Identitas Lana

1 0 0
                                    

"Cepat!" Perintah seorang komandan itu. Pagi-pagi sekali akademi sudah ramai. Semua penghuni akademi berusaha tenang di tengah teror kabut sihir yang tiba-tiba menyerang lagi semalam. Tetapi dibalik itu semua, para kepala divisi harus berbagi tugas untuk mencari dan membawa Lana kembali serta menyiagakan semua situasi akan datangnya teror lagi.

"Stella, ayo makanlah!" Ajak Jun melihat sikap Stella yang diam sedari 3 hari yang lalu. "Kalau kamu tidak makan, kamu akan sakit!" tegurnya lagi. Tapi Stella tetap diam. Tidak mau berbicara, bergerak dari tempat tidur ataupun melakukan aktivitas yang lain. Pikiran dan hatinya hanya tertuju pada Lana. Ia begitu khawatir bahkan tidak berpikir akan dirinya sendiri.

"Stella, ayolah. Kumohon!" Jun semakin putus asa dengan Stella yang keras kepala tidak ingin makan. "Jun," Panggil wanita paruh baya itu dari belakang. "Madam," Sahut Jun. "Pergilah. Aku akan mengurusnya!" Suruh wanita itu. Lantas Jun pergi sesuai perintah Sarah, kepala akademi itu. Menutup pintu, menyisakan Stella dan Sarah seorang. Keduanya saling terdiam, baik itu Stella maupun Sarah.

Hh.. Sarah mengambil makanan yang ada di samping tempat tidur Stella.

"Makanlah. Jika kamu tidak makan, maka tubuhmu akan terserang penyakit!" Serunya memulai pembicaraan. Stella tetap diam. Tidak merespons sepatah pun. "Stella, aku tahu kamu bersedih, tapi berhentilah merajuk. Segeralah makan. Pulihkan tenagamu," Bujuk Sarah. Tetapi, tetap Stella tidak berkutik dengan kata-kata atau ajakan dari Sarah. "Hh.. Jika begini terus, kamu menghambat kami untuk bekerja lebih keras lagi menemukan lana," Stella menoleh melihatnya geram dan sinis.

Pyar! Piring pecah terdengar hingga ke telinga Jun dan yang lain di luar. "Apa yang bisa kamu perbuat?! Ha?! Ini semua salahmu! Kamu tidak tahu apa yang sedang terjadi!" Stella lantang dengan apa yang dikepalanya. Dia geram sekali. Benar-benar geram. Stella tidak pernah menyangka, akademi yang di banggakan ternyata membiarkan lana hilang begitu saja, "kamu bahkan tidak tahu apa yang ada di dalam diri lana. Kamu membiarkannya hilang begitu saja. Tidak pernah mengawasinya lebih. Ga-ga-gadis itu harus ditemukan!" Pekik Stella. Sarah diam. Sarah tahu dia salah. Sarah tahu dia tidak berguna. Dia tidak bisa berbuat lebih untuk melindungi satu anak didiknya.

"Maaf!" Sarah meminta maaf dengan tulus hati. Tetapi Stella melihatnya tidak lebih hanya sekedar permintaan maaf untuk reputasi. Segera, Stella beranjak dari tempatnya. Keluar dari ruangan itu dan pergi meninggalkan Sarah seorang diri. "Stella?" Panggil Jun tetapi tidak ditanggapi. Stella terus melaju tidak melihat Jun atau lebih tepatnya ia melintas di depan Jun dengan perasaan kacau.

Komandan itu berlari melewati Stella yang kalut. Dan berhenti tepat di depan jun yang memandangi Sarah merenungkan semuanya. "Di mana Madam?" Tanya orang itu. Jun tidak menjawab, dia hanya menolehkan kepalanya ke arah ruangan yang hancur itu. Komandan mengikuti arah kepala Jun, kemudian masuk menemui Sarah, "Madam. Ada harus segera kembali," Serunya. Sarah tetap diam, "Madam, Raja Xalliots datang beserta Vellanic!" Ucapnya. Tidak bergerak, Sarah tetap diam. "Madam!" Panggilnya lebih tinggi. "Baiklah. Aku akan ke sana!" Katanya berdiri.

Setelah menyeberangi gedung asrama, melewati halaman sekolah, gedung pembelajaran, Sarah dan yang lain tiba di gedung utama. Kedatangan mereka disambut langsung oleh pasukan kerajaan meski sebenarnya, Sarahlah yang seharusnya menyambut mereka. "Apa Raja di dalam?" Tanyanya seraya mengintip perlahan. Kepala pasukan itu mengangguk. "Yang Mulia, sudah menunggu Anda." Terangnya. Sarah langsung melesat ke dalam. "Yang Mulia!" Sapa Sarah. "Masuklah!" Ucapnya mempersilahkan Sarah mengambil tempatnya. "Maaf! Tidak mengabari terlebih dahulu," Serunya tersenyum. "Tidak apa. Ada apa yang mulia? Apakah ada Yang Mulia butuhkan dariku?" Langsung pada inti. "Ah, tidak ada. Aku datang karena mendengar salah satu peserta ujian akademi berasal dari bangsawan Credo," Sarah bingung. "Maksud, Anda? Ada beberapa bangsawan yang masuk. Tapi tidak ada yang berasal dari kerajaan Credo tahun ini," Tangkisnya. Mengingat tidak seorang pun yang berasal dari kerajaan yang jauh di sana selain para kaum awam. "Apa kamu yakin?" Darrance angkat bicara dan Sarah mengangguk, yakin!

LANA: First StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang