Chapter 12 || Malam Tahun Baru

731 55 20
                                    

|this chapter sepesial untuk malam tahun baru, janngan lupa vote dan komen ya?|






○●○●○●○







Satu bulan kepergian ayah, membuat rumah terasa begitu sepi. Bunda tidak lagi sering berada di rumah, Bunda lebih sering menghabiskan waktunya di tempat kerja. Biasanya pulang satu minggu sekali, dan sekalinya pulang pasti hanya akan melampiaskan kemarahannya pada Candra. Bunda jadi lebih sering memukuli Candra, bahkan tak segan mengurung anak bungsunya itu di dalam kamar mandi selama berhari-hari. Dan ia akan sangat marah jika ada yang berani membukakan pintu untuk Candra.

Sementara Thesa, gadis itu memilih untuk tinggal di kos-kosan dekat kampusnya. Sejak satu bulan yang lalu, Thesa tidak pernah kembali dari rumah. Terakhir gadis itu di rumah saat menenangkan Bunda yang menangis tersedu-sedu di malam hari ketika baru saja kembali dari rumah sakit. Sepertinya Thesa memang butuh waktu untuk sendiri, untuk meredakan semua rasa sakitnya.

Yang ada di rumah, hanya Candra dan Jendra. Namun, Jendra menjadi sangat kacau. Laki-laki itu jadi sering pulang dengan keadaan mabuk, tubuh penuh luka dan kadang kala membawa pulang motor yang sudah remuk. Kerjaan laki-laki itu kalau tidak tidur ya marah-marah. Sangat berbanding terbalik dengan sosok Rajendra yang Candra kenal dulu.

Candra benar-benar merasa asing dengan rumah yang dulu selalu menjadi tempat paling hangat untuk ia pulang. Kini, rumah menjadi tempat yang sangat membuatnya terluka.

"Mas, kalo mau sarapan, di dapur ada rendang dari om David. Kata om David, Mas bisa benerin motor Mas yang rusak ke om David aja. Kalo Mas mau, nanti om David ke sini." Candra berkata pada Jendra yang saat ini tengah bersiap untuk keluar entah ke mana. Namun Jendra sama sekali tak menanggapi adik bungsunya itu.

Candra menghela napas samar, kemudian berlalu meninggalkan Jendra. Ia berjalan menuju dapur, kalau tidak disiapkan, mungkin Jendra tidak akan makan. Jadi dari pada menghabiskan tenaganya untuk sekedar berbicara dengan Jendra, Candra memilih untuk langsung menyiapkan kakaknya makanan.

Saat hendak mengambil nasi, Candra menghentikan pergerakan tangannya ketika melihat amplop coklat yang sangat familiar. Itu adalah surat panggilan orang tua dari BK. Candra meletakkan piringnya, kemudian membuka surat itu.

"Mas Jendra buat masalah apa lagi sih? Masalah yang kemarin aja belum selesai, sekarang siapa lagi yang dihajar?" gumam Candra. Ia benar-benar nelangsa menatap surat itu. Yang ada dengannya sekarang, apakah itu benar Jendra? Jendra tidak seperti ini. Jendra yang sekarang, pasti bukan Jendra.

Jendra yang Candra kenal adalah sosok yang sangat ramah dan peduli terhadap sekitar. Makannya tidak heran jika dia mempunyai banyak sekali penggemar. Tidak hanya di sekolah, di luar sekolah pun Jendra memiliki banyak penggemar. Karena memang laki-laki itu memiliki aura yang sangat kuat, seperti bintang. Terlepas dari ketampanannya, Jendra memang selalu tersenyum pada semua orang, bahkan laki-laki itu juga sering mengikuti kegiatan bakti sosial dan menjadi relawan.

Lantas Jendra yang sekarang? Kenapa laki-laki itu jadi sering membuat masalah baik di sekolah maupun di luar sekolah? Semua orang jadi membicarakannya karena sikapnya yang berubah 180 derajat. Apalagi setelah Jendra bertengkar dengan temannya karena masalah kecil kemarin. Semua orang mendadak kecewa dengannya. Lalu surat BK ini? Masalah apa lagi yang Jendra lakukan?

Candra berjalan menghampiri Jendra dengan membawa surat BK itu. Ia menatap kakaknya dengan tatapan kecewa. Sembari menyodorkan surat itu, Candra berkata, "Mas, apa yang salah sama Mas? Kenapa belakangan ini Mas sering banget buat masalah?" Mungkin itu terkesan tak sopan, mengingat selama ini Candra tidak pernah sekalipun menghakimi Kakaknya. Tapi melihat Jendra terus-terusan seperti ini. Candra juga tak bisa.

Tinta BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang