---
Pagi itu, Stella merasakan dorongan yang kuat untuk tetap berada di bawah selimut hangatnya. Namun, dia tahu bahwa tidak mungkin dia bisa menghindari hari yang penuh dengan tantangan ini. Dengan enggan, dia bangun dan menatap bayangan dirinya di cermin. Wajah yang tampak lelah dan kosong menatap kembali padanya, mengingatkan Stella bahwa hari ini bukanlah hari yang mudah.
Saat Stella melangkah ke ruang keluarga, dia bisa mendengar celotehan ceria yang keluar dari mulut seorang gadis remaja. Celotehan itu berasal dari Ria, anak bungsu keluarga Vance, yang tampaknya tidak bisa berhenti berbicara. Dua pemuda yang duduk bersamanya tampak tidak memperhatikan, seolah-olah mereka sudah terbiasa dengan kebisingan itu. Namun, begitu Stella melangkah masuk, ketiganya serempak menoleh ke arahnya.
"Mom, siapa dia?" tanya salah satu pemuda itu, menunjuk ke arah Stella dengan ekspresi penasaran.
Ibu mereka, yang sedang berdiri di dekat pintu, tersenyum hangat sebelum menjawab, "Anak-anak, perkenalkan ini adalah adik kalian, sekaligus kakak kembar Ria."
Kata-kata itu seketika membuat suasana di ruangan itu berubah. Kedua pemuda itu terdiam, mencoba mencerna informasi yang baru saja diberikan. Sementara itu, wajah Ria berubah drastis. Ekspresi kaget dan tidak percaya segera menghiasi wajahnya, seolah-olah dia tidak bisa menerima apa yang baru saja didengarnya.
"Apa? Kembaran aku?" Ria hampir berteriak, suaranya bergetar dengan emosi yang campur aduk antara kaget dan tidak percaya.
"Iya, sayang. Ibu harap kalian bisa akur," lanjut ibu mereka, masih dengan nada lembut dan penuh harap.
Namun, Ria tidak bisa menerima kenyataan itu. Dengan cepat, dia berdiri dari tempat duduknya dan menggelengkan kepalanya berulang kali. "Nggak! Nggak mungkin dia kakak kembar aku! Mommy pasti cuma bercanda kan? Iya kan, Mom?"
Ibu mereka menarik napas panjang sebelum menjawab, kali ini dengan nada yang lebih tegas. "Mommy tidak bercanda, Ria. Dia memang kembaran kamu yang hilang setelah ibu melahirkan kalian berdua."
Ria tampak semakin frustrasi. "Nggak! Aku nggak mau punya kakak kembar! Apalagi penampilannya kayak gitu... Iu, aku nggak mau, Mom! Dia pasti dekil dan jelek!"
Teriakan Ria yang penuh emosi membuat ruangan itu seketika hening. Ibu mereka, yang tampaknya sudah tidak bisa menahan diri lagi, membentak dengan nada marah, "Ria! Cukup! Jangan hina kakak kembar kamu!"
Ria yang mendengar bentakan itu, langsung memberikan tatapan benci kepada Stella sebelum berlari ke kamarnya yang berada di lantai tiga. Stella hanya bisa berdiri di tempat, mencoba memahami situasi yang tiba-tiba berubah begitu dramatis.
"Sudahlah, sayang, kamu tidak perlu emosi seperti itu. Mungkin Ria masih terkejut dengan kenyataan kalau dia punya kakak kembar," kata Daddy, mencoba menenangkan istrinya yang tampak kelelahan.
Setelah suasana sedikit mereda, Daddy beralih kepada Stella. "Dan kamu, Cassie, lebih baik kamu istirahat dulu di kamar. Ayah sudah meminta bibi untuk mengantarmu ke kamar yang sudah ayah dekorasi sesuai seleramu."
Stella hanya mengangguk, mengikuti instruksi tanpa berkata apa-apa. Bibi pelayan dengan sigap mengantarkan Stella ke kamar barunya. Begitu sampai di kamar, Stella langsung disambut oleh pemandangan yang membuatnya terdiam sejenak. Kamar yang luas itu dipenuhi dengan dekorasi yang ceria dan penuh warna-sama sekali bukan gaya yang sesuai dengan kepribadian Stella atau bahkan Cassie.
"Tsk, kamar ini bukanlah seleraku ataupun Cassie, tapi lebih cocok untuk Katia," gumam Stella dengan nada kesal.
Meskipun merasa tidak nyaman dengan dekorasi kamar yang terlalu kekanak-kanakan, Stella memutuskan untuk merapikan pakaian yang dibawanya, lalu segera mandi. Setelah mandi, dia mengganti pakaiannya dengan baju yang lebih nyaman dan sederhana, lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang empuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
become the female antagonist twin sister (Hiatus)
Teen FictionBertransmigrasi menjadi kembaran antagonis. 🦋🦋🦋 SEBAGAI PEMBACA YANG BUDIMAN ALANGKAH BAIKNYA SETELAH MEMBACA MEMBERIKAN VOTE SETELAH MEMBACA DI BAGIAN KIRI BAWAH 🦋🦋🦋