ketiga 'BANDIT'

143 12 7
                                    

Kelas sepuluh teknik mesin mulai bersorak macam orang-orang yang lagi nonton pertandingan MMA. Alasan mereka bisa se-ribut itu, adalah karena satu cewek yang menghujamkan tangannya ke perut seorang cowok mirip sama Mike Tyson kalo lagi diatas ring

"BERANI JUGA LO, PEGANG PEGANG GUE." Ujar gadis itu, melotot.

Dia rivaldo, rivaldo anggara. Si playboy paling terkenal seantero Jakarta, juga murid paling apes pada hari pertama sekolahnya. Siapa sangka ia harus duduk bersimpuh didepan cewek yang ia incar. Dan siapa sangka pula ia mendapat bogem mentah oleh makhluk bernama cewek. Oke, ini kesalahannya karena sering meremehkan seseorang. Tapi serius, memangnya ini adalah tenaga seorang cewek? Shit, memalukan banget.

Hampir menangis kesakitan, rivaldo menatap perempuan yang justru menatapnya balik dengan kejam.

"Anjing lo!" Teriaknya. 50 persen karena kesakitan, 50 persen lagi karena malu.

Cinta menggeram, emosi. Reflek, tangannya menarik kerah rivaldo. "Lo yang anjing! Bangsat!" 

Pria yang sering dipanggil burhan itu, kemudian melepaskan diri dari cengkraman cinta yang terlanjur super emosi. Sambil mengelus rambut ber-pomade nya, dia kemudian memasang sikap kuda-kuda pada olahraga tinju. Dia pikir, ini bukan saat dimana harga dirinya bisa dijatuhkan oleh seorang cewek.

Sadar sedang ditantang, cinta juga memasang sikap kuda-kuda. Bedanya, sikap yang dilakukannya berasal dari olahraga taekwondo. Dan pada hari itu, cinta siap jika harus homeschooling untuk kedua kalinya. 

"TOLONG DIAM."

Dua biang keributan spontan melongok berbarengan kearah atas. Menatap pria macam tiang listrik yang juga balik menatap mereka secara tajam. 

Dia Figo Sebastian, salah seorang mantan atlet judo se-kabupaten, juga penggemar susu sapi rasa coklat. Tampangnya gak jauh berbeda sama anak anak teladan pada umumnya, surai hitam, pakai kacamata, juga baju seragam yang bisa dinilai lebih dari rapi. 

"Tolong duduk ditempat masing masing, guru mau masuk." Figo mengomandoi. "Tolong mengerti."

Alis cinta naik sebelah. "Gak usah ikut campur, ini urusan gue sama dia." Tatapan gadis itu kembali kearah rivaldo yang mati-matian menahan diri agar tak pipis di celana.

"Tolong ikuti tata tertib, demi kenyamanan bersama."

Sambil meringis, rival tertawa kecil. "Di kamus lo cuma ada kata tolong ya? gak capek apa minta tolong terus?"

"Tolong jangan mengejek."

"Tiling jingin mingijik." Ejek rival gak mau dengar. Setelahnya, dia mencengkram kuat bahu figo. "Jangan ikut campur sama urusan gue, kalo lo gak mau gue buat pingsan." Bisiknya mengintimidasi.

Dalam hitungan detik—sebelum nafas terakhir ditarik oleh rival, tiba-tiba aja posisi badannya sudah terbalik. Entah tenaga secepat apa yang mampu membuatnya terbanting sampai rasanya ia mau pindah ke alam lain saja.

Dalam posisi kepala dibawah, rival meringis histeris kala melihat figo balik menatap dingin kearahnya. Sebetulnya figo begitu karena kaget sama cengkraman tangan rival, jadi dia reflek mengeluarkan salah satu jurus judo yang agak mematikan. Untungnya rival masih selamat, walaupun agak syok sedikit.

"W-woi, sabar sabar. Ta-tadi itu gue cuma bercanda bro." Masih terbalik, rival lalu menepuk-nepuk pundak figo sambil cengengesan. "Bediriin lagi dong bro, bisa darah rendah gue lama-lama."

Figo lalu melepaskan rival yang seketika jatuh terduduk karena pusing. "Tolong jangan bikin masalah, karena guru sebentar lagi mau---"

"Iya iya, santai." Sergah rival dipadu padan dengan nyeri-nyeri sedap dari kepala sama perutnya, juga gemuruh orang-orang yang gagal melihat pertandingan adu jotos.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHAMENOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang