Pertengkaran

3 0 0
                                    

Malam itu, hujan deras mengguyur kerajaan Credo. Selama 2 malam wilayah kerajaan Credo diguyur menyeluruh, habis-habisan tanpa henti.

Rumah bangsawan Vellanic tampak ramai dari luar, "Nenek, apa yang harus kita lakukan? Anak itu masih saja pergi tanpa pamit. Ini sudah malam dan hujan tidak henti-hentinya turun selama 2 hari ini," Janne mondar-mandir tidak bisa tenang seraya terus bolak balik melirik jendela dan pintu yang terbuka lebar.

Nenek tua itu tidak sejalur dengan pemikiran Janne yang selalu ambil pusing dengan tingkah laku Lana yang keluar tanpa pamit. 

"Nenek?!" Keluh Janne. 

"Sudahlah Janne, Lana hanya pergi sebentar, nanti juga dia pasti kembali," timpalnya seraya menyeruput teh hangat itu. 

"Aih!" Janne kesal.

"Nenek! Aku pulang!" 

Suara gadis itu terdengar dekat, diambang pintu masuk. Nenek menanggapi kedatangan Lana dengan senyuman tapi tidak dengan Janne.

"Lana!" Janne langsung menarik telinga Lana kasar. "Aw! Aw! Aw! Janne, sakit!" Ringis Lana. "Dari mana saja kamu, ha?! Dari mana?! Keluar tidak pamit, kamu mau bikin kami khawatir, ha?!" Janne tidak merespons rasa sakit Lana, dia terus menarik telinga keponakannya itu semakin keras.

"Aw! Janne, sakit! Lepaskan!" Lana berusaha melepaskan diri dari Janne yang merupakan menantu keluarga Vellanic, istri dari pamannya, Darrance Vellanic. 

"Janne, sudahlah. Lepaskan Lana," ucap lelaki itu dari atas tangga.

"Darrance, tolong aku!" Ucap Lana. 

Janne pelan melepaskan tangannya dari telinga Lana dan berpaling muka. 

"Ah! Ah! Ah! Sakit tahu, Janne!" Lirihnya, masih terasa.

"Lana, apa yang kamu lakukan di luar sana? Di tengah hujan deras begini?" Tanya Darrance sebagai paman dan pemilik rumah besar itu setelah sang kakak, Valentine tidak ada lagi. 

"Aku? Aku tadi hendak pergi ke toko buku tapi di tengah jalan aku tersemprot lumpur oleh seekor kuda pengangkut barang yang melintas," jelas Lana.

Darrance melempar handuk besar di tangannya itu pada Lana, guna mengeringkan tubuhnya yang basah. 

"Apa yang terjadi dengan bajumu?" Darrance memperhatikan pakaian Lana yang sobek, "Kamu terluka?" Tambahnya lagi. 

"Aku tidak apa. Tadi sempat terjatuh dari pohon waktu menolong seekor kucing yang tersangkut," Jelasnya.

Janne sedikit terkejut, namun tetap bersikap sinis. "Menolong kucing saja sampai jatuh, bagaimana menolong diri sendiri?" Sindir Janne sinis.

Lana sedikit terbawa namun, dia bersabar. "Ya sudah, cepat mandi dan istirahat. Tapi sebelum itu, bersihkan luka-lukamu terlebih dahulu." Darrance pergi meninggalkan Janne, Lana dan nenek di ruang tamu yang besar itu.

Nenek Yobha setia menunggu Lana mandi dan berganti baju. "Nak, tidak usah pikirkan perkataan Janne, dia hanya khawatir." Ucapnya pelan sambil menyeka luka Lana sebelum diobati. 

"Tenang saja, nek. Aku sudah biasa dengannya, sudah jadi makanan sehari-hari kok, nek. Sudah kebal." Tuturnya santai. Nenek menanggapi kesabaran Lana akan Janne yang terlalu posesif dan over untuk keponakannya sendiri. 

"Sudah!" Nenek langsung berdiri menggunakan tongkat kayunya.

Lana membersihkan alat-alat yang digunakan untuk menyeka dan membalut lukanya itu, lalu meletakkannya di atas meja kosong di samping tempat tidur. 

"Nenek!" Lana memanggil nenek Yobha yang hendak keluar dari kamarnya. Dia hanya menoleh menanggapi panggilan Lana. 

"Nenek, terima kasih!" Ucapnya lantas tersenyum. Nenek Yobha hanya tersenyum tipis dan pergi.

LANA: First StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang