Sampai pelajaran ketiga manusia, dimana setiap manusia akan mempelajari arti cinta hingga mengasihi secara berbeda-beda, tergantung dari lingkungannya masing-masing. Tapi pelajaran ketiga mengenai cinta masih tentang objek yang berada disekitar manusia tersebut, semisal jika manusia tersebut memelihara hewan peliharaan maka kemungkinan besar ia akan belajar mengasihi hewan, disini orang tua memiliki peran memperkenalkan manusia terhadap objek-objek baru yang anak bisa kasihi.
Pada tahap ini, dulu saya sangat mengasihi hewan dan tumbuhan hal ini tak lepas dari ajaran kedua orang tua yang mendidik saya agar mengasihi hewan dengan cara memeliharanya ataupun ajaran nenek saya yang mencintai tanaman sebagai mahluk Allah yang memberikan manusia kehidupan. Saya ingat sekali ada beberapa hewan peliharaan yang pernah saya adopsi, ikan mas koki, kelinci, kucing dan burung. Biasanya dahulu orang tua selalu mengajak saya dan adik ke Pasar Jatinegara atau Pasar Pramuka untuk melihat-lihat hewan. Saya juga suka merawat tanaman, seperti Bunga Mawar, Bunga Anggrek, Ephorbia hingga Adenium atau Kamboja Jepang. Kecintaan Eyang dan Mama terhadap tanaman, membuat saya menyukai bunga, terlebih bunga mawar atau bunga-bunga yang memiliki harum yang sangat wangi.
Banyak cerita mengenai hewan dan tumbuhan yang bisa saya jabarkan satu persatu. Saya ingat ketika dirumah banyak ikan mas koki, hampir setiap pulang sekolah pada masa SD, saya mengajak eyang kakung ke toko aquarium yang dekat dengan rumah untuk melihat-lihat ikan. Maklum dulu sampai dengan SD kelas 3, Eyang kakung kadang masih suka jemput saya dan adik. Kadang kalau alhamarhum baru menerima pensiunan, beliau membelikanku ikan baru yang aku suka.
Lain lagi cerita ketika SMP yang rela jalan kaki sepulang sekolah agar bisa menabung untuk membelikan kucing di rumah eyang bernama pretty, sebungkus whiskas. Maklum dahulu whiskas merupakan makanan elit bagi seekor kucing, karena saya ingin nyenangi kucing peliharaan eyang, beberapa hari saya tidak gunakan ongkos balik untuk naik angkot dan memilih berjalan kaki agar uang yang terkumpul makin banyak.
Sampai yang terakhir bagaimana saya memelihara dua kelinci jenis Holland lop yang penuh suka dan duka. Sebenarnya saya sudah memiliki keinginanan memelihara kelinci Jenis ini sejak SMA, tapi karena harganya yang sangat mahal kisaran 1,5 juta paling murah akhirnya saya mengurungkan niat saya. Hingga akhirnya diumur 24 tahun, terbelilah kelinci Holland Lop pertama yang kuberi nama wang-wang (uang-uang). Jujur diumur sekarang memelihara hewan peliharaan ada banyak pelajaran yang bisa diambil hikmahnya dari pada sekedar belajar cara mengasihi mahluk Allah. Pelajaran pertama yang aku ambil hikmahnya baik-baik adalah mengenai analogi persiapan nikah, ketika memelihara kelinci, maka kita tak hanya membeli kelincinya saja tapi juga kendang, tempat makan dan minum hingga persediaan makanan terbaik. Begitulah menghadapi pernikahan, dalam pernikahan tentu kita tidak 'membeli' perempuan dari orang tuanya dengan mahar dan seserahan yang terbilang cukup menguras kantong belum lagi biaya resepsi, namun juga kesiapan perihal tempat tinggal, hingga tabungan biaya hidup berdua. Oke.. itu point satu.
