan dalih penyucian. Ia tak ingin mengakui, namun perkataan Alice ada benarnya. Terlebih lagi Xavier juga merupakan saksi hidup saat itu, tak salah juga ia berkhianat karena pria tua itu selalu menyuruhnya untuk membunuh orang-orang tak bersalah dengan dalih penyucian, padahal ia hanya haus akan kekuasaan dan tak ingin ada klan di wilayahnya yang mengancam keberadaannya.

Syukurlah Julian masih punya akal sehat untuk berpikir meski 10 tahun ini ingatan dan sinkronisasi wajahnya sering kacau.

"Tidak bagus melamun di malam hari, kalian aman di sini, takkan ada iblis yang mengacau di sini, sebaiknya tidak perlu dipikirkan." Suara tegas Benedetta langsung mengalihkan pikiran Julian yang sedari tadi runyam.

"Ah. Maaf." Julian mengalihkan pandangannya dari api yang masih membara itu. "Terima kasih banyak sudah menyelamatkan nyawa kami."

Benedetta tersenyum tipis. "Itu sudah menjadi kewajiban kami." Ia pun menyodorkan sebuah mangkuk berisikan sup jagung. "Makanlah, aku tahu kau butuh karbohidrat untuk energimu."

"Terima kasih banyak."

"Hidup memang berat, semangat ya." Benedetta sedikit menepuk bahu kanan Julian, ia jelas menyadari pandangan sendu pria itu, pandangan yang sama dengan Alucard dan dirinya saat masih remaja dulu. Ia pun beranjak sambil membawa mangkuk-mangkuk berisi sup untuk 3 orang korban lainnya.

Forsaken LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang