10

627 104 4
                                    

Drrttt..
Drrtt...

"Halo?" jennie mengambil ponselnya yang di pagi hari ini sudah berdering, walaupun dengan keadaan matanya yang masih tertutup dia mengangkat telponnya dan menyapa orang di sebrang dengan suara serak khas bangun tidur.

Tidak ada yang terdengar...hanya ada suara tangis di sebrang sana yang membuat jennie kebingungan, perlahan dia membuka matanya dan melihat siapa yang menelponnya di pagi buta seperti ini.

Samchon

Ternyata pamannya lah yang menelpon dirinya, semakin di buat bingung jennie akhirnya menempelkan kembali benda persegi itu pada telinga nya.

"Paman?..."

"Nak, hari ini kamu bisa pulang?" ujar paman jennie dari sebrang, ketara sekali jika di sana sedang terjadi masalah, bahkan terdengar suara bibi nya yang sedang menangis sesegukan banyak juga suara tangis anak kecil disana.

"Ada apa paman? Apa terjadi sesuatu di sana?" tanya jennie khawatir.

"Ne-nenek sudah tiada jennie" jawab pamannya, nada suara nya memelan di sana pamannya sedang menahan agar air matanya tidak keluar.

Jennie terdiam, dia terkejut dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh pamannya, perlahan air matanya turun membasahi pipi nya.

Neneknya itu yang sudah merawat diri nya saat usia nya sembilan tahun, di usia yang masih dini itu jennie sudah di tinggal pergi oleh ayahnya karena sebuah kecelakaan, sedangkan ibunya meninggal saat dirinya di lahirkan dan mulai saat itu dirinya tinggal di rumah bibi dan pamannya bersama neneknya.

Karena bibi dan pamannya setiap hari bekerja di ladang, neneknya lah yang merawat jennie dan menemaninya di rumah, sekarang jennie merasa kehilangan neneknya, dirinya menyesal karena saat di akhir hidup neneknya dia tidak ada di sana menemani neneknya.

"Jennie?" panggil pamannya dari sebrang karena jennie hanya terdiam dari tadi hanya ada suara isak tangis nya.

"Pagi ini jennie ke sana paman, secepatnya" ujarnya setelah terdiam beberapa detik.

"Baiklah, paman akan menjemputmu di stasiun, jangan menangis oke? kamu itu anak yang kuat" ucap pamannya menyemangati jennie dengan senyum yang terpatri di bibi nya, walaupun jennie tidak dapat melihat nya ia bisa merasakan jika pamannya sedang tersenyum di sana.

Jennie tersenyum tipis dan mengangguk.

"Iya paman, aku matikan telponnya ya, aku akan mengemasi bajuku"

"Baiklah"

Tut..

Saat sambungan telpon bersama pamannya sudah terhenti, ia segera mencari kontak taehyung. Dalam hati nya terus memohon agar taehyung mengangkatnya.

"Halo"

Lega, jennie merasa lega saat panggilan telponnya terangkat oleh pria di sebrang sana.

"Kenapa, jennie?"

"P-pak, s saya mau minta izin"

"Untuk?"

"Saya izin untuk nanti tidak bekerja dan beberapa hari ke depan nya nanti"

"Kenapa?" taehyung bertanya dengan nada yang cukup tinggi dan sedikit terkejut, dapat di dengarnya juga suara sesegukan jennie melalui telpon.

"Ne-nek saya meninggal"

0o0

Di stasiun, jennie duduk menunggu kereta datang. Sekarang sudah jam tujuh, mungkin sekarang jennie sedang memandikan roowon seperti biasanya. Tadi saat mendapatkan kabar dari pamannya masih pagi sekitar jam empat pagi, jadi saat selesai menelpon pamannya dan meminta izin pada taehyung, dia segera mengemasi barangnya juga mandi dini hari.

Jennie tidak sempat sarapan apapun di rumah, dia langsung pergi ke stasiun menggunakan taxi online.

Dan di stasiun jennie membeli satu bungkus roti coklat juga air putih dingin sebotol berukuran kecil untuk menahan rasa laparnya.

Saat selesai memakan roti dan meminum air putih nya, di buangnya bungkusan itu pada tempat sampah di belakangnya.

"LEE JENNIE"

Jennie yang merasa namanya terpanggil pun menoleh, dan mendapati presensi seorang kim taehyung dan juga rowoon yang berada di gendongannya.

"Taehyung-nim?" lirihnya pelan, jennie berdiri dari tempat duduknya lalu sedikit berlari menghampiri Taehyung dan Rowoon yang berada di pinggir pembatas tempat tunggu kereta.

"Kenapa kalian di sini?"

Taehyung menunduk melihat Rowoon"dia"

Jennie melihat rowoon yang berada di gendongan taehyung, bocah itu sedang tersenyum dengan sangat lebar hingga memperlihatkan gigi-giginya. Jennie tersenyum lalu merentangkan tangannya pada rowoon berniat mengambil alih rowoon dari gendongan taehyung.

Rowoon, bocah itu tentu saja langsung menerima tawaran jennie, dan sekarang dirinya sudah berada di gendongan jennie.

'Kereta tujuan Seoul - Tongyeong akan segera tiba di stasiun, di harapkan untuk para penumpang bersiap-siap'

Jennie dan  Taehyung kompak menoleh pada alat pengeras suara di stasiun yang terletak di beberapa tempat stasiun. Lalu mereka saling pandang dan terjadi kehenengin sesaat dengan keempat mata yang masih saling bertatapan.

Rowoon, bocah itu bergantian melihat Taehyung - Jennie, lalu tangannya mulai mengambil lcd nya dari tas berukuran mini yang selalu di bawanya. Tangannya mulai menuliskan sesuatu di layar tersebut tanpa memedulikan kedua manusia berbeda jenis kelamin yang masih saling tatap.

Tangannya menepuk-nepuk tangan ayah nya yang membuat dua manusia itu langsung tersadar dan mengalihkan tatapannya pada Rowoon. Rowoon menyerahkan lcd nya pada Taehyung yang tertulis 'ayo kita pergi bersama aunty juga' 
dan saat Taehyung selesai membacanya dirinya menatap Rowoon yang sedang memasang wajah melas serta memohonnya.

"Kami akan ikut kau pergi ke Tongyeong" ucap Taehyung tiba-tiba pada jennie.

"baikla- tu-tunggu? apa!?" balas jennie di akhir kalimatnya sedikit meninggikan nada bicaranya.

"Ah..maaf" ucap nya setelah menyadari beberapa orang yang sedang melewati tempat mereka berdiri melihatnya. "Apa kalian yakin? aku akan pergi ke desanya bukan kotanya, dan ku pikir seperti nya kalian tidak akan betah tinggal di sana."

"Tak apa, aku bisa mencoba hal baru juga di sana bersama Rowoon"

"Tapi di sana kot-"

"Shutt .. kau bawa rowoon ke tempat mu dulu aku akan menyusul" sela taehyung yang di angguki jennie patuh.

(tbc)

Pendek ya? Nanti chap depan bakal di panjangin deh.

Yg baca doang gak ada niatan mau ngevote? vote doang kok gausah komen juga ya gpp.

22/06/22
22 juni 2022

my psychiatrist is my motherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang