Matahari terbenam menyongsong hari yang baru. Hari di mana Survival Battle dimulai untuk mempertahankan diri agar diterima di akademi Emerald.
"Selamat pagi semua!" Teriak Sarah dari podium.
"Pagi!" Semua meneriaki antusias sambutan Sarah.
"Hahahaha, sepertinya kalian benar-benar bersemangat!" Senyumnya merekah.
"Semangat dari mana juga, orang aku loyo!" sahut Stella.
Lana meliriknya sesaat lalu berpaling.
"Hari ini saya, Sarah Ares Johansah, beserta segenap Emerald akademi meminta maaf atas tertundanya Survival Battle yang seharusnya terselenggara lusa yang lalu. Di Karena adanya beberapa kejadian di luar kendali dan dugaan, kami pun memutuskan untuk menunda sementara hingga tenang. Karena itu, kami pihak akademi akan memulai Survival Battle hari ini sesuai dengan pengumuman sebelumnya. Survival Battle akan dimulai pada pukul satu Siang. Lokasinya pun terbilang cocok untuk Survival Battle, yaitu hutan Hallstatt. Hutan dengan 8 keindahan yang berbeda," Jelasnya.
Ha? Hutan?- Hallstatt? Lana berpikir.
"Karena hutan ini unik dan terkenal dengan keindahannya, kami pun memutuskan untuk menyeleksi Survival Battle di sana. Kami telah menyediakan beberapa pakaian yang akan kalian kenakan, buku petunjuk, senter, bekal dan jubah sihir,"
Jubah sihir? Ah, jubah sihir!
"Lana, jubah sihir! Kita akan mengenakan jubah sihir!" Stella senang. Dia mengguncang tubuh Lana yang disampingnya tanpa berpikir perasaan Lana yang malu dilihat peserta lain.
"Sehubungan dengan letaknya yang berada di utara pulau Emerald, para Deas dan Deus akan mengantar kalian dengan kekuatan mereka-"
"Sepertinya menarik ya," Terka V yang di samping Albert, yang fokus dengan buku di tangannya.
"Emmm!" Balas Albert. Singkat.
"Kalian harus bisa bertahan dan membawa kembali bendera yang tersimpan di sana. Bendera-bendera itulah yang akan menjadi penanda kelulusan kalian untuk berada di akademi ini. Tanpa banyak bicara, saya sendiri yang akan mengawasi kalian di sana. Untuk itu, saya mohon kerja sama kalian untuk bersikap sportif dan tidak curang!"
"Sportif dan tidak curang? Memang ada yang seperti itu?!" Ketus Stella yang tidak bisa diam.
"Oke, saya tidak ingin membuang waktu kalian. Dengan ini saya mengakhiri pidato saya dan selamat bersiap-siap. Masing-masing panitia kesiswaan akan membantu kalian untuk bersiap-siap. Terima kasih!" Sarah lekas meninggalkan podium.
"Lana, sepertinya kita beda kelompok," Sebut Stella sembari melihat papan pengumuman di depannya. Lana melihat daftar nama itu dengan serius, Ia mendengar Stella tapi tidak ingin melayaninya.
Sepertinya ini akan sedikit menyusahkan Stella mengingat dia tidak bisa berbuat apa-apa meski punya kekuatan. Pikirnya melihat Stella yang terus menerus mendecak kesal. Maaf, aku tidak bisa membantumu kali ini. Katanya dalam hati, lantas pergi.
"Lana? Lana!" Panggil Stella melihat kepergian Lana yang tiba-tiba. "Lana!"
"Ah, iya?" Sentuhan tangan Stella di pundak Lana mengagetkannya.
"Kamu kenapa?" Tanyanya. Melihat raut wajah Lana tidak seperti biasanya.
"Tidak apa. Sedikit kecewa tidak bisa membantumu lebih," Ungkap Lana. Stella tersenyum,
"Tidak apa, yang terpenting sekarang kamu ada sama aku dan nanti kita pasti akan bertemu lagi," Lana memandanginya, seakan melihat sisi lain dari kawan yang baru dikenal beberapa hari lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANA: First Story
FantasíaLana terdampar di negeri Tomio yang jauh dan sangat susah untuk dijangkau oleh dunia luar. Negeri yang terisolasi dengan banyak misteri itu membuat Lana berusaha untuk menemukan banyak sekali rahasia mengenai masa lalu nya dan bagaimana bisa ada kai...