Poin selanjutnya yang bisaku resapi adalah ketakutan saya sebagai pemilik yang sangat menyayangi wang-wang untuk melepasnya ke kebun. Maklum, saya takut ketika di halaman nanti ia makan sembarang daun yang mungkin bisa menyebabkannya mencret ataupun kembung. For your information dua penyakit ini adalah penyakit yang mematikan bagi kelinci. Dari situ aku tersadar sebuah analogi yang cocok yang bisa diterapkan di Pondok Pesantren, Bagaimana kadang seorang kyai tidak memberikan izin kepada santri untuk pulang ke rumah ataupun keluar. Ditataran tertentu kyai tau bahwa diluar sana banyak nilai-nilai yang dapat memudarkan semangat santri dalam mencari ilmu, godaan dunia diluar pondok begitu besar belum lagi mudhorot yang bisa mencemar batiniah santri. Sehingga kalau santri 'tidak kuat' maka proses ta'lim muta'alimnya bisa gagal. Karena dalam menuntut ilmu perlu pengosongan terhadap hal-hal yang berbau dunia, sebagaimana wadah kosong yang akan diisi air suci. Belum lagi sifat ilmu yang sangat pencemburu, sebagaimana ia tidak mau diduakan dengan hal-hal yang lain. Ibarat hubungan intim maka aku akan pdkt dengan seseorang yang paling cantik, sexy dan paling pencemburu yang pernah ada, namun ketika engkau mendapatkan 'gadis' tersebut maka perjuanganmu akan terbayarkan.
Nilai ketiga, bagaimana sebagai mahluk Allah kita akan membutuhkan pasangan entah itu untuk teman berbagi atau penyalur syahwat biologis. Pemikiran ini saya dapatkan ketika memandangi wajah wang-wang yang sangat tidak bersemangat dalam hidup, begitu hampa tatapannya, hidup hanya sekedar makan, bernafas dan buang kotoran. Maka dari itu saya termotivasi untuk mencarikan pasangan untuk wang-wang, dengan dalih kalau wang-wang bertemu pasangannya dan akhirnya menikah, maka tak lama aku pasti juga menemukan jodohku.
Dalam menemukan jodoh wang-wang, semesta seolah mendukung pencarianku. Hampir seluruh peternak kelinci seolah memasang kelinci-kelinci terbaik mereka di beranda facebook. Saya sempat bingung karena sangking banyaknya pilihan. Bagai memilih calon jodoh diantara banyaknya perempuan di dunia ini, banyak, tapi belum ada yang pas. Akhirnya sampailah tahap pengamatan hingga jatuh pada peternak terkenal di daerah Tasikmalaya, pikirku kalau aku mencarikan yang terbaik untuk wang-wang, maka aku juga akan diberikan yang terbaik oleh Allah.
Saat membeli jodoh wang-wang hal ini sedikit drama, karena saat itu uang yang ada di ATM sekitar 1,5 juta, belum pula dapat kerjaan atau project baru dan harga jodohnya wang-wang adalah 2 juta rupiah. Solusinya saat itu adalah saya DP terlebih dahulu, dan dilunasi diakhir ketika saya sudah dapat uang. Sebelumnya saya sudah membujuk adik agar mau patungan, namun ia berikeras tidak mau patungan karena harganya tidak masuk akal. Untuk seekor kelinci harganya semahal itu, jadi iapun menolak tawaran ku mentah-mentah.
Sampai bulan berikutnya saya belum dapat pekerjaan dan hingga akhirnya karena tidak punya uang, saya mengajukan kembalian uang yang sudah di DP dengan berat hati dan muka tembok. Untungnya akang tersebut sangat pengertian dan baik hati, sungguh saya tersentuh atas sikapnya. Dari situ saya berjanji kepada si akang, jika punya uang nanti akan beli kelinci untuk pasangan wang-wang tetap di akang kemudian hari. Dari kejadian ini saya belajar hikmah besar, bagaimana kadang ada pasangan muda yang menitipkan pasanganya di orang tua atau mertua, hanya karena mereka mencari uang untuk dapat hidup bersama kembali dan hal-hal seperti ini banyak dimasyarakat.
Tak lama dari kejadian tersebut, akhirnya saya mendapatkan project baru dengan gaji yang lumayan besar, belum lagi uang buku The Unexpected Journey yang mulai terkumpul. Awalnya satu project, tapi alhamdulillah bertambah menjadi tiga jadi total empat project yang menjadikan saya jadi auto cuan. Disaat uang beberapa project mulai turun saya kembali menghubungi akang kelinci untuk menepati janji saya membeli pasangan wang-wang. Hingga akhirnya kelinci yang bernama Milly (mengalir) sampai dirumah dengan selamat. Jadi jika digabungkan Milly & Wang-wang artinya adalah uang yang mengalir HAHAHA...
Janjiku sudah kupenuhi terhadap wang-wang maupun Kang Kelinci, selanjutnya observasi selanjutnya adalah bagaimana ketika milly datang ke rumah dan wang-wang pertama kali melihatnya. Sungguh rasanya wang-wang seperti disiram air kehidupan, wajahnya begitu semangat dan sikapnya begitu aktif. Namun karena Milly masih perlu adaptasi dengan lingkungan baru, jadi saya tunda perkawinan mereka hingga akhirnya siap. Meski beda kendang tapi keduanya sama-sama memancing perhatian, bagaimana bisa seekor milly menyodorkan bagian kelaminnya didepan wajah wang-wang sehingga membuat wang-wang terus berada dipojok kendang seolah melihat pemandangan indah yang selama ini tidak ia pernah lihat.
Hingga akhirnya hari perkawinan itu tiba, sungguh bagai kuda yang dilepas di padang rumput pacuan nafsu wang-wang kepada milly-pun tersalurkan pada awal Desember. Sungguh sebagai pemilik mereka, melihat proses percintaan tersebut bagai orang tua yang menikahkan anaknya. Mungkin jadi orang tua nanti akan lebih bahagia rasanya jika anak sendiri nikah. Tinggal tunggu bayi-bayi imut itu lahir dan saya seolah menjadi kakek bagi anak-anak wang-wang dan milly.
Tapi lagi-lagi waktu yang ku nampaknya, bukan membawa sebuah kebahagiaan yang diperkirakan. Tepat tanggal Desember 2019, Milly melahirkan dua bayi kelinci. Namun na'asnya, kedua anaknya lahir dalam keadaan meninggal dunia. Demi yang menghidupkan dan mematikan semua mahluk ciptaanNya.
Setelah menguburkan sejenak aku berpikir dan teringat kisah temanku yang mengalami nasib kurang baik terhadap cabang bayi, bayinya meninggal dalam kandungan pasa usia delapan bulan, pasti hancur berkeping keping hati si ibu, melihat anaknya yang ditunggu meninggal dunia, begitu juga hati si Milly. Kedua kali mencoba dengan usaha keras, namun keguguran juga karena jatuh di toilet. Ya Allah...
Mengingat kejadian tersebut akupun pucat, karena bagaimana nasibku nanti ketika menikah.. Apa jadinya jika aku ada di kondisi seperti teman ku dan Milly ? Apa aku bisa tegar seperti biasanya ? Berhubung kata orang nanti saat memiliki anak mindset mu akan berubah dan bagaimana bahagianya menjadi orang tua dan melihat buah hati tumbuh. Meski kalau dilogikakan dan diperhitungkan berkeluarga mengeluarkan cost yang sangat mahal, dan masalahnya ada ada aja. Semoga kejadian sore ini menjadi bekal pelajaran yang bermanfaat untukku kedepannya.
Begitulah pelajaran cinta dan hikmah ketiga yang dapat kuambil dari binatang. Mereka memberikan pelajaran simulasi dalam banyak hal, dari teman untuk hiburan, hingga mengajari simulasi kecil menjadi seorang orang tua bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE : The Universe
SpiritualSebuah buku berisikan kisah seorang pemuda yang sedang mengembara mencari arti cinta sejati. Cinta yang bukan hanya sesama manusia, tapi seluruh aspek kehidupan hingga kepada Sang Pencipta. Mengenal Cinta seluas The Universe.