Happy reading guys, bantu ramein kolom komentar nya yaaa biar aku semakin semangat.
"Hallo," suara itu lembut bagai alunan melodi di restoran Italia, aku tersenyum saat mendengarnya. Seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutku.
"Aku pasti sudah gila."
"Hallo Al," aku menjawab sapaannya dengan tidak kalah lembut.
"Kenapa Nad? Gabut kah?"
Pertanyaan macam apa itu? Dahiku berkerut saat mendengar pertanyaannya. Apa dia berpikir aku menelponnya karena sedang merasa gabut.
Sedikit tersinggung, tapi aku ngerti kenapa dia bertanya seperti itu, sulit dijelaskan tapi hal wajar dia mempertanyakan kenapa aku menelponnya lagi setelah kemarin malam.
"Ngga, mana ad gabut. Lu sendiri?"
"Ngga, biasa aja." Terdengar sedikit nