Chap VII - Menghadapi Cuaca Ekstrem & Hewan Buas

3 0 0
                                    


Sudah satu minggu aku menyusuri sungai ini tapi aku masih belum menemukan jalan lain selain sungai ini. ingin memasuki hutan, tapi aku takut jika tersesat kembali. 

Selama seminggu ini aku melakukan hal yang sama seperti pada hari pertama ketika sampai di sungai ini. mandi sembari berburu ikan lalu membakarnya dengan metode tradsional. 

Meski menyalakan api dengan cara itu sangat menyulitkan, namun kini aku sudah terbiasa dan mahir akan hal itu. Tapi tetap saja, untuk menyalakan api dengan memutar ranting kayu membutuh kan waktu sekitar 1 jam. Dan itu sangatlah lelah.

Hari-hari yang ku jalani ini sangat berbeda pada saat aku belum terjebak dalam situasi saat ini. yang dimana setiap harinya aku hanya bermalas-malasan sembari memainkan handphone lalu scroll sosial media hingga lupa waktu. Atau bermain game hingga baterai Hpku habis tanpa sisa. Tapi kini hal itu tidak dapat kurasakan lagi. Yang dulu biarlah menjadi masa lalu. Saat ini aku harus berjuang untuk bertahan hidup dan mencari kebenaran akan situasi saat ini.

Malam pun tiba. Sama seperti malam-malam yang telah berlalu, malam ini aku hanya menghidupkan api unggun yang sudah kuhidupkan sejak sore tadi. Menaruh beberapa ikan untuk dibakar dan disajikan sebagai santapan makan malam.

Tapi hembusan angin kali ini cukup kencang, sepertinya cuaca hari ini sangatlah tidak mendukungku saat ini. Bunyi gemuruh saling bersautan di atas langit. Aku menatap langit dan melihat hilangnya bintang kecil di langit yang biru itu, menandakan bahwa cuaca saat ini sedang mendung dan mungkin saja akan turun hujan.

Benar saja, tak lama kemudian air hujan turun dengan begitu cepatnya menuju ke permukaan. Hujan pertama yang aku alami setelah sekian lama berada di kondisi seperti ini. Hujan yang langsung turun dengan begitu derasnya ini dengan cepat memadamkan api unggun yang sudah susah payah aku nyalakan tadi. Ikan bakar yang aku letakkan disana, kini menjadi basah. Tapi masih enak untuk dimakan.

Memakan ikan bakar yang basah itu sembari meneduh dibawah daun talas yang besarnya cukup untuk melindungi kepalaku dari rintiknya air hujan. Memegang tangkai daunnya sembari memakan ikan cukup menyulitkanku. Makan malam yang begitu buruk, aku makan di bawah hujan sembari menatap tetesan air hujan jatuh ke aliran sungai. Suara bising yang diperbuat membuat ku merasa terusik setelah 3 minggu lebih aku mengalami kensunyian ini.

Selain ribuan tetesan air hujan, udara dingin juga menyerangku secara membabi butan. Hujan angin ini dapat menerbangkan beberapa daun dan ranting hingga lenyap menuju tak terbatas dan melampauinya.

Badanku kini sudah mulai menggigil kedinginan. Tanpa adanya baju dan penghangat, membuatku tak tahan akan situasi saat ini. menaruh ikan yang sudah habis sedari tadi, lalu menggosok-gosok kedua telapak tangan ku dengan cepat lalu menempelkannya di wajah dan sekitar bahuku untuk menghangatkan kembali sebagian tubuhku. Tapi sia-sia, hal itu hanya menghangatkan sebentar dan kini aku hanya mengulang-ngulang kegiatan itu hingga hujannya mereda.

Selain hawa dingin yang aku rasakan, ada permasalahan lain yang aku hadapi sekarang. Bagaimana aku bisa tidur untuk saat ini. Hujan yang begitu deras tak kunjung reda, tak ada tempat untuk berteduh melakukan peristirahatan. Aku hanya bisa jongkok dan memegang tangkai daun talas untuk melindungi kepalaku dari hujan.

Cukup lama aku menunggu dan saat ini aku merasa bahwa hujannya akan mulai reda. Aku melempar daun talas itu dan membaringkan diri di atas rumput basah itu. Rasanya sedikit aneh dibadanku seperti ada yang menusuk-nusuk punggungku namun itu tidak sakit, hanya geli yang tak membuatku nyaman untuk rebahan. Tapi mataku sudah sangat lelah sedari tadi hanya untuk menunggu hal ini selesai. Perlahan demi perlahan rasa kantuk ini dapat mengalahkanku, aku terlelap setelah hujan deras yang amat panjang itu berhenti. Tidur diatas rumput basah tanpa ada penghangatan oleh api unggun membuat tidurku tidak nyenyak akan kondisi suhu saat ini.

The Last Human In TowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang