Author pov
Sinar matahari menyeruak memasuki satu ruangan yang sunyi dengan satu orang yang masih bergelung dengan selimut di atas ranjang. Perlahan pintu terbuka menampilkan sosok lain yang berjalan tanpa ingin menimbulkan suara. Kepalanya mengintip sesaat memastikan orang yang sedang tidur tidak terusik dengan keberadaannya, setelahnya memantapkan langkah menuju ke ujung ruangan.
Gorden perlahan disingkap dan pintu kaca dibuka sedikit demi sedikit, membiarkan cahaya dan udara pagi melaksanakan tugasnya. Setelahnya berjalan menuju sofa tunggal yang berada di seberang ranjang dan sibuk dengan tablet yang dibawanya sedari tadi. Tidak jarang pandangannya dibagi dengan melirik insan lain yang masih setia menutup matanya.
Beberapa waktu berlalu, suara erangan kecil terdengar dari arah ranjang. Pelakunya mengerjapkan mata beberapa kali sebelum memegang kepalanya yang terasa sangat berat. Pandangannya dibawa menelisik sekitar, sebelum akhirnya mendengarkan suara dari objek lain yang terduduk di pojok ruangan dengan mata yang tidak lepas memandang tablet ditangannya. "Bagaimana keadaanmu?"
.
.
.
.
.
Porsche pov
Seketika mengetahui ada presensi lain dalam ruangan ini, aku sontak memfokuskan pandanganku kearah suara disusul dengan tubuh yang ku paksa untuk duduk. Belum sempat menjawab pertanyaan yang diajukan, rasa pening kembali hadir "Ugh.."
"Istirahatlah kembali," suara dari sosok diseberang sana kembali terdengar. Tawaran yang menggiurkan dan sungguh aku ingin langsung merebahkan kembali tubuhku. Namun hei, saat ini bukan saat yang tepat dan ngomong-ngomong dimana ini. Bagaimana bisa aku berada di ruangan dan orang asing yang terduduk di sana.
"Tidak, maksudku aku tidak apa-apa," balasku pada akhirnya
"Kamu yakin?" pandangannya terputus dari layar tabletnya dan menengok ke arahku.
Aku baru menyadari ternyata sosok yang duduk disana adalah seorang perempuan dengan kisaran usia awal duapuluhan. Wajahnya sangat cantik namun terasa tidak asing. Aura yang dia pancarkan bersamaan tampak tidak terhalang dengan siraman cahaya matahari, sontak membuatku tersihir.
Pandangaku terpaku bahkan mulutku terasa kelu untuk sekedar menjawab ya atau tidak. Alhasil hanya sebuah anggukan yang dapat aku lontarkan. Disana aku melihat wanita itu memutuskan pandangannya dan beranjak menuju pintu. "Baiklah jika begitu, bersihkan dirimu dan segera turun, sebentar lagi waktu sarapan."
"Tunggu!" ucapku setelah berhasil merebut kesadaranku kembali. Langkah wanita itu berhenti tepat di depan pintu, namun enggan untuk sekedar menengok ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold ✔️
Mystery / Thrillermissing chapters for a big secret after the last scene of Kinnporsche ep9