04-PERSAHABATAN MUTLAK
"Hmmm," Sarah mengintip dari balik tembok lorong sekolah. Di susul Galang di atasnya dan Satria di paling atas.Mereka bertiga menoleh ke arah kanan dan kiri, berharap tidak ada guru yang lewat di lorong.
"Aman," Ujar Sarah.
"Tapi kita harus tetep hati-hati, jangan sampai Bu Titik mergokin kita," Balas Galang.
"Tau tuh guru udah kaya utang aja ada di mana-mana," Sahut Satria.
"Yee itukan lu si paling ngutang," ledek Galang.
"Gue ga pernah ngutang bro, sorry gue orang kaya. Gue kebetulan lagi ga bawa ATM,"
"Sssttt.....berisik amat dah lo berdua, gue cekek satu-satu mau?" Ancaman dari Sarah berhasil membuat keduanya terdiam senyap.
"Dah yuk buruan, sebelum ketahuan Bu Titik,"
Mereka bertiga berdiri tegak dan memgambil ancang-ancang untuk berjalan penuh hati-hati menuju ke dalam kelas.
Belum sempat mereka bertiga berjalan, suara seseorang yang mereka kenal terdengar jelas di telinga masing-masing.
"Mau kemana?" Ujar Bu Titik yang sedari tadi mengawasi mereka dari belakang.
Sontak mereka memalingkan wajah menghadap takut ke arah Bu Titik.
"Eh ibu....kita mau ke kelas nih bu," Ujar Satria.
"Ini jam berapa," ucap Bu Titik penuh penekanan.
"Hmm," Galang melihat ke arah jam tanganya dan kembali menatap Bu Titik jahil. "Jam 08.00 bu,"
"Kalian tau jam masuk sekolah?"
"Tau kok bu masa kita ga tau," sahut Sarah.
"Kalau gitu kenapa kalian telat terus!"
Teriakan dari Bu Titik berhasil mematahkan nyali mereka bertiga. Hingga membuat mereka menunduk bersalah.
"Kalian ikut ibu sekarang!"
"Mau kemana bu? Kalo ke BK engga ah, Galang udah kenyang sama Poin bu dari SM-"
"Malah curhat! udah ikut aja,"
"Iya bu," balas mereka dengan nada memelas.
•••
"Lah? lapangan? mau upacara bu? tapi inikan hari rabu," Ujar Satria polos.
"Kalian berdiri tegak di depan tiang bendera, lalu hormat sampai jam istirahat. Kalian tidak boleh menurunkan tangan, ingat saya mengawasi kalian,"
Bu Titik menunjuk ke dua matanya dan berbalik menunjuk mata ketiganya, lalu berbalik menuju ruang istana nya yaitu ruang BK.
"Apes mulu dah," ujar Satria.
"Udahlah nikmatin aja," balas Sarah.
"Tapi panas banget nih matahari," Keluh Galang mulai kepanasan.
"Gapapa matahari pagi kan sehat,"
Mereka menaikan tangan hormat dan menghadap ke arah bendera pusaka Indonesia, merah putih.
Galang dan Satria yang melihat Sarah mulai keringatan dan wajahanya yang mulai pucat pun sontak secara bersamaan memayungi Sarah menggunakan tangan keduanya.
"Hmmm?" Sarah menoleh ke Arah Galang dan Satria.
"Kita ga mau lo kenapa-kenapa," Ujar Satria.
Di sisi lain, semua murid heboh melihat kejadian tersebut dari masing-masing balkon kelas, termasuk para kaka Sarah.
Ezio yang melihat kejadian tersebut hanya terkekeh pelan sembari memperhatikan mereka penuh perhatian.
"Sar," Panggil Galang, dan hanya di jawab tolehan dari Sarah.
Seketika ia merasa ada yang keluar dari dalam hidungnya. Cewek itu pun sontak memegang hidungnya dan melihat ada darah yang keluar dari hidungnya.
Satria dan Galang yang melihat kejadian tersebut sontak panik seketika.
Brukk!!
"SARAH!" teriak keduanya sembari berlutut.
Ezio yang melihat kejadian tersebut segera bergegas lari menuju ke lapangan, disusul saudaranya yang lain.
Di sisi lain Satria tanpa pikir panjang langsung menggendong Sarah ala bridestyle menuju ke UKS.
Bertahan Sarah, lo kuat. Batin Satria.
•••
"heuumm?" Gumam Sarah sembari mengerjapkan matanya sesekali.
"SARAH," teriakan seseorang yang sangat ia kenali.
Sontak kepalanya menoleh ka arah suara tersebut.
"Syukur lo ga papa," Ezio yang sedari tadi tidak bisa diam dan panik, langsung bergegas berlari menuju brankar Sarah. Ia memandang lekat wajah Sarah dan tanpa di sadari ia meneteskan air mata.
"Bang," Lirih Sarah.
"Gausah ngomong dulu, lo masih lemes," Sahut Ghani.
"Lo ga tau betapa paniknya gue pas liat lo pingsan," Ezio menangis sejadi-jadinya.
"Bang Sarah ga papa," Sarah memeluk hangat tubuh Ezio sembari berusaha menenangkan nya.
"Gue ga bisa tenang kalo lo kenapa-kenapa," Sarah melepaskan pelukanya, dan Ezio kembali berdiri sambil mengelap bekas air matanya.
"Alay lo Zo," ledek Ghava
"Gue ga alay apalagi lebay, gue cuma takut dia kenapa-kenapa!" Sentak Ezio.
"Udah, lo berdua ga kasian sama Sarah?" Ghani berjalan mendekat brankar Sarah, dan memgelus lembut puncak kepala Sarah.
"Lain kali jangan macem-macem, lo itu lemah,"
Semua orang yang mendengar perkataan Ghani pun sontak terkejut, pasalnya bukanya ia menenangkan malah membuat sakit hati Sarah.
"Bang lo tolol atau polos sih?" Celetuk Ezio.
"Ghani itu gabisa nenangin orang, anggep aja dia lagi kasih nasehat," Sahut Ghava.
"Tapi ga gitu juga bang,"
Di saat yang bersamaan Galang dan Satria yang sedari tadi diam di dekat pintu akhirnya berjalan menuju Ezio.
"Maaf bang, ini semua salah kita," Ujar keduanya sambil menundukan kepala pasrah.
Ezio yang awalnya kesal dengan mereka berdua akhirnya hanya bisa tersenyum mendengar pengakuan keduanya.
"Lain kali ga usah di ulang, gue bantai lo berdua,"
"I-iya bang,"
Ezio yang melihat mereka terus merasa bersalah, dengan cepat merangkul bahu keduanya.
"Gausah sedih toh Sarah juga baik-baik aja sekarang,"
Seketika sikap Ezio membuat mereka merasa lega dan tenang. Mereka hanya mengangguk membalas ucapan Ezio.
To be Continued.........
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR SARAH [HIATUS]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Kematian, apa yang bisa kita lakukan jika akan menghadapi kematian? Seperti Sarah Nathania, gadis yang memiliki penyakit serius hingga membuatnya kewalahan sendiri menghadapinya. Hari demi hari ia lalui hanya untuk menunggu hari di m...