6

3 0 0
                                    

"Pelangi-pelangi"

"Alangkah indahmu"

"Merah kuning hijau"

"Di langit yang biru"

"Pelukis mu agung"

"Siapa gerangan"

"Pelangi-pelangi"

"Ciptaan tuhan"

Nyanyian Lexa menggema di dapur tempat dirinya bekerja, dengan sesekali menggoyangkan tubuhnya sambil memotong bahan-bahan yang akan dirinya gunakan untuk memasak menu spesial di cafe tersebut, yaitu ayam cingcang.

Lexa tidak menghiraukan tatapan mereka yang satu ruangan dengan dirinya, baginya selagi dia bahagia kenapa tidak, yekann.

"Jadi deh." Pekik Lexa senang sambil mengangkat makanan yang susah payah dirinya buat.

Lexa itu pekerja serabutan di cafe tersebut, dirinya bisa jadi apa saja yang penting gajinya juga tinggi, pelayan dirinya bisa, tukang masak masih bisa, cuci piring sabilah di uji, satpam beh jangan di tanya ganas dianya, kasir jangan harap dapat diskon.

"Udah mending lu antar aja cepet, mereka udah nunggu lama soalnya." Titah sang kepala koki sambil mendorong troli makanan yang sudah penuh kearah Lexa.

"Yah kok gue sih, kan masih banyak pekerja yang lain." Protes Lexa sambil menunjuk kearah luar dapur dimana pekerja lain sedang bercanda ria.

"Udah nggak usah banyak protes, lagian mereka pengennya lu yang bawa jadi have fun aja" Semangat kepala koki tersebut yang mau tidak mau Lexa jalankan perintahnya.

"Pokoknya gue mau kenaikan gaji!" Pekik Lexa sambil mengambil alih troli tersebut untuk dibawa ke ruang privat.

"Lama-lama gaji lu setara sama manager Lexa" ucap sang kepala koki tak habis pikir, setiap ada kerja tambahan Lexa selalu meminta agar gajinya dinaikkan, bisa bangkrut cafe ini kalau Lexa begitu terus.

Lexa mendorong troli tersebut dengan mimik wajah datarnya, namun tidak dengan hatinya yang sudah mengabsen nama binatang yang ada diseluruh dunia.

Wajah Lexa semakin suram saat melihat siapa pelanggan istimewa yang meminta agar Lexa yang melayani mereka, rupanya kumpulan lalat dengan sampah yang seharusnya dibuang malah di ratukan.

"Hy Lexa" sapa ona dengan senyum meremehkannya.

"Sok kenal lu" balas Lexa sinis.

"Lu harusnya sopan dong sama pembeli, kan pembeli itu sama kayak raja" ucap Dara sambil menekan kata pembeli dan raja seolah menegaskan bahwa Lexa harus hormat dengan mereka.

"Nggak peduli, lagian yakali berlian kayak gue patuh sama sampah kayak dia." Balas Lexa sambil menatap Ona saat kata sampah keluar dari mulutnya.

"Maksud lu ngatain gue sampah apa hah!" Sentak Ona tak terima tepat di depan muka Lexa yang membuat Lexa spontan menutup matanya sambil menahan nafas.

"jigong lu terciprat ke muka gue mana bau bangke lagi." Hina Lexa sambil melap mukanya.

Mendengar Lexa berkata begitu keenam lalat tersebut sekuat tenaga menahan diri agar tidak tertawa, bisa habis mereka jika ketahuan menertawakan Ona.

"Nggak usah banyak omong lu" Andra segera melindungi Ona yang mukanya sudah memerah padam menahan malu.

"Loh yang dari tadi banyak omong kan dia..." Lexa menunjuk Ona dengan jari tengahnya "Lagian kalau ntar gue nggak balas kan bisa aja dia laporin gue ke bos gue agar gue di pecat dengan alasan kurang ajar sama dia" lanjut Lexa dengan muka tanpa dosanya, jangan lupakan dengan kata-kata yang berbelit-belit.

"Udah ah, mending kita cari resto lain aja yang lebih mewah dari ini" Usul Dara yang disetujui mereka semua tanpa melihat muka Lexa yang kentara sekali menolak.

