Dengan riang aku kembali ke rumah Latri, masuk kedalamnya aku meletakkan keranjang berisi buah nù di meja, dan aku duduk di kursi untuk menunggu Latri datang.
Beberapa saat kemudian, Latri datang bersama dengan Zima dan seorang Calix. Aku tidak memperdulikan Calix itu dan langsung mendekat kearah Latri.
Aku mengambil satu buah nù dan menunjukkan buah itu kedepan muka Latri, "Lihat, aku dapat buah."
Latri mengambil alih buah nù yang berada di tanganku, dia menatap sebentar buah itu lalu kembali menatapku.
"Kau dapat ini dari mana, El?"
"Aku tadi keluar sebe-"
"KAU BERKELIARAN SAAT AKU PERGI?" Teriak sekaligus bentak Latri sebelum aku menyelesaikan kalimatku. Tatapannya dingin, aku tak suka. Rasanya sesak.
Aku terkejut dan reflek menjauhkan diriku dari Latri. Zima pun juga sama terkejutnya. Netraku menatap tak percaya kearah Latri yang membentakku. Tatapan dingin itu masih diberikannya kepadaku. Sangat sesak didada.
"A-aa itu, aku ha-hanya anu, aku," jawabku terbata. Sial, tubuhku gemetaran.
Latri menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan matanya. Dia sedang mengontrol emosinya yang meluap-luap.
Memangnya apa salahku? Aku hanya berjalan-jalan sebentar.
Setelah dirasa cukup tenang, Latri membuka matanya. Syukurlah tatapan dingin itu sudah lenyap, tapi aura menakutkan nya tetap kentara.
"Kau berjalan-jalan? Lalu apakah ada sesuatu yang lain, Elios?"
Aku diam, tak langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Latri. Irisku masih menatap punya Latri tanpa mau melepaskannya.
Apakah aku harus jujur?
"Elios?"
"Itu, tidak ada," jawabku bohong. Maafkan aku Latri, aku tidak memberitahumu tentang seorang Calix yang menanamkan Dyox nya padaku. Entahlah, tapi rasanya aku cemas.
"Baiklah kalau begitu, sudah cukup Latri. Mari bawa dia ke atas. Keadaan sekitar juga sudah cukup aman," ucap Zima memotong ketegangan.
Aku hanya mengikuti mereka bertiga dari belakang. Untuk saat ini, aku sangat takut kepada Latri. Bahkan untuk berjalan di sampingnya pun rasanya enggan.
Akhirnya kami sudah naik ke desa Jùnias bagian atas. Aku terus mengikuti mereka dari belakang. Tapi, karena Latri menoleh kearahku dan memintaku untuk cepat berjalan, aku dengan terpaksa beriringan dengan mereka.
"Kita mau kemana?" Tanyaku.
"Ikut saja," jawab Latri seadanya. Aku menoleh kearahnya, menatap kulit putih bersih itu dengan seksama. Dia terlihat cemas, bibir bawahnya terus digigiti olehnya. Pandangannya menatap kedepan.
"Jangan terus menggigiti bibirmu, nanti bibirmu bisa terluka."
Latri berhenti menggigiti bibirnya, dia balas menatapku. Tatapannya sendu, dia seperti menahan tangis? Tapi kenapa bisa?
"Elios."
Aku menunggu kalimat Latri selanjutnya. Tapi mataku mulai menggelap, tengkukku juga terasa sakit. Ada yang memukul tengkukku kencang dengan sengaja. Aku bisa menebak pelakunya adalah Calix yang bersama kami, karena aku tidak melihat ada seorang Calix pun selain Latri dan dia.
Sebelum aku tak sadar sepenuhnya. Aku sempat mendengar Latri mengucap kata "Maaf." Dan Zima yang berujar "Kita sudah sampai di Gua."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Change
FantasyEllish Naryando, wanita berumur 23 tahun ini awalnya hanya ingin menikmati liburan bersama pacar barunya. Namun sebuah tragedi terjadi hanya karena segumpal awan pink. Dia berubah gender dan umur karena tragedi tersebut. Lalu dirinya bertemu dengan...