selama seminggu Hoseok dan ketiga adiknya selalu menghindar jika Yoongi mendekati mereka atau mengajak mereka mengobrol.
Seokjin juga heran dengan keempat anaknya ini dan Yoongi yang selalu menunjukkan wajah sedihnya saat adik-adiknya yang terus menghindarinya.
Seokjin sudah bertanya pada Namjoon tetapi Namjoon sendiri juga tidak tahu maka jalan pintasnya adalah bertanya langsung pada anak-anaknya.
"kakak, kenapa kamu dan abang-abang mu terus menghindari bang Yoongi hmm? abang marah sama kalian?"
Jungkook menggelengkan kepalanya, Taehyung duduk bersila menatap ibunya dan kakaknya.
"gak mommy."
"terus? jawab dong nak, kalian bang Yoongi. kamu gak tau kan kalo bang Yoongi suka nangis malem-malem habis pulang kerja?"
Jungkook mengangkat kepalanya.
"itu mom hiks... kita udah bikin Abang nangis hiks... bikin Abang susah hiks... bikin Abang capek hiks..."
Seokjin semakin bingung kenapa anaknya menangis ditambah dengan Taehyung yang menjelaskan perkara minggu lalu.
"kalian gak salah, cuma abang itu belum siap aja jaga kalian yang hyper aktif bergini walaupun abang udah punya adik banyak. abang belum pernah menghadapi kelakuan kalian yang diluar batas, makanya abang nangis." ucap Seokjin melebih-lebihkan.
"nanti minta maaf ke abang, ajak abang kalian juga."
Jungkook dan Taehyung mengangguk.
jam delapan malam Yoongi baru pulang seharusnya sudah dari tiga jam lalu tetapi ia habiskan untuk menangis di ruang kerjanya. ia masih terpikirkan dengan adik-adiknya yang terus menghindarinya.
setelah selesai membersihkan diri, Yoongi lekas makan lalu menuju kamarnya lagi dan merebahkan dirinya karena sungguh dia sangat lelah sekali.
tak terasa kantuk menyerang lalu ia terlelap dengan sendirinya.
tengah malam pukul dua pagi Yoongi merasakan sesak saat ia membuka matanya, ia melihat adik-adiknya sedang tertidur di ranjangnya sambil memeluk dirinya. tak bisa berkata-kata hanya air mata yang keluar.
"hiks... adik-adik abang."
Yoongi mencium kening keempat adiknya.
"bang Yoongi, maafin kita ya bang? kita udah nyusahin abang, bikin abang nangis. hiks maaf bang, Hoseok minta maaf bang hiks...." ujar Hoseok terbangun karena terusik.
"iya Abang maafin, maaf ya abang belum bisa jadi abang yang sempurna buat kalian. udah jangan nangis, malu sama adik lu yang gede itu." ucap Yoongi sedikit bercanda.
"anjir bang Yoongi." ucap Hoseok lalu tertawa.
"om, bagi saldo dong. Jimin mau beli skin nih."
"boleh, berapa?"
"seikhlasnya aja-HEH!! BANYAK BANGET OM, MAKASEH OM MINHO."
Jimin memeluk Minho dengan erat tak lupa mengguncangkan tubuh pamannya membuat Minho kesulitan bernafas dan pusing.
Jimin memang begitu jika sedang senang atau gemas, bahkan dulu kepala sekolahnya juga pernah Jimin begitu kan karena dia dan tim nya menang lomba basket, untung tidak dikeluarkan.
"astaghfirullah Jimin, om bisa meninggal kalo kamu begitu." ucap Minho.
"hehe maaf om."
"ada apa ini?" ucap Taehyung tiba-tiba datang.
"oh ini, om Minho lagi bagi-bagi rezeki." ucap Jimin seenaknya.
Minho melotot mendengarnya.
"benel? Tae mau!! Tae mau cate malanggi cama amel (amer)" ujar Taehyung.
"heh! masih bayi juga minumnya udah amar." hoseok menyentil hidung mancung Taehyung.
"bialin, om belikan ya?" Taehyung menatap Minho dengan mata berbinar.
karena Minho orangnya gak tegaan dan tak kuat dengan hal gemas dan imut maka ia membelikannya.
" kalo hoseok gak minta banyak kok om, cuma blackcard aja udah cukup."
"bisa miskin om kalo gitu, itu abang mu punya ayah mu juga punya." ucap Minho kesal.
"nih dua ratus aja."
"nih dua latus aja." sindir Hoseok tapi tetap menerimanya.
"eh om, hati-hati kalo Jungkook dateng. dia suka minta yang aneh-aneh terus mahal." bisik Hoseok lalu ngebirit ke kamar.
"ada apa?"
Minho tersentak kaget lalu menoleh ke kanan terdapat keponakan kelincinya yang sedang tersenyum menampakkan gigi kelinci yang menyembul malu-malu.
"g-gak papa kok hehe."
duh kok canggung ya?batin Minho.
Jungkook mengambil satu tusuk sate Maranggi milik Taehyung.
"om belikan Jungkook-
semoga waras ya Allah. ucap Minho dalam hati.
sepatu, Jungkook butuh sepatu buat lomba bulan depan."
Alhamdulillah, Minho bernafas lega.
"sama sepeda gunung."
JDEERRR!!! Minho terkaget-kaget mendengarnya.
"i-iya, b-besok ya kalo om udah g-gajian."
Jungkook menatap Minho cukup lama membuat Minho keringat dingin.
"oke, jangan lupa ya?"
Namjoon menutup mulutnya menahan tawa melihat adik iparnya yang bangkrut gara-gara anak-anaknya.
"itu masih mereka, coba kalo Yoongi udah pulang nanti. bisa jadi gelandangan kamu." celetuk Namjoon.
sepertinya Minho melupakan keponakannya yang satu itu.
"om minho!! Yoonie mau motor!!" teriak Yoongi memasuki rumah.
Namjoon tertawa guling-guling melihat adik iparnya yang tersenyum melas ke arah keponakannya.
Minho tidak jadi gelandangan, karena ayah kim sudah mengirimkan uang sebesar 1M untuk Minho, ya ayah kim tahu gimana cucu-cucunya yang sangat Dajjal itu.
kini Namjoon famili plus Minho sedang menonton tv dan ada yang sedang mengobrol.
"oke kak, besok Minho coba kerjakan."
"jangan dibuat susah Hoo, kerjain aja kaya kamu ngerjain tugas-tugas kuliah mu. pasti semuanya serasa mudah."
Namjoon sedang memberikan tips-tips berkerja dalam bisnis dengan cara sederhana agar Minho bisa cepat menyesuaikan diri.
"bang." Jimin menunjukkan ponselnya.
"anjir! kok bisa? gw aja belum sampe itu loh." ucap Hoseok.
"apaan sih?" Yoongi kepo.
"ini."
"weh anjir!! kok bisa?"
"Jimin kan suhu bang sedangkan kita cupu." ujar Hoseok.
"bukan gitu dek."
"uhh?"
Taehyung menatap Jungkook.
"gini lho, nah jadi gambar ikan."
Jungkook sedang membantu Taehyung menyusun puzzle.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Familly ||END✓
Fanficmenceritakan keseharian keluarga Namjoon dan Seokjin bersama kelima putra mereka. susah senang mereka jalani. Go! baca! #typo bertebaran!!