Kitab Sihir

1 0 0
                                    

Lana terus menerus membongkar lembaran buku di perpustakaan sedari kemarin. Tidak ada waktu untuk tidur bagi Lana. Berbeda untuk Stella yang tak tahan kantuk dan Jun yang harus kembali pada divisinya dan harus mengikuti rapat komando.

Hanya seorang diri di dalam perpustakaan besar dengan pencahayaan dari mutiara Painite yang mengalir menjadi lampu dan sumber listrik. Lana harus membaca ribuan buku untuk menemukan kitab sihir seperti yang dikatakan oleh Jun, "Lana, kitab sihir itu ada di dalam perpustakaan ini. Aku tak tahu yang mana, karena buku itu disegel oleh kepala Akademi agar tak ada yang menemukannya."

"Bagaimana aku bisa menemukannya jika seperti ini," Ketus Lana yang setia dengan semua buku yang di baca. Semuanya menarik bagi Lana, tapi ia harus menemukan kitab sihir yang menjadi prioritas utamanya sekarang.

Hh.... "Ini masih berada di bagian bawahnya saja. Aku harus membaca semua buku dari setiap rak yang ada di tengah, bawah dan atas. Tinggi sekali!" Lana menjadi heran, mengapa semua buku-buku yang bernilai sejarah ditaruh di atas. Dia memang tidak terlalu tinggi tetapi akan sangat merepotkan jika mengambil buku di posisi yang tinggi seperti itu. "Apa yang harus kulakukan? Mereka ditaruh di atas semua," Bingungnya.

Mengedarkan pandangannya berharap menemukan sesuatu. "Wah! Tangga!" Senangnya, lantas segera membawa tangga itu dan meletakkannya di posisi yang ingin dinaiki. Perlahan Lana menaiki tangga itu, memilah setiap buku dan membacanya sebentar. Ia tegak seraya terus mencari tanpa sadar jika tak berpegang pada rak buku. Aa... Ia menjadi goyah. Lana spontan memegang buku yang ada, namun tetap saja tidak bisa.

AAAAAAAA!!!!!!!!!!! Bruk! Terjatuh dan semua buku itu menimpanya.

Akh! "Adu-du-du-duh!!" Lana perlahan menyingkirkan semua buku yang menimbunnya bagai kuburan. "Aish..... Kenapa harus begini jadinya?" Kesalnya dalam posisi duduk dilantai perpustakaan.

Hh...."Jika seperti ini, aku tidak bisa menemukan kitab sihir itu. Padahal besok sudah akan dimulai!" Lana serasa putus asa. Bahkan mulai menciut karena tidak bisa menemukan apa yang di cari.

Hh... Kalau begini terus, aku tidak yakin Survival Battle besok akan berlangsung, Pikirnya. Lana berdiri dengan kasar, membersihkan debu-debu yang terjatuh di baju dan wajah serta rambutnya.

Kreeekk! "Siapa itu?!" Lana kaget mendengar suara yang berasal dari ujung perpustakaan. "Stella? Kamukah itu?" Panggil Lana ragu. Perlahan mulai melangkah mencari suara itu. "Jun? Kamukah itu?" Tanyanya lagi tapi tidak ada tanda-tanda manusia selain dirinya. Lana terus melangkah, berusaha menahan rasa takut yang mulai menghantui dirinya.

Swirrrlllll....

"Siapa itu?!!" Lana semakin takut. Kakinya mulai bergetar dan lunglai. Lana kali ini tidak tahu harus berbuat apa. Aa-ak-ku, ng-ngak bo-le-h taaaa-kut! Ucapnya dalam hati. Setengah melangkah, Lana masih tidak bisa. Ia masih merasa takut meski berkali-kali menelan saliva dan memotivasi dirinya agar tidak usah takut.

Jeglek!!! "Apa yang terjadi?" Lana menjadi tambah bingung. Lampu di dalam perpustakaan mati. Ia menjadi semakin takut dan bingung. "Ma-ma-ma-ma-ti lam-lam-pu!" terdiam, mencengkeram bajunya yang berbentuk rok celana terusan panjang dengan kuat dan keras.

"A-a-a-ap-a yang ha-ha-rus-" Lana menjadi semakin tidak karuan. Mulai berlari, sedikit tergesa-gesa, mulai meraba setiap sisi kanan dan kiri yang ia lewati. Lana hanya mengingat rute ia masuk melalui pintu yang besar dan tebal. "Pipipipipipin-tu," Lana terus berlari melewati setiap celah rak buku yang ada di tengah secara acak.

Sesekali ia terjatuh namun bangkit kembali, karena gelapnya perpustakaan. Hingga, ia merasakan dinding yang tebal dengan ukiran melalui sentuhan tangannya, Pintukah? Pintu perpustakaan berukiran bunga, tebal dan tinggi. Batinnya menerka. Ukiran, ukiran, ukir-an? Ukiran! Benar ini pintunya. Lana berhasil berada di sana. "Tolong! Tolong! Siapa saja di luar sana, tolong aku!" Lana memanggil siapa pun yang bisa digapainya dari dalam perpustakaan. "Tolong! Tolong aku! Siapa pun!" Lana terus berteriak tetapi tidak ada yang merespons.

LANA: First StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang