Chapter 2

262 33 0
                                    

Happy reading guys
.
.
.
.
.
.

"Kamu bilang semua lelaki sama saja?"

"Hemm,"

"Tapi saya tidak setuju. Saya mengerti apa yang kamu maksut, tidak semua lelaki sama seperti mantan pacar kamu,"

Rayhan menjeda ucapannya sebentar. Aqila menunggu lanjutan dari lelaki didepannya ini

"Saya tidak seperti lelaki brengsek itu. Saya mencintaimu tulus dari hati yang paling dalam. Bukan sebagai taruhan ataupun mainan."

"Hah?"

"Saya tulus mencintaimu, Aqila."

"Gila, lo lagi nggak sakit kan?" Dirinya mendekatkan dirinya kepada Rayhan. Tangannya yang satu menyentuh kening Rayhan memastikan panas atau tidak.

"Saya sehat." Jawab Rayhan dengan menyingkirkan pelan tangan gadis itu dari keningnya.

"Waktunya memang tidak tepat saya mengatakannya sekarang disaat kamu sedang dilanda kesedihan. Tapi saya tidak mau kamu didahului oleh lelaki lain lagi."

Kening Aqila mengernyit. "Lagi?" Ucapnya.

"AQILA...."

Keduanya lantas menoleh ke sumber suara yang tidak asing itu.

"Bunda," gumam Aqila.

Bunda kemudian menghampiri mereka berdua.

"Udahan nangisnya?"

"Kok Bunda tau Aqila abis nangis."

"Mata kamu merah sampe bengkak kaya gitu pasti semua orang juga tau kalau kamu abis nangis, Aqila sayang."

"Maaf Bun, Aqila masih nggak tega liat keadaan Ayah...."

Bunda memeluk sang putri, "berdoa aja ya sayang. Ayah kamu kuat, liat aja bentar lagi pasti dia segera sadar. Ya kan nak Rayhan?" Ujarnya kemudian menatap Rayhan tersenyum.

Rayhan tersenyum mengangguk.

"Rayhan, boleh minta tolong?" Ucap Bunda.

"Boleh, Tante." Jawab Rayhan.

"Tolong antar Aqila pulang bisa? Biar Bunda aja yang jagain Ayah disini,"

Aqila melepaskan pelukannya pada Bunda. "Gamau Bunda, Qila maunya disini sama Bunda temenin Ayah," tolaknya.

"Nggak bisa sayang. Kamu kan besok ada jam kuliah. Jadi biar Bunda yang jagain Ayah di sini."

"Tapi Bunda, Aqila bisa izin dulu kok sama dosen Qila,"

"Udah keseringan izin. Mau di D.O dari kampus, kamu?" Gadis itu menggeleng.

"Nah, itu makanya nurut sama Bunda. Sekarang kamu pulang, besok sehabis pulang dari kampus, kamu bisa kesini lagi liat Ayah."

"Tapi kalau ada apa-apa langsung kabarin Aqila ya, Bun."

"Iya, sayang."

"Harus banget dianter sama dia, Bun?" Sambungnya dengan menunjuk Rayhan.

GARIS TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang