*Happy reading guys☺️*
.
.
.
.
.
.
.
Aqila terbangun saat adzan subuh berkumandang. Ia bangkit, kemudian bergegas untuk berwudhu dan menunaikan shalat subuh. Ia tidak pernah lupa akan kewajiban nomor satu itu.
Selepas menunaikan ibadah shalat, ia turun, ia akan memasak untuk Bunda nya yang sedang berada di rumah sakit.Sesampainya di lantai bawah, ia berhenti sejenak, mengamati sekitarnya, mencari keberadaan seseorang yang dari kemarin mengganggu hidupnya. "Di mana tu orang, masih di sini nggak, ya?" Gumamnya.
Dirinya mencari cari keberadaan laki laki itu, namun nihil dirinya tidak menemukannya, padahal ada hal yang ingin ia bicarakan dengannya. "Yah, udah pulang kayanya.""Saya masih di sini, Aqila."
Gadis itu berjingkat kaget hingga mengelus dadanya, "setan, lo!"
Rayhan terkekeh sejenak melihat wajah kaget dari Aqila. Kemudian berdehem kembali normal. "Maaf, saya tidak bermaksud untuk mengagetkan, kamu," ucapnya.
"Untung jantung gue gapapa.'' balas Aqila malas.
"Maaf sekali lagi,"
"Iyaaaa."
"Kenapa kamu nyari saya? Ada perlu sesuatu?" Tanya Rayhan.
"Nggak jadi."
"Jangan dibiasakan begitu, Aqila. Jika kamu sudah terlanjur berbicara, harus diselesaikan. Jangan suka berhenti di tengah jalan." Aqila hanya diam.
"Katakan kamu kenapa nyariin saya, mumpung saya masih di sini,"
"Emangnya lo mau balik sekarang, ya?" Tanya Aqila, raut wajahnya menunjukkan bahwa dirinya belum ingin ditinggalkan oleh lelaki itu. Bukan karena apa, dirinya hanya sedang membutuhkan dirinya.
Dahi Rayhan berkerut, "iya. Memangnya kenapa? Kamu butuh sesuatu?" Tanyanya balik.
"Eum, sebenernya gue mau minta tolong sama lo, tapi karna lo mau pulang ya udah gajadi, hehe," jawabnya sambil menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal.
Rayhan peka, ia langsung berubah pikiran "Saya tidak jadi pulang sekarang. Katakan, kamu mau minta tolong apa sama saya?"
Aqila menyengir, "gue mau bikin makanan buat Bunda nih, tapi kan gue ada kelas pagi, jadi otomatis gue gabisa nganterin makanannya kesana, ya," ia menghela napas sejenak sebelum melanjutkannya lagi.
"Jadi, gue mau minta tolong ke lo anterin makanannya ke rumah sakit, boleh?" Hilang sudah harga diri Aqila di depan lelaki ini, lihatlah dirinya tengah berkedip kedip seperti orang kecentilan di depan Rayhan. Ia berani jamin siapapun yang melihatnya, pasti mengira dirinya pick me.
Rayhan membuang muka ke arah lain. Bukan karena risih dengan tingkah Aqila saat ini, namun dirinya takut hilang kendali melihat gadis didepannya ini.
Aqila menyadarinya, lantas ia berubah kembali ke mode awal.
"Ray, mau nggak? Kalau nggak mau ya nggak papa, gue nggak maksa, biar nanti gue gofood in aja."
Rayhan menatap kembali Aqila, "iya saya mau."
Sontak jawaban itu membuat Aqila kegirangan, hingga tidak sadar ia memeluk Rayhan dengan erat."Makasih!"
Mata Rayhan membulat sempurna, jantung dan waktu tiba-tiba terasa terhenti kala pelukan ini ia dapatkan.Aqila tersadar dengan apa yang dilakukannya sekarang. Ia refleks melepaskan pelukannya, dan meruntuki kebodohannya sendiri.
"M-maaf, maaf banget..." Sesalnya. Demi apapun, dirinya ingin pergi dari sini, mengapa ia sangat kurang ajar sekali, ingin menghilang saja rasanya.