"Eits, mana bisa gitu, kalian udah pesan banyak terus mau langsung pergi gitu aja nggak bisa say~" Hadang Lexa, enak saja mereka memesan porsi ganda dan seenak jidatnya ingin pergi gitu aja, oh sorry saja jangan harap.

"Apaan sih kan kita ngak sentuh tuh makanan jadi kita nggak perlu bayar dong" Langit tentu tak terima, masa makanan yang belum mereka sentuh harus mereka bayar, kan rugi di mereka dong pemerasan itu namanya.

"Lu mau meras kita ya" Tudah Dara sambil menatap Lexa jijik, trik kayak ginimah selalu mereka temukan di kehidupan sehari-hari mereka.

"Nggak kok gue cuma mau nyari keadilan aja gitu" balas Lexa malas, hey dirinya sudah lelah apa mereka tak berniat untuk membayar lalu pulang gitu.

"Keadilan congormu" ejek Arvin.

"Bilang aja kalian nggak mampu bayar, yaudah kali ini gratis buat orang nggak mampu kayak kalian" balas Lexa sambil mengibas-ngibaskan tangannya pertanda mengusir.

"BANGSAT LU GUE PUNYA BANYAK UANG YA!" Teriak Andra kehilangan kesabarannya, dia sudah menahan sedari tadi agar tidak kelepasan, namun rupanya Lexa tak ada kapok-kapoknya.

Dengan tangan yang mencengkram kerah seragam Lexa, urat-urat di tangannya begitu menonjol membuat lexa hilang fokus aja.

"Bilang aja kali kalian nghak mampu buat bayar, gue bakalan dengan senang hati buat ngelepasin kalian kok." Balas Lexa santai setelah berhasil mengendalikan dirinya, tanpa peduli dengan Andra yang semakin tersulut.

"Jangankan makanan itu, harga diri lu aja mampu gue beli" Bisik Andra tepat di telinga Lexa yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua.

Lexa yang mendengar bisikan Andra hanya terkekeh, yang membuat Ona salah paham, dirinya mengira bahwa Andra membisikkan sesuatu yang lucu, bukannya mengancam Lexa seperti yang mereka rencanakan kemarin.

"Dug..."

"Ahh bangsat!" Pekik Andra saat Lexa dengan sengaja menyikut menggunakan lutut ( yang tau namanya komen biar we ganti) junior kecilnya yang tak tau apa-apa.

Keempat  pria yang melihat aksi Lexa kompak menutupi aset berharganya, dari aksi Lexa.

"Uhh, masih aman nggak tuh" batin Arvin dan Langit  sambil meringis ngilu.

"Sakit tuh pasti" Ringis dua teman Andra sambil memegang junior mereka, masih bisa buat anak nggak tuh pikir mereka.

"Lu nggak papa Ndra?" tanya Ona yang jelas cuma basa-basi udah liat Andra meringis sambil memegangi asetnya dengan posisi selonjoran di lantai.

"Kalau sampai gue madul... Lu harus tanggung jawab bangsat" ucap Andra sambil menatap Lexa tajam, Lexa yang ditatap hanya memgedikkan bahu acuh.

"Nggak urus btw" Acuh Lexa membalas menatap Andra datar.

"Moga junior lu baik-baik aja ya" bisik Lexa tepat di telinga Andra dengan senyum miring dan kilatan benci yang terlihat jelas di matanya membuat Andra yang melihatnya tertegung.

"bay..." Lexa menepuk pundak Andra tiga kali saat mengucapkan kata perpisahan tersebut, meninggalkan Andra dalam keterpakuannya.

"Bisa bangun nggak Ndra?" tanya Ona menyadarkan Andra dari keterpakuannya.

"Ah, gue bisa berdiri kok" Balas Andra sambil menegakkan tubuhnya saat juniornya sudah tak sesakit tadi.

Mereka pun berlalu meninggalkan tempat tersebut, meninggalkan makanan mereka.

"Dasar orang kaya, buang-buang makanan aja" batin salah satu pengunjung yang melihat mereka hanya berlalu tanpa memakan makanannya.

DELION'ERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang