Halo, semua! Pagi ini gue bangun dengan semangat =D
... Semangat sambat.
"MINGYU! Ini apaan maksud lo gue harus nyiapin bunga hydrangea?! Bukannya pengantin ceweknya minta bunga lily?! Gue udah nyiapin white lily banyak loh, udah H-3 acara ini!"
"Gue udah jelasin ke dia Kak, kalo bunganya udah gak bisa diganti soalnya udah pasti dateng di toko lu, kan? Tapi dia ngotot, minta ganti ke pink hydrangea! Aduh, gue juga pusing banget ini, Kak..."
"Semuanya dia minta ganti?! Dari dekor venue sampe buket?!"
"Katanya kalo di altar ada white lily dikit gapapa, tapi dekorasinya minta dirombak semua... Kak, gue minta maaf banget..."
Gue berdeham. "Bukan salah lo, gak usah minta maaf. Tapi ini penganten kenapa ngotot banget, sih?! Gak takut jadi jelek apa ya dekornya?"
"Yang paling penting, Kak. Lo ada bunga hydrangea, kagak?"
"Hydrangea sih gue ada, tapi putih doang. Ya udah gampang nanti gue kasih warna," kataku namun tetap mendengus kesal. Ya iya, nikahannya aja H-3, masih sempet-sempetnya itu penganten request bunganya diganti? Wah, anjing. Kalo ketemu, gue siram air got!
"Ya udah deh, makasih banyak ya, Kak Byulyi. Ntar sore gue samperin ke toko sama Eunha."
"Mau ngapain?" tanyaku bingung, dan gue bisa mendengar decakan kesal dari seberang telepon.
"Ck, ya buat update dekor nikahan ini, lah!"
"Gue tahu! Maksudnya, ngapain lo dateng sama Eunha?"
"Doi bilang kangen sama lo, mau ketemu. Ya udah sekalian."
"Oke deh. Ntar kabarin aja kalo mau dateng!"
Nyatanya, gue dikabarin, nggak?
NGGAK.
"UDAH DIBILANG KABARIN DULU KALO MAU DATENG!!" teriakku begitu gue ngeliat sepasang sejoli itu melangkahkan kaki ke dalam toko pada pukul 5 sore. "BERANTAKAN TOKO GUE!"
"Haduh, kayak sama siapa aja, sih?" gerutu Mingyu, sementara Eunha nyengir sambil melambaikan tangannya. "Kak Byulyi! Halo!"
"Hai, Na! Duduk dulu sana sama Mingyu," ucapku sembari menunjuk ke arah kursi yang ada di dekat meja kerja gue, kemudian mengangkat semprotan di tangan kanan serta bunga hydrangea yang berwarna setengah pink setengah putih di tangan kiri. "Masih ngewarnain bunga, nih."
"Oh, itu bunga buat dekor kliennya Mingyu, ya?" tanya Eunha sembari memeluk lengan Mingyu dan berjalan ke kursi, kemudian duduk di sana. "Tadi kata Mingyu, ada kliennya yang mendadak minta ganti bunga buat dekor."
"Iya, makanya ini lagi gue warnain, Na."
"Kak, lo udah makan?" interupsi Mingyu tiba-tiba yang tentu saja gue balas dengan gelengan kepala karena faktanya, gue emang belum makan dari pagi akibat stress urusin dekor ini. Nyemil doang, deng.
"Mau makan apa, Kak? Gue beliin deh di kafe sebelah," ucap Eunha.
"Apa aja deh Na, bebas."
"Oke deh. Gyu, temenin!"
"Oke, Sayang."
"DIH, SAYANG-SAYANGAN LU?!" teriakku sembari memasang ekspresi jijik.
Mingyu ngakak. "Iya, lah! Emangnya elo, Kak? Udah tua, jodoh masih g- EH IYA GUE BELI MAKANAN DULU!" teriak Mingyu cepat begitu melihat gue sudah mengangkat botol semprotan bunga. Eunha ketawa doang, terus nyusul Mingyu keluar. Gue? Ya lanjut warnain bunga, dong.
Belum ada 5 menit pasangan itu keluar, tiba-tiba bel pintu toko gue berbunyi. Gue spontan menoleh dan menemukan seorang wanita dengan dress putih masuk ke dalam toko.
"Selamat datang di Blue Azalea! Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku sembari terburu-buru meletakkan bunga dan semprotan, kemudian menepuk-nepukkan kedua tanganku.
"Sore... Hngg, ada bunga lily...?"
Mata gue langsung berbinar-binar. Siapapun elo, TERIMA KASIH! MAKASIH BANYAK! Akhirnya bunga lily gue bisa kepake!
"Ada!" Gue mengangguk antusias. "White lily?"
"Iya..."
"Ada, ada!" Lagi-lagi, gue menganggukkan kepala kelewat antusias, kemudian mengajaknya berjalan ke counter bunga lily. "Mau dibuket, Kak?"
"Boleh." Wanita itu mengangguk.
"Baik Kak, mau langsung diambil saat ini juga atau gimana?"
"Iya, sekarang aja."
Dengan sigap, gue langsung mengambil beberapa tangkai bunga lily segar, kemudian membawanya ke meja kerja. Wanita tersebut pun mengikut di belakang gue.
Dengan cekatan, gue merangkai bunga-bunga tersebut menjadi sebuah buket. Ketika sudah selesai, bukannya tersenyum manis atau kagum (karena biasanya pelanggan gue begitu), wanita di depan gue ini malah nangis.
Panik, gak? PANIK LAH.
"Eh? EH??" Gue sedikit berteriak, kemudian langsung menyuruh wanita tersebut untuk duduk. "Kak, duduk dulu duduk! Bentar, saya ambilin air putih!"
Gue langsung buru-buru lari ke dalam rumah, mengambil sebotol air yang memang belum gue buka, kemudian keluar lagi dan segera memberikannya pada wanita itu. "Ini, Kak. Minum dulu."
"M-Makasih..." balasnya sembari membuka segel botol dan meminum isinya secara perlahan. Gue cuman bisa ngelus punggungnya, berharap semoga dia gak semakin sedih.
Setelah wanita itu sudah lebih tenang, gue memberanikan diri buat bertanya. "Maaf, Kak, kalo ganggu, tapi... Ini buketnya mau dikasih kartu ucapan?" tawarku.
Wanita itu menggeleng. "Gak usah. Yang mau saya kasih bunga ini, orangnya sudah gak ada."
Aduh, ini maksudnya gak ada tuh apa... Gak ada karena sudah pergi ke atas, atau gak ada dalam artian ini cewek ditinggal nikah gitu?
"O-Oh, iya Kak, maaf... Ya sudah, ini ya Kak, buketnya."
Wanita itu mengangguk, kemudian mengeluarkan dompetnya dan langsung menyerahkan dua lembar uang berwarna merah. "Ini. Ambil aja kembaliannya."
"Kak, ini kebanyakan..."
"Gak apa. Makasih banyak, ya! Gue mau nganterin buket ini, harus buru-buru sebelum malam tiba," ucapnya sembari terkekeh, kemudian mengambil buket tersebut dan melambaikan tangan. Gue balas meneriakkan kata 'terima kasih' dan turut melambaikan tangan.
Eh iya, Mingyu sama Eunha mana, sih? Lama amat, udah hampir 30 menit!
***
Hujan turun membasahi bumi, namun hal itu tidak membuat langkah wanita yang tengah memegang buket white lily itu terhenti di tengah pemakaman yang sepi tersebut. Namun akhirnya ia berhenti karena telah menemukan makam yang ia cari.
Ia berjongkok sebentar, meletakkan buket bunga tersebut, mengelus makam bertuliskan Nam Eric itu, kemudian berdiri dan langsung meninggalkan tempat tersebut.
***
Makna white lily:
Kalo gak jelas, mohon maap ya! Ngetiknya sambil jadi panitia ospek soalnya WKWKWK. But I hope you like it~~
KAMU SEDANG MEMBACA
blue azalea
FanficWelcome to Blue Azalea, a place full of happiness, a tad bit of sadness, and a bunch of stories you might never met in another place.