End ~ Akhir Dari Segalanya

4 0 0
                                    

Dalam situasi yang sangat mengkhawatirkan, aku terengah-engah. Aku terjebak dalam bahaya yang tidak terduga. Sebelumnya, aku dikejar oleh ribuan bahkan ratusan ribu boneka. Kini, aku telah memasuki ruangan yang seharusnya tidak aku masuki. Dengan napas berat, aku melihat sekelompok mata yang menatapku dengan penuh keheranan.

"Bagaimana kamu bisa sampai di ruangan ini? Ini adalah satu-satunya ruangan yang terbuka di setiap lorong," tanya seorang wanita tinggi setinggi dua meter dengan kulit pucat.

"Bukankah kamu seharusnya terikat di ruangan itu bersama anak kecil yang menjaganya?" tanya beruang sambil bangkit, menjatuhkan kursi yang sebelumnya ia duduki beberapa meter darinya. "Bukankah anak kecil itu lebih kuat dalam hal sihir dan kecerdasan?"

Aku menggelengkan kepala, "Aku hanya mencoba melarikan diri dari situasi ini. Aku tidak ingin menjadi budak percobaan kalian." Meskipun bernafas telah menjadi tantangan, aku harus bertarung melawan dua wanita dan dua hewan buas yang berdiri di depanku. Aku menganggap beruang besar itu sebagai hewan karena ukurannya yang besar dan berbulu.

"Kemana kamu akan melarikan diri?" tanya seorang gadis dengan serigala yang duduk manis di dekatnya. "Tidak ada tempat lagi untukmu di dunia ini. Semua yang tersisa hanyalah kami, dan kamu adalah satu-satunya manusia normal yang tersisa."

"Lalu bagaimana kalian bertahan hidup sampai sekarang? Apakah kalian tidak ingin mengembalikan populasi manusia yang hampir punah tanpa sisa?"

"Untuk apa manusia jika mereka tamak dan serakah, selalu ingin menang sendiri dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Lebih baik kita mulai peradaban baru dengan nilai-nilai yang kami anut," kata wanita elf itu.

"Jadi dengan adanya peradaban baru, kalian akan mendapatkan apa yang kalian inginkan?" tanyaku dengan nada lantang.

"Kami tidak peduli dengan apa yang terjadi selanjutnya," katanya sambil menunjuk ke arahku seolah-olah dia akan mengutukku. "Jika rencana kami gagal, kita hanya perlu mencuri manusia dari masa lalu untuk digunakan sebagai bahan uji percobaan dalam penelitian kami."

"Mencuri manusia dari masa lalu?" tanyaku penuh kebingungan. "Jadi, aku adalah salah satu subjek uji coba kalian?"

"Ya, kamu adalah salah satu subjek uji coba kami yang kami bawa dari masa lalu ke tempat ini," kata beruang dengan percaya diri.

"Lalu, apa yang terjadi dengan orang-orang yang lain? Mengapa hanya aku yang tersisa di sini?"

"Orang lain?" Beruang itu menunjuk perutnya dan menjawab, "Mereka ada di sana, dan yang lainnya berada di salah satu ruangan shelter."

"Apa?! Kamu memakan mereka? Apa kesalahannya sampai kalian memakannya sebagai hidangan utama?" Aku merasa bahwa sesuatu telah sangat salah sejak saat aku pertama kali tiba di dunia ini.

"Jadi, kamu tahu apa yang aku makan di rumah besar itu?" tanya beruang itu dengan kesadaran bahwa aku telah mengucapkan kata yang membuatnya berpikir bahwa asumsiku benar.

"Apakah salah satu dari mereka adalah rombonganku?" aku ingin memastikan bahwa salah satu dari mereka adalah temanku.

"Ya, mungkin ada sekitar sepuluh orang yang kami bawa dari masa lalu ke saat ini," jelas wanita elf itu sambil memainkan kukunya yang sangat panjang.

Dia bertanya sambil dengan angkuhnya menjawab, 'Kalau memang begitu, apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu ingin aku juga menjadi santapanmu?' dengan cairan ludah mengalir di sekeliling mulutnya.

Aku menjawab dengan berani, meskipun kakiku gemetar dan aku hampir jatuh bersimpuh karena keadaan. 'Aku tidak akan tunduk pada kalian atau menjadi makanan kalian,' kataku.

'Lebih baik kamu diam dan tunduk pada aturan yang berlaku di dunia ini,' ujar elf itu dengan nada meningkat, seolah-olah dia sedang mencekikku dari jarak jauh.

Namun, entah mengapa, hal itu memiliki dampak besar pada diriku. Leherku terasa sakit dan tertekan oleh sesuatu yang tidak terlihat. Aku merasa sesak, dan rasanya begitu sakit sehingga aku ingin mati."

Saat itu, aku merasa seolah-olah tubuhku melayang setinggi 50 sentimeter di atas tanah. Keadaan ini membuatku merasa tercekik, meskipun tak ada yang terlihat memegang leherku atau menghambat gerakku.

Ketika aku menatap elf yang berdiri di dekatku, aku menyadari bahwa kekuatan magis juga mengalir dalam dirinya, serupa dengan gadis kecil tadi. Rasa bahaya yang mengintai membuat hatiku berdebar, dan aku merasa harus segera melakukan sesuatu untuk melarikan diri dari situasi ini.

Tanpa tahu harus berbuat apa, aku memutuskan untuk mencoba bernegosiasi dengan mereka, berharap mereka akan membantuku keluar dari kebingungan ini.

" a a a a ku me me nyeee rahhh to to long le le pas kan a a a ku." Ucapku yang tesendat sendat dikarenakan susahnya bernafas dan berbicara disaat aku dicekik dengan kekuatan supranatural ini.

" apa yang kamu katakan? Aku tidak mendengarnya" ucap elf dengan nada sinis, seolah-olah dia siap untuk mengakhiri semuanya saat itu juga.

"le le pas kan a a a ku ku ku ku mohon" Nada suaraku semakin melemah, seolah-olah pita suaraku telah diremas oleh cengkraman elf itu. Napasku yang semakin melemah menandakan bahwa aku hampir mencapai batas hidupku. Akhirnya, aku berpasrahkan diri untuk menyerah pada situasi ini dan menyerahkan diriku sepenuhnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Menjatuhkan badannya lalu pergi dari ruangan itu meninggalkan rekannya.

"bagaimana dengan mayat ini madam" tanya kuma

"terserah mu, aku harus menjalankan mesin waktu untuk mengambil sampel manusia lagi" ucapnya sembari meninggalkan ruangan dengan teleportasinya.

Kuma, dengan nada prihatin, menyaksikan tubuh yang telah tak bernyawa itu jatuh ke lantai. Ia merasa bahwa upaya negosiasi telah gagal dan situasi telah berakhir tragis. Dengan perasaan berat, ia berkata, "Sayang sekali, kita telah mencoba berbicara dengan baik, tetapi kamu memilih jalur ini."

Kemudian, dengan tindakan berat hati, Kuma membawa tubuh tersebut ke jendela lantai 25 yang sangat tinggi. Dalam diam, ia melempar tubuh itu ke bawah. "Semoga kamu tenang di sana," ucap Kuma, meratap atas akhir yang tragis dari situasi ini.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"percuma berpura-pura mati jika akhirnya aku memang akan mati."  Batinku. 

The Last Human In TowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang