4

177 22 2
                                    

"Salam kepada Tuan Putri dari Azrya Woodlands." Benedetta sedikit membungkuk sebagai tanda kesopanannya terhadap tamu spesial yang datang kali ini.

"Bennie? Kau kerasukan sesuatu? Mengapa jadi formal begini?" sang tamu spesial justru melipat tangannya di dada keheranan.

"Sshhh, Miya ... mengapa kau tidak bisa diajak serius sih?" bisik Benedetta, cemberut.

"Ppffft." Miya justru menahan tawa. "Sudahlah, tidak perlu formal, aku ingin lepas sejenak dari hal-hal berbau etika bangsawan yang membosankan itu."

"Terserah kau sajalah," jawab Benedetta, "Omong-omong apa yang membuatmu sampai datang langsung ke sini? Apa di sana terjadi serangan iblis?" tanyanya.

"Tidak juga, aku pusing di Istana dan butuh jalan-jalan saja," jawab Miya. "Oh ya kudengar kamp-mu memesan tambahan 4 dus untuk stok cokelat cair, apa kau kedatangan banyak anggota baru?" tanya Miya.

"Tidak ada, aku hanya ingin memberikan motivasi kepada 4 orang yang tim kami selamatkan kemarin lusa, mereka butuh pelatihan lebih lanjut."

"4 orang?"

"Ya mereka terjebak oleh serangan iblis pimpinan jalang itu. Kami menemukan bakat yang bagus dari mereka jadi kami memutuskan untuk melatihnya di sini sebelum terjun langsung ke Sanctury nanti," jawab Benedetta. "Salah satu dari mereka adalah mantan penyihir menara yang dulu mengabdi di Gereja ada juga yang merupakan mantan anggota Raven."

"Ah aku mengerti."

"Jika kau ingin bertemu mereka aku bisa mengenalkan mereka padamu."

"Aku ingin tahu kemampuan mereka, apa salah satu dari mereka ada yang bertipe Marksman atau support?" tanya Miya, "mungkin aku bisa membantu sedikit."

"Wah, suatu kehormatan Tuan Putri Miya ingin membantu, hamba sangat berterima kasih."

"Bennie." Miya memasang wajah datarnya.

"Ppffft ... baiklah, baiklah, aku akan mengantarmu ke kamp Marksman, dia berlatih di sana."

"Ayo fokus Melissa, fokus." Melissa menepuk-nepuk pipinya sendiri sambil terus melihat papan target yang berada 500 meter di depannya, jarak terjauh lemparan jarumnya hanyalah 250 meter. Ia pun mulai mengambil kuda-kuda dengan posisi tangan yang siap untuk melempar jarum ajaib miliknya.

SWOOSH!!

Sedetik kemudian jarum (salinan) itu pun melayang dengan cepat, namun lagi-lagi ia tak mengenai papan target di depan.

"Ah ... belum cukup." Melissa kembali memasang kuda-kudanya.

ZRATT!!

Sebuah dart mendarat tepat di titik merah target itu. Melissa terpaku sejenak, ia bahkan belum melempar jarumnya ke sana. "Wah ... hebat." Ia kagum sambil menoleh ke arah orang di sebelahnya.

"Fokuskan tenaganya ke tanganmu." Orang itu tersenyum.

Melissa terperangah melihat siapa yang ada di sebelahnya. Rambut putih dan telinga runcingnya, ia pernah mendengar tentang bangsa Elf dan segala keajaibannya di sana, namun ia tidak pernah melihatnya langsung seperti ini.

"Halo?" Elf cantik itu mengibaskan tangannya di depan wajah Melissa. "Apa wajahku menyeramkan?"

"Ah. Maaf Nona, saya belum pernah melihat Elf sebelumnya, jadi saya sedikit kaget." Melissa menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Salam kenal Nona, nama saya Melissa." Ia sedikit membungkukkan badannya.

"Ah, tidak perlu menggunakan bahasa formal. Biasa saja. Panggil aku Kak Miya, oke?"

"Oke!" Melissa tersenyum. "Kak mohon ajari aku cara melempar dart seperti tadi." Sedetik kemudian ekspresinya berubah sedih karena sudah dua jam ia mencoba hal ini namun belum satupun jarum yang mencapai papan.

Forsaken LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang