Prolog:
Di sebuah kamar yang sederhana namun nyaman, seorang gadis remaja berbaring di atas kasur dengan santai. Sebuah novel tebal tergenggam di tangannya, sementara di sebelahnya, cemilan berserakan di atas bantal. Gadis itu, Ayara Queenze Alkina, tenggelam dalam dunia fiksi yang dipenuhi emosi dan drama.
"Anj*ng! Protagonis wanitanya kenapa lemah banget!" serunya, suaranya penuh kekesalan.
"Protagonis prianya goblok banget!" Ayara menutup halaman dengan kasar, matanya berkobar-kobar dengan kemarahan yang dipicu oleh karakter-karakter dalam novel itu.
"Antagonis wanitanya t*l*l banget, ckckck." Dia mendesah, seakan tidak habis pikir bagaimana tokoh-tokoh ini bisa membuatnya begitu kesal.
"Wah, bener-bener bikin emosi! Protagonis wanitanya..." Ayara menggelengkan kepala, tidak percaya dengan apa yang dibacanya.
"Protagonis prianya pasti katarak sekali matanya sampai-sampai lebih milih protagonis wanita daripada antagonis wanita," katanya, setengah bercanda, setengah kesal.
"Ckckck dasar keluarga beg*!" suara Ayara meninggi lagi saat sebuah adegan lain membuatnya geram.
"Argh!! Kenapa antagonis wanita harus mati?!" teriaknya frustrasi, jantungnya berdegup kencang karena emosi yang diaduk-aduk oleh novel itu.
Dengan mendesah panjang, Ayara menutup buku itu dengan tegas. "Hahhh... Bener-bener deh, nih novel seneng banget mancing emosi! Tsk, penulis novel ini pasti psikop*t, bisa-bisanya dia nyiksa tokoh kesayangan gue."
Setiap kata umpatan keluar dari mulutnya tanpa henti, menandakan betapa dalamnya dia terhanyut dalam cerita itu. Tapi ketika dia akhirnya melihat jam di samping kasur, mata Ayara membelalak.
"Sudah jam 16.15?" gumamnya, tidak percaya waktu berlalu begitu cepat. Sejak pulang sekolah tadi, dia langsung tenggelam dalam bacaan hingga tidak menyadari waktu yang berlalu.
Kruyuk kruyuk...
Suara perutnya mengingatkannya pada kenyataan. Ayara menghela napas panjang dan bangkit dari kasur. "Udah waktunya mandi dulu, deh."
Dia menuju kamar mandi, menghilangkan rasa lengket di tubuhnya dengan air yang segar. Setelah mandi, Ayara memilih mengenakan pakaian oversize favoritnya, yang memberinya kenyamanan dan rasa hangat.
Dengan perut yang masih keroncongan, Ayara keluar dari kamarnya dan menuju dapur. Namun, matanya hanya menemukan dapur yang kosong melompong, tanpa jejak makanan.
"Hahhh... Miris banget hidup gue," keluhnya. "Lebih baik gue pergi ke minimarket aja, deh."
Dengan langkah ringan namun perut yang masih lapar, Ayara memutuskan untuk keluar rumah dan membeli makanan di minimarket terdekat. Setelah selesai berbelanja, dia berjalan pulang dengan kantong penuh makanan dan cemilan.
Pakaian Ayara
Gambar by pinterestSebelumnya perkenalkan nama gadis ini adalah Ayara Queenze Alkina. Gadis 17 tahun yang saat ini menduduki bangku SMA kelas XII IPA 3. Teman-temannya sering manggil dia Aya.
Namun, takdir berkata lain. Ketika Ayara hendak menyeberangi jalan, sebuah bus yang melaju kencang muncul dari arah samping. Tidak sempat menghindar, tubuh Ayara tertabrak keras dan terpental jauh. Segalanya terjadi begitu cepat, dunia seakan melambat saat Ayara merasakan rasa sakit yang menusuk.
Di antara kerumunan yang mulai berkumpul dan suara sirene ambulans yang mendekat, Ayara masih bisa melihat bayangan orang-orang yang mulai mengelilinginya. Tubuhnya terasa lemah, dan pandangannya mulai mengabur.
"Ya Allah, jika ini memang sudah takdir Ayara, Ayara ikhlas. Mama, Papa, Ayara akan ikut kalian," bisik Ayara dalam hati, sebelum semuanya berubah menjadi gelap gulita.
**[To be continued...]**
KAMU SEDANG MEMBACA
become the female antagonist twin sister (Hiatus)
Novela JuvenilBertransmigrasi menjadi kembaran antagonis. 🦋🦋🦋 SEBAGAI PEMBACA YANG BUDIMAN ALANGKAH BAIKNYA SETELAH MEMBACA MEMBERIKAN VOTE SETELAH MEMBACA DI BAGIAN KIRI BAWAH 🦋🦋🦋