Chapter 8 || Tenggelem Terlalu Dalam

635 74 19
                                    

Terhitung satu hari setelah keberangkatan Ayah untuk kembali ke rumah.

"Ayah jadi pulang hari ini?" Jendra duduk di dekat Candra yang sedang menonton Upin Ipin di televisi. Membawa dua mangkok berisikan sereal, satu untuk ia makan sendiri satu lagi untuk ia berikan kepada Candra.

Candra mengangguk, ia menerima semangkok sereal yang Kakaknya berikan.

"Katanya satu minggu lagi, kenapa mendadak banget pulangnya?" tanya Jendra.

"Aku yang minta. Bunda kan pastinya nggak mau nemenin aku di acara ulang tahun sekolah, jadi ya aku minta Ayah pulang. Nggak maksa sih, tapi katanya Ayah bisa usahain, dan akhirnya bisa beneran," jawab Candra.

"Jam berapa sampai rumah?" Jendra bertanya sembari mengunyah serealnya.

"Harusnya sih jam satu siang tadi udah sampai, tapi ini udah jam lima sore kok belum pulang-pulang, aku chat nggak dibales. Apa mungkin karena naik kapal ya, Mas?"

"Kayaknya iya. Kenapa nggak naik pesawat aja?"

"Pengen naik kapal katanya."

"Oh iya, Mas. Mbak Thesa besok ulang tahun, kan? Nggak mau kasih kejutan apa gitu?" tanya Candra saat tiba-tiba teringat kalau besok adalah hari ulang tahun Kakaknya.

"Ayah kan nanti pulang. Ya itu aja kejutannya. Doi udah kangen banget tuh sama Ayah, pasti seneng kalo ketemu. Jadi nggak usah kasih kejutan reno-reno, mandhak yo Thesa e kok." Jendra tertawa.

"Adek durhaka!" sindir Candra.

"Kamu tuh kayak anak kecil aja tontonannya Upin Ipin. Ganti lah." Jendra mengambil remote di atas meja, kemudian mengganti chanel berulang kali, namun banyak yang iklan dan sebgaian tak cocok untuknya. Akhirnya, yang ia pilih adalah chanel yang sedang menayangkan berita.

"Yaelah, Mas! Mendingan Upin Ipin lahhh. Ganti. Aku nggak suka nonton berita." Saat Candra hendak mengganti chanel, tangannya ditahan oleh Jendra.

"B-bentar," katanya.

Seperti ada yang menyambar hatinya. Meski kasat mata, tapi rasanya begitu nyata. Hatinya sakit seperti benar-benar tersambar petir. Jendra tak bisa berkata apa-apa, matanya berair saat terus terfokus pada televisi.

"Ayah naik kapal apa?" tanya Jendra dengan suara bergetar. Matanya tetap menatap televisi. Pikiran buruknya sudah berkelana.

Candra tak menjawab, matanya ikut terfokus pada tayangan berita yang memberitakan tenggelamnya kapal.

"Pagi tadi, cuaca buruk dan gelombang tinggi yang hampir tiga meter, adalah salah satu penyebab tenggelamnya Kapal TCF7K. Diduga Kapal tenggelam karena adanya kebocoran di bagian belakang kapal sehingga air masuk ke dalam kamar mesin.

Pompa bilga yang berfungsi untuk membuang air dari kamar mesin juga tidak bisa digunakan.

Air yang masuk ke dalam kamar mesin membuat mesin-mesin terendam air dan menyebabkan mesin utama dan mesin bantu tidak berfungsi."

Itu adalah suara reporter di acara berita sore ini.

"Candra! Jawab?! Ayah nggak naik kapal itu, kan?"

Tinta BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang