5

3 0 0
                                    

Bel istirahat telah berbunyi,membuat para siswa maupun siswi di kelas XI Mipa 5 semua penghuninya kompak mengucap syukur saat mendengar bel berbunyi.

Hal ini menandakan bahwa mereka terbebas dari soal ulangan yang membuat mereka pusing tujuh keliling.

Biasanya soal matematika berhubungan dengan hitung menghitung dengan jawaban yang beranak.

Satu soal bisa menghabiskan dua lembar kertas jawaban, namun ini jangankan dua, satu lembar jawaban saja tidak akan cukup.

Bahkan soal matematika biasanya singkat, padat, dan jelas, namun ini soalnya bertele-tele namun berhasil membuat mereka memutar otak.

"Panas kayaknya punya dendam kesumat deh sama kita" ucap Aldo sang ketua kelas dengan frustasi, Panas merupakan julukan yang diberikan oleh kelas ini yang kemudian diikuti oleh kelas lainnya.

Sebenarnya nama guru tersebut adalah Pak Nas guru tergabut di sekolah tersebut, masuk kelas ketika ingin memberi ulangan dengan soal yang tidak masuk di akal orang waras,jadi yang mengerti soal tersebut hanyalah spesies yang sama dengan Pak Nas.

Pak Nas ketika di singkat menjadi Panas, begitulah pemikiran sang maha benar yaitu Leo.

"Bener gue frustrasi hadapinnya" Leo membenarkan ucapan Aldo sambil mengetuk-ngetuk mejanya.

"Bentar kayak ada yang salah deh dari ucapan lu" Rini merasa janggal dengan kalimat yang di ucapkan Leo seperti ada yang salah gitu.

"Mana ada, gue nggak pernah salah" Bantah Leo mencopy kalimat legend para perempuan di muka bumi.

"Coba lu ulang kata frustasi" Perintah Dea yang akhirnya menemukan keganjalan yang dipermasalahkan Rini.

"Alah kalimat gampang gitu juga, buat apa gue ulang" Leo jelas tak ingin mengulang ucapannya, hey ingat dia tidak pernah salah, jadi buat apa mengulangnya.

"Alah bacot lu, ulang aja apa susahnya sih" semprot Aldo membuat Leo pasrah hey mereka tak percaya kah pada dirinya sudah Leo katakan bahwa dia tak pernah salah.

"Frustrasi, puas kalian" Leo menatap mereka bangga tak lupa membusungkan dadanya bangga.

"Gue kan udah bilang gue nggak pernah salah" lanjutnya membuat teman-temannya yang lain mendatarkan wajahnya.

"Frustasi bego" semprot Rini.

"Iya gue tau kok, frustrasi kan" Leo heran deh ini Rini yang bego apa dia sih, udah jelas-jelas Leo itu pintar dan yang penting tak pernah salah.

"Frustasi goblok" Kini giliran Aldo yang tertekan dengan kegoblokan sahabatnya.

"Kalian kenapa sih, iya gue tau frustrasi, kenapa di ulang terus dah?" Ini teman-teman gue pada goblok atau gimana sih pikir leo.

"Frustasi Leo" Lama-lama Rini bisa depresot menghadapi kegoblokan Leo.

"Iya gue tau frustrasi kalian kenapa sih,pada kemasukan farakang kah?" Sumpah Leo lelah menghadapi teman-temannya yang mempermasalahkan kata frustasi lama-lama Leo bisa gila.

"Dengerin gue" Kini Angka yang maju untuk menyadarkan Leo dari kegoblokannya.

Memegang bahu Leo,dengan tampang sok seriusnya dia menatap Leo dalam yang dibalas tatapan serupa oleh Leo.

"Fru"

"Fru"

"Ss"

"Ss"

"Ta"

"Ta"

"Si"

"Si"

"Frustasi"

"Frustrasi"

"Gue nyerah" Angka mengangkat tangannya pertanda menyerah, dirinya tak sanggup menghadapi kegoblokan dari seorang Leo.

"Emang kita lagi perang ya?" tanya Leo dengan polosnya membuat temannya merasa gemas ingin menabok muka sok polosnya itu.

"Kok bisa sih lu jadi buaya dengan kegoblokan lu itu" Rini begitu kesal menghadapi kegoblokan dari seorang Leo.

Apakah para mantannya tak lelah menghadapi sikap Leo.

Mungkin jika para mantan Leo memdengar pernyataan itu mereka dengan spontan mengatakan lelah, dimana Leo yang selalu merasa paling benar dengan segala kegoblokan yang dimilikinya.

"Mending kita ke kantin aja, yang lain mungkin udah pada kenyang lah kita masih ada di kelas" Ucap Angel melerai pertikaian unfaedah mereka.

Dirinya tak sengaja mendengar bunyi perut Lexa, namun Lexa tetap stay cool seakan perut yang berbunyi itu bukan milik dirinya.

"Ah, bener juga kebetulan gue udah lapar, jadi yok ke kantin." Semangat leo lalu menarik Angka diikuti yang lainnya.

Mereka berjalan beriringan dengan ketiga buaya yang selalu tebar pesona kepada setiap cewek yang dilihatnya, siapa lagi kalau bukan Angka, Leo dan Saka.

Teman-teman mereka yang melihat kelakuan murahan para buaya tersebut hanya berdigik ngeri, apalagi melihat reaksi para wanita yang histeris seakan mereka merupakan makhluk kurang belaian.

Ada yang mau bantu teman-teman Lexa untuk menyadarkan para wanita kurang belaian tersebut dari jeratan pelet para buaya tersebut.

"Nggak habis thingking gue sama mereka bisa-bisanya terjerat sama pesona abal-abal kalian." Angel akhirnya membantu mereka mengeluarkan keluh kesah mereka.

"Anjir, pesona gue itu luar biasa bukan abal-abal bangke" ucap Leo tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Angel.

"Kalau pesona lu yang abal-abal, gue nggak heran sih" lanjut saka dengan tampang julidnya.

"Enak aja l-"

"Diem deh, kita udah sampai mending kalian diam aja" ucapan Angel terpotong oleh Lexa yang berbicara dengan nada datar tak berminat.

Mereka lalu mencari tempat duduk yang cukup untuk mereka berlima belas.

Akhirnya mereka memutuskan untuk menggabungkan dua meja agar cukup untuk mereka semua.

"Yang mau pesen siapa?" tanya Dea.

"Mending yang pesan para buaya aja biar pesona mereka makin mantap gitu" Angel membalas ucapan Dea dengan senyum miring khasnya.

Merasa dengan senyum miring tersebut mereka akan ketakutan, namun bukannya takut mereka malah memasang wajah jijik melihat muka Angel.

"Nggak usah pasang muka kayak gitu bangke." Ujar Rini sambil meraup muka Angel.

"Udah mending kalian cepetan pesen deh, samain aja semua." celetuk Lexa sebelum perdebatan mereka tambah panjang.

Para buaya hendak menyuarakan keberatan mereka, namun melihat Lexa menyodorkan uang yang cukup banyak, membuat mereka dengan senang hati menjalani perintah negara.

"Lumayan buat jajan" batin Leo kegirangan.

DELION'ERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang