PROLOG

21 3 2
                                    

Bulan Juni. Bulan dimana seorang gadis polos dipertemukan dengan laki-laki yang terbilang bandel. Entah bagaimana cerita ini terjadi. Takdir yang membuatnya berjalan sesuai alur Tuhan. Sebagai manusia hanya bisa menerima dan menjalaninya.

Cerita ini dimulai ketika Renalda si gadis polos yang biasa dipanggil Alda pergi ke sekolah untuk melakukan tes penerimaan peserta didik baru. Sebenarnya gadis ini tidak terlalu polos atau pun lugu. Gadis ini hanya pendiam karena ia tidak bisa langsung akrab dengan teman-temannya. Kalau sudah akrab mungkin beda cerita. Mungkin ia akan terlihat seperti gadis konyol karena tingkahnya.

Sebelum tes dimulai. Ketika semua siswa sudah saling berkenalan satu sama lain. Renalda masih duduk sendiri dan takut untuk menyapa mereka. Ia lebih memilih duduk sendiri dan belajar materi untuk tes nanti. Bukannya ia tidak suka pertemanan. Hanya saja ia tidak tahu caranya memulai pembicaraan.

"Hai, nama lo siapa?" sapa seorang siswi yang baru saja datang dan duduk di bangku sebelah Renalda.

"Emm, namaku Renalda, panggil aja Alda!" balas Renalda tersenyum tipis.

"Ohh, salam kenal Alda, gue Reina!" siswi itu mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Renalda.

Renalda hanya mengiyakan dan tersenyum kaku karena bingung.

Hening. Tidak ada perbincangan setelah itu. Sebenarnya Renalda sangat ingin mempunyai teman akrab. Tapi dia sulit berkompromi dengan dirinya sendiri. Kalau ia tidak diajak bicara maka ia lebih memilih untuk diam.

Waktu menunjukkan pukul tujuh pagi. Saatnya tes dimulai. Renalda mengerjakan tes itu dengan sungguh-sungguh. Ia sudah terbiasa mengerjakan tes essay seperti ini. Jadi mungkin baginya ini terbilang mudah. Meskipun begitu ia tetap ragu dan takut jika tidak lulus tes. Ini adalah sekolah favorit yang diimpikannya sejak lama. Ia mungkin akan sangat sedih jika tidak diterima di sekolah itu.

Tes berjalan dengan lancar. Renalda tersenyum dan berdoa semoga tes kali ini bisa membuatnya diterima di sekolah itu. Ia segera menunggu angkot untuk pulang. Lebih dari setengah jam ia menunggu, tak ada satu pun angkot yang lewat. Ia agak kesal dan menggerutu.

"Kok ga ada angkot yang lewat sih," gerutu Renalda.

Tidak sengaja di sana ada satu siswa mendengar gerutu Renalda. Ia adalah Rafa. Laki-laki bandel itu. Dari sinilah awal pertemuan mereka.

"Lo nunggu angkot? Mending pulang bareng gue aja!" Rafa menawarkan bantuan untuk Renalda.

Melihat penampilan Rafa yang seperti berandalan itu, Renalda langsung sigap menolak dengan mengatakan "Engga usah, makasih!".

Ia takut dengan Rafa. Mungkin saja Rafa akan membunuhnya di jalan. Atau menyembunyikannya di gudang. Itu yang ada di dalam pikiran Renalda saat itu.

Sekolah sudah sepi saat itu. Siswa yang lain sudah pulang dengan kendaraannya dan sebagian sudah dijemput oleh orang tuanya. Renalda sendirian. Orang tuanya tidak ada yang di rumah. Semuanya sibuk bekerja.

"Yakin engga mau bareng?" tawar Rafa sekali lagi.

Renalda mengangguk.

"Yaudah, gue duluan. Awas di depan sana banyak preman!" Rafa menghidupkan motornya kembali dan meninggalkan Renalda sendiri.

Hah preman?

Sontak Renalda ingin menerima tawaran Rafa. Ia takut akan lama sendirian saat menunggu angkot apalagi Rafa bilang di depan banyak preman.

"Ehh, tunggu...!" Renalda memanggil.

Rafa tersenyum. Ia tahu kalau Renalda tidak akan menolak bantuannya setelah ia mengatakan ada preman di depan. Padahal jelas-jelas itu hanya akal-akalan ia saja.

"Aku mau bareng..." ujar Renalda sedikit ragu dan malu.

"Yaudah gih naik!"

Renalda naik ke motor Rafa dengan kaki sedikit gemetar. Saking takutnya ia pada Rafa, membuatnya sangat menjaga jarak duduknya dengan Rafa.

"Pegangan, awas nanti jatuh!" Rafa memberi peringatan.

Renalda kemudian memegang bagian belakang sepeda motor. Rafa menengok ke belakang, melihat Renalda duduk di ujung motor.

"Ini cewek udah kecil, kalo boncengnya gini bisa terbang nanti" gerutu Rafa yang tidak sengaja terdengar oleh Renalda.

"Hah?" Renalda sedikit menaikkan alisnya.

"Eh, engga..., udah cepetan bonceng yang bener!" Rafa mencoba mengalihkan pembicaraan.

Hahaha. Renalda kalo dibandingkan dengan Rafa memang terlihat kecil. Rafa yang memiliki tubuh tinggi sedangkan Renalda adalah gadis yang memiliki tubuh mungil.

"Iya udah" balas Renalda singkat.

"Mana ada bonceng kayak gitu, nanti jatuh nangis," ucap Rafa sedikit mengejek.

"Biarin wlee," Renalda tidak peduli.

"Gue gabisa ngebut kalo gitu, nanti lo terbang kan repot,"

"Ga usah ngebut!"

"Bodo ah!" singkat Rafa kesal.

Rafa kemudian tancap gas dan mengendara dengan lumayan cepat. Renalda berpegangan kencang pada bagian belakang sepeda motor. Tapi itu kurang nyaman, ia takut jatuh.

"Hey, aku mau jatuh, jangan cepet-cepet dong!" Teriak Renalda.

"Makanya duduk yang bener!" Timpal Rafa.

Renalda pun mau tak mau pegangan di bahu Rafa. Rambutnya acak-acakan di jalan.

"Pelan-pelan dong!" perintah Renalda.

Rafa pun mengurangi kecepatannya. Sepanjang jalan ia hanya mengikuti petunjuk yang diberikan Renalda sampai ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Renalda. Rafa menerima telepon. Entah dari siapa tapi Renalda yang melihat Rafa saat mengangkat telepon itu terlihat sangat senang.

"Gue cabut dulu ya!" pamit Rafa sambil menaiki motornya.

"Emm iya hehehe, hati-hati!" balas Renalda dan langsung masuk ke dalam rumah.

Hai Readers 👋🏻
Kenalan dulu yuk sama authornya. Namanya Annisa tapi panggil aja Ansa.
Jangan lupa mampir ke instagram yah:
@ainnunisa._
@xyans.a_
See youuu...:)
Vomment itu gratis :)

TTD

Ansa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang