Aurora Pemanis Sanubari

1 0 0
                                    

Saat itu tepat kelas 2 SMA, hari pertama menjadi kakak tingkat dengan masuknya para siswa baru. Tak ada hal yang spesial jadi kakak tingkat kecuali beberapa akses perizinan yang dipermudah oleh senior kelas 3. Saat menjadi senior, saya sudah punya prinsip ketika ada adik kelas nanti diri ini tidak boleh sombong dan banyak gaya. Sejujurnya juga saya sangat kurang setuju dengan adanya senioritas, tapi senioritas di sekolah ini sudah menjadi nilai, jadi dilakoni saja.

Ada kebiasaan teman-teman seangkatan ketika adek kelas ada, yaitu mencari seseorang untuk dipacari ! Mereka sungguh bagai predator karena haus kasih sayang. Ada yang bergerak begitu sigap.. dan ada juga yang masih melihat-lihat. Sampai-sampai perbincangan mengenai adek kelas tersebut dibicarakan saat sebelum tidur ketika lampu sudah gelap. Masih ingat pertanyaan salah seorang teman saat itu dalam memulai percakapan sebelum tidur di kamar yang diisi kurang lebih 12 orang. "Eh angkatan sekian.. lumayan banyak yang cakep yak ?" "menurut lo siapa adek kelas yang cakep ?"

Satu persatu teman mulai menjawab pertanyaan tersebut dengan hasil observasi yang telah mereka lakukan. Hingga akhirnya pertanyaan tersebut jatuhlah kepadaku yang belum melakukan observasi mengenai adik kelas. Dengan ngasal aku bilang saja, seseorang yang main biola saat Penutupan Masa Basis (PMB) lumayan menarik. "That's it".. Maklum saya tidak punya pandangan karena menilai perempuan tidak bisa lewat satu sisi saja, kadang perempuan menarik bukan karena cantik wajahnya tapi bisa karena kepribadian, atau skill tertentu yang dia miliki. Jadi karena yang paling menonjol tampil didepan panggung dan unik akan skill yang ia kuasai, akhirnya terlontarlah nama gadis itu yang saya samarkan menjadi Aurora.

Malam telah berganti, siang hari berjalan dengan normal tapi tidak saat malam hari saat setelah jam makan malam. Saat dijalan pulang ke asrama, seseorang adik kelas menyamperi ku dan berkata terima kasih atas pisang yang 'katanya' aku yang memberikannya saat makan malam. Memang bajingan teman-teman kamar, kalau bercanda suka gak normal. "Sorry.. kayaknya salah deh.. abang gak ngasih pisang ke siapa-siapa dan tadi dimakan sendiri pisang yang ada di plato" "Oh.. maaf bang.. tadi kata bang (sebut saja Reza), pisangnya dari abang buat saya.." "Anjir.. benar-benar.. (batinku berkata) Oh yaudah.. gak papa, mungkin kamu dan abang dikerjain". Setelah kejadian memalukan tersebut saya langsung mendatangi si Reza, "Za.. Kurang hajar lo yaa.. bisa bisanya bilang itu pisang dari guee... Anjir kacau lo. Kalau anak orang nganggepnya serius bahaya anjir.." "Tenang aja... beneran atau becanda gak papa kok.. anaknya kan lumayan manis, siapa tau jadi pacar beneran".

Ke-esokan harinya setelah makan malam, di momen yang sama saat menuju asrama, gadis tersebut mendatangi lagi dan berkata "bang.. salam lewat secarik kertasnya dari abang bukan ?" "SYET.. benar-benar berulah lagi si Reza.. Oh.. bukan, ini kayaknya Bang Reza yang jail deh.." "Oh ya bang. Makasih yaa.." Cara tersebut dilakukan reza berulang kali hingga tibalah pembentukan OSIS periode angkatanku dengan formasi angakatanku dan angkatan adek kelas. Jujur saat itu ketua OSIS hanya menawariku, bersedia atau tidak untuk mengisi posisi tertentu dalam divisi yang kiranya relevan dengan keahlian ku, jadi saya tidak tau anggota divisi tersebut selain saya siapa saja. Namun saat kumpul OSIS perdivisi malam itu, entah takdir aatau bagaimana Aurora berada dalam divisi yang sama denganku. Akhirnya saya dan aurora mulai berbicara satu sama lain mengenai hal-hal yang kiranya relevan dengan tugas kita sebagai OSIS, dan sementara si Reza adalah ketua dari divisi kami. Saya semakin curiga bahwa penyatuan saya dan Aurora adalah ide bulusnya si reza.

Rapat demi rapat sebelum membentuk acara pertama yaitu party night. Rupanya bunga cinta tersebut mulai tumbuh, intensitas bertemu kami makin sering sehingga saya bisa mengenal aurora jauh lebih dekat dari sebelumnya. Perhatian mulai ku taruh kepadanya, menanyakan habis makan malam bisa ngobrol dulu atau nggak, hingga akhirnya saya berniat buat mengajak pesiar bareng untuk pertama kalinya dengan tujuan menyatakan rasa cinta kepadanya haha.. Sungguh memutar balik waktu saat tulisan ini dimuat bukanlah hal mudah, saya mengingat-ngingat dimana tempat saat saya nembak dia dan apa kejadian setelah itu.

Hari Minggu tanggal 24 Oktober 2010, itulah hari dimana aku dan dia menjadi sepasang kekasih, ku nyatakan perasaan tersebut di sebuah kafe donat yang terletak di salah satu Mall di Kota Bandung. Masa SMA sungguh diwarnai hal-hal yang menggelikan dan sok dewasa, tapi yang jelas betapa senang hatiku kala itu ketika ternyata ia menerima pertanyaanku "Mau jadi pacar abang apa nggak ?" dan ia berkata "Mau.. ayuk kita jalani". Saat pulang ke asrama di jalan simpang menuju asrama putra dan putri dia berkata "terima kasih atas semuanya untuk hari ini ya bang"

Hari demi hari makin indah bagiku, bertemu dengannya hariku serasa hidup. Indah bukan main.. Masa SMA tentu sesuatu yang ditakutkan bagi orang pacaran adalah nilai sekolah yang jeblok, tapi demi menciptakan sebuah hubungan yang sehat aku selalu menanyakan perihal nilai-nilai ujian kepada Aurora dan jika nilainya turun aku tanya mengapa ?. Masih ingat bahwa kita punya tempat file, untuk menyimpan koleksi ulangan kita bersama dan surat-surat mengenai keresahan hati antara aku dan dia.

Hampir dua minggu berpacaran, seketika petir itu datang. Sebuah kabar buruk bahwa aku mendapat kabar jika ayahnya tidak menyetujui kami pacaran. Pemikiranku memang sok tua waktu itu, aku mencoba meyakinkan bahwa siklus pacarana kami tidak akan mengganggu waktu belajar, karena kami tau tempat dan waktu. Saya meyakini dengan adanya prinsip tujuan-tujuan itu bisa dicapai. Hingga sampai sebulan pertama, rupanya ayahnya tetap tidak setuju dengan hubungan ini dan disitu semangatku mulai jatuh.

Memasuki pesiar kedua, bukan petir lagi yang menerpa, tapi angin topan. Saat kencan kedua kami merayakan Monthversarry (sebutan alay anak muda dulu), seketika Abang Aurora datang menghampiri merusak suasana manis tersebut. Masih terpatri diingatan bagaimana gaya bicaranya setelah foto box, "Eh gue mau pesiar bareng adek gue nih.. Mendingan lo pulang aja deh !"

Merasa tak terima, akhirnya ku jawab "Bang.. gak bisa gitu dong, saya akan sudah janji pesiar dengan Aurora.. Kenapa kita nggak pesiar bertiga, toh saya juga mau mengenal abang sebagai kakaknya Aurora ?" "Lo siapa emang, apa hak lo ngatur-ngatur gue ?" Kondisi saat itu berada di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Bandung. And guess what ? satpam hampir aja nyamperin ketika abangnya mulai ngajak ribut. (Sungguh jika di filmkan ini bagai adegan FTV) aku masih bisa membayangkan posisi kami saat itu. It was super embrassing moment in that time, but now it's funny to be remembered.

Memasuki malam hari, in that darkest day. Aurora menemuiku untuk meminta maaf, tapi karena sudah terbakar emosi dan sakit hati akhirnya aku menolak untuk berbicara and we broke up in the next day. A super short relationship but a long desperate a.k.a kegalauan in the several months later.

LOVE : The UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang