Love, Die [HIATUS]

III

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, temannya udah pulang dek?"

"Udah mas, katanya suami dia lagi ga enak badan. Ga ada yang jagain di rumah."

Harsyad hanya ber-oh-ria. Lalu Harsyad menepuk-nepuk sofa yang kosong di sebelahnya.

"Sini dek, mas mau ngomong."

"Ngomong apa mas?"

"Kalau kamu engga usah kerja gapapa kan dek? Biar mas aja yang menuhin kebutuhan kamu. Kamu cukup ngurus rumah sama melayani mas aja."

Oh, Adara tau maksudnya 'melayani' itu, dan sungguh saja ia malu mendengar kata itu.

"Kalau, misalnya mas mau gitu juga gapapa. Gimana baiknya aja mas."

"Alhamdulillah kalau kamu setuju."

"Oh iya mas, kamu kapan masuk kerja lagi?"

"Lusa, rencananya. Lumayan dek, sekalian liburan." Ucap Harsyad sambil menampilkan deretan gigi putihnya.

Padahal Adara berharap suaminya itu bisa libur selama seminggu kedepan.

"Oohhh.."

"Kenapa dek?"

"Gapapa mas, nanya aja."

"Kalau kamu mau biar mas ajukan cuti lagi, soalnya cuti tahunan mas belum pernah kepake."

"Ehh ga usah mas, nanti kasian kantor kamu kinerjanya jadi kurang bagus karena karyawan terbaiknya lagi cuti."

"Kamu kasian sama kantor tempat aku kerja tapi ga kasian sama aku? Kan aku suami kamu, aku masih pengen berduaan sama kamu."

Apa ini? Harsyad cemberut? MasyaAllah gemess bangett..

"Ya Allah, suami siapa sih ini?? Gemes bangettt.." Adara mulai memberanikan dirinya untuk bisa lebih dekat lagi dengan suaminya.

"Cuami kamuuu.."

Harsyad ternyata memiliki banyak sisi. Dia bisa menggemaskan, menyebalkan, Adara tidak akan pernah bosan dengan Harsyad. Karena lelaki ini memiliki kejutan di setiap saat.

Detik selanjutnya mereka tertawa bersama.

"...."

"Mas, temenin aku belanja ya.."

"Iyaa, ya udah cepet ganti baju."

"Sebentar mas.."

~•^•~

'Ih cowonya ganteng banget!'

'Aku iri banget sama mbanya'

"Mas gamau sama saya aja? Cantikan saya loh mas daripada dia."

Harsyad yang mendengar itu langsung istighfar.