Prolog

1 0 0
                                    

“DIAAAMMM.” Bentak Arjuna ke  Anindi.

“LO YANG DIAM!” Tunjuk Anindi di depan muka Arjuna.

“Mengapa Lo seperti marah akan ucapan gue? Bukankan itu memang sebuah kenyataan? Kenyaan bahwa lo memang seperti anak kecil,suka mengadu.”

Arjuna menatap nyalang Anindi.

Anindi kemudian beralih ke sang donatur mengabaikan tatapan Arjuna.“Bukankah anda tahu mana yang benar dan mana yang salah,Tuan?!”

Anindi menatap sang donatur dengan tatapan yang…. Entahlah! hanya Anindi yang tau.Orang yang ditatap Anindi hanya diam tak berani menjawab.

Jengah rasanya berada di depan orang-orang yang mementingkan dirinya sendiri ,dengan langkah cepat  Anindi menggerakkan kakinya kembali ke tengah lapangan.

“Tak lupa untuk kalian semua yang berdiri disini,tak terkecuali dewan guru dan kepala sekolah.”

“Saya disini untuk membela diri saya.Saya tidak melakukan hal kriminal yang merusak nama sekolah ini.Lantas alasan apa  kalian akan mengelurkan saya dari sekolah ini? Apakah karena saya punya masalah dengan siswa bernama Arjuna,sehinnga saya harus keluar dari sekolah ini?”

Tatapan Anindi tertuju pada satu orang. “Justru hal itu yang akan membuat nama sekolah ini yang akan rusak nama baiknya.Disogok uang mau!”

Dengan susah payah Anindi menahan air matanya agar tidak lolos dari mata indahnya.Namun,nihil uasaha itu sia-sia.

“Teman-teman! Meskipun aku gak kenal kalian,tapi aku tahu kalian punya jiwa dan hati yang baik.” Senyum tulus terpancar di bibir Anindi dengan mata yang sudah basah.”Tolonglah! menjauh dari hal yang merugikan diri kalian sendiri.Termasuk mengukuti segala perintah dari seorang yang bernama Arjuna.”

Adakah yang tahu gimana perasaan Arjuna sekarang? Dia merasa kalah dari Anindi,kalimat Anindi mampu membuat suasana sekolah menjadi sepi tanpa ada yang berani mengeluarkan satu huruf pun.Bahkan dia sendiri tak bisa melawan Anindi.

Bagaimana dengan Sarah? Dia hanya berani hanya ketika dia berada disisi Arjuna.Lihatlah dia sekarang! Dia sudah tak tampak batang hidungnya di lapangan itu.

Suasana sunyi dilapangan  hanya berlangsung sebentar,sebelum sang donatur membuka mulutnya.

“Maaf sayang?”

Ucapan dari donatur itu mengundang perhatian dari selurah orang disana.

“Maksudnya nak Anindi Hanum Addison.” Orang itu menghela napas berat. “Maaf atas ketidak nyamanannya atas tindakan anak saya.”

“Ralat,Tuan! Nama saya—“

Sudah bisa ditebak alur ceritanya? Kalau belum boleh nih lanjut baca.

Masukan sangat di butuhkan bestie,biar hamba Tuhan ini menjadi penulis yang handal eyyak...

Tunggu part berikutnya ya..

2ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang