Chap I - Dimana Ini?

25 3 2
                                    

Aku terbangun dari tidur panjangku setelah berpergian jauh. Namun ada yang aneh, Dimana aku tidak terbangun di dalam travelku, melainkan aku terbangun di sebuah ruangan 3x3 dengan cat putih yang menghiasi seluruh ruangan. Aku melihat sekeliling namun yang hanya ku temukan hanyalah sebuah meja kecil yang ada tepat disebrang mataku. Seperti hal nya anak muda jaman sekarang, ketika bangun tidur hal pertama yang mereka cari adalah benda kesayangannya. ya itu benar, itu adalah smartphone. Aku pun mencarinya di sekitar kasur namun tidak ada. Aku berpikir mungkin ada di meja kecil itu?

Aku pun beranjak dari tempat tidurku dan menghampiri meja tersebut. Namun di atas meja kecil itu tidak ada apa-apa. pikir ku aneh, kenapa aku bangun diruangan seperti ini, padahal sebelumnya aku naik travel untuk pergi ke kampung halaman ku. Dugaan ku mungkin kita hanya beristirahat disini sementara dan melanjutkan perjalanan nya nanti. Sembari ku mencari handphone ku yang entah dimana, ternyata di meja tersebut ada laci kecil dibawahnya.

Aku pun membuka laci kecil tersebut dan akhirnya kutemukan handphoneku yang sudah kucari sedari tadi. Namun saat ingin menyalakannya, handphone tersebut tidak menyala, mungkin baterai nya habis. Aku pun melihat sekeliling lagi untuk mencari stop kontak namun yang ada hanyalah sebuah kasur dan meja kecil di ruangan tersebut. Akhirnya aku memilih keluar untuk mencari daya listrik agar bisa mengisi daya baterai smartphone ku. Namun saat ku tarik, pintu tersebut tidak mau terbuka, apakah aku terkunci dari luar?

aku pun berteriak untuk meminta seseorang diluar agar segera membukakan pintunya. Namun hal yang kulakukan sia-sia, setelah 20 menit lebih berteriak hingga suaraku habis dan tenggorokan ku mulai kering, tak ada seorang pun yang datang untuk membukakan pintu itu. Dengan pasrah aku pergi ke tempat tidur untuk menenangkan diri dan berpikir bagaimana aku bisa keluar dari sini?

Setelah berpikir sekian lama. Tak ada satu ide pun yang keluar dari kepala ku untuk keluar dari ruangan hampa ini. Akupun mencoba sekali lagi untuk menarik pintu tersebut namun tidak ada hasil. Sehingga akupun tak punya pilihan lain selain mendobraknya dari dalam. Aku mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang kemudian aku berlari menuju pintu tersebut. Naas saat sebelum mencapai pintu, kaki ku tergelincir dikarenakan lantainya yang licin. Namun apa yang terjadi setelah nya membuatku emosi karena pintu ruangan tersebut ternyata didorong bukanlah ditarik. Aku mendengus kesal akan perbuatan sia-sia ku menarik pintu selama hampir 30 menit sembari berteriak minta tolong.

Setelah keluar, yang kulihat hanyalah lorong kosong yang sunyi dan hampa. Aku pun melihat kekiri dan kekanan tapi tak ada 1 ruangan pun yang terlihat kecuali sebuah dinding putih yang menyelimuti lorong itu. Dengan rasa takut dan gelisah aku berpikir bagaimana cara untuk keluar dari lorong ini. Disaat yang bersamaan aku sedang bingung harus memilih jalan kekiri atau kekanan terlebih dahulu untuk mencari jalan keluar. Terlebih lagi keadaan ini semakin membuatku merinding ketakutan. Dikarenakan hanya aku seorang diri dan tak ada kamar lain di sepanjang lorong yang kulihat dari kamarku. Hingga aku memutuskan untuk keluar dan mengambil jalan kearah kanan. karena jalan tersebut terlihat lebih terang daripada sisi kiri yang terlihat semakin gelap. aku tak tau apa yang akan terjadi jika aku mengambil kedua jalan tersebut.

The Last Human In TowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang