Fourth Story

8 1 0
                                    

Your smile is the best thing that I’ve ever seen...

Sore menjelang. Mentari nan terik kian tenggelam di balik gedung-gedung bertingkat. Awan putih bak kapas menggantung di langit bergradasi biru bercampur oranye dan ungu yang indah. Di tengah keramaian kendaraan yang hilir mudik, kupijakkan kedua kakiku di atas jalanan beraspal. Hanya beralaskan sepatu kets hitam usangku, kulalui jalanan ini dengan senyum merekah. Sambil memegang sebuah kamera SLR di tanganku juga sesekali memperhatikan sekitar. Sudah hampir 2 jam diriku melangkah menyusuri pinggiran ibukota. Membidik berbagai objek yang bagiku menarik untuk diabadikan dalam kamera SLR milikku. Sebenarnya... memotret hanya menjadi hobi semata. Namun, berakar dari hobi tersebutlah akhirnya aku dapat memiliki pekerjaan layak yang juga merupakan bagian dari planning masa depanku. Bahagia. Senang. Gembira. Perasaan yang tumbuh dikala keinginanmu tercapai. Ketika semua pengorbanan yang kau tempuh berbuah manis. Dan aku sungguh menyukainya. Sangat!

Tanpa sadar, kini aku sudah menjauh dari hiruk pikuk. Entah apa tujuan dan maksud otakku membawa tubuhku menuju suatu taman yang aku juga tak tau. Atau lebih tepatnya tak pernah terjamah oleh mataku. Di sini terlihat menyenangkan. Terlihat beberapa anak kecil berlarian kesana kemari dihiasi senyum jenaka. Saling mengejar satu sama lain hingga menimbulkan tawa. Secepatnya kuraih kamera yang menggantung di leher, kemudian membidik anak-anak itu.

CEKREK!

Yak! Tepat sasaran! Karena belum puas hanya dengan satu jepretan, kuputuskan untuk kembali memotret mereka beberapa kali.

Setelah puas membidik gambar kembali kulangkahkan kedua kakiku menuju sebuah bangku taman yang berada tak jauh dari tempat anak-anak kecil tadi bermain. Kuperiksa hasil bidikanku. Cukup memuaskan. Walau masih banyak hasil yang terlihat kabur. Yah...maklumlah. Anak kecil sangat lincah kalau sudah bermain.

Tetapi, tiba-tiba ibu jariku berhenti memencet tombol next saat menemukan sebuah foto yang membuatku tertegun sesaat. Sosok seorang gadis berambut panjang sedang tersenyum berdiri tak jauh dari anak-anak tersebut. Dengan juntaian rambutnya yang jatuh sampai ke pinggang dibalut dengan gaun berwarna soft pink yang manis. Dan pemandangan langit sore dengan mentari yang hampir pada fase sunset menjadikan gadis itu semakin menawan. Tanpa sadar kedua sudut bibirku tertarik ke atas.

Sejak pertama kali menyadari kehadiran gadis misterius itu, setiap petang kujumpai taman temuanku. Anak-anak kecil pun masih saling mengejar satu sama lain. Suasananya tetap sama seperti biasa. Namun sejak hari itu, bukan lagi anak-anak kecil yang menjadi objek bidikanku, namun gadis manis di balik pohon beringin tempat singgahanku ini.

Penampilannya tak ada yang berubah, hanya saja gaunnya selalu berganti-ganti setiap harinya. Walau begitu, senyumnya yang menjadi favoritku seakan tak pernah luntur barang sedetik pun. Ketika mentari mulai bergerak turun menyelami lautan gedung pencakar langit, saat itulah kameraku bekerja.

Diam-diam kuarahkan lensa kamera ke arahnya. Dengan hati-hati kucuri beberapa ekspresi miliknya. Satu. Dua. Tiga. Dan seterusnya sampai tanganku seperti mati rasa karena lelah menahan beban kamera. Mungkin cukup untuk hari ini, mengingat adzan maghrib sebentar lagi berkumandang. Sebelum beranjak pergi, kusempatkan terlebih dahulu mengagumi ciptaan Tuhan yang terpampang nyata di depan mata. Dan demi apapun, tubuhnya terlihat seperti rembulan di tengah kegelapan ketika mentari mulai kehilangan sinarnya. Seakan kecantikannya dapat mengalahkan sinar mentari yang menyilaukan mata di saat siang menyingsing. Ditambah kedatangan hembusan angin, memainkan juntaian rambutnya dengan nakal sehingga menambah kesan elegan.

Aku harap, selamanya aku dapat mengagumi kesempurnaannya. Terlebih lagi pada senyumannya.

2 tahun berlalu. Bulan, minggu, bahkan hari berganti begitu cepat. Waktu yang dahulu kuyakin berjalan lambat, berlalu begitu cepat seiring pertemuanku dengan gadis misterius itu. Siapa saja berpikir bahwa waktu 2 tahun bukanlah waktu yang singkat dalam menanti seorang perempuan. Namun dalam kamusku, tak ada definisi tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang dalam sebuah penantian cinta. Lucu memang. Merubah sesuatu yang fana menjadi nyata hanya karena sebuah perasaan yang ditanam Tuhan dalam setiap hati hamba-hamba-Nya. Tak masuk akal, tetapi aku sendiri yang kena imbasnya.

HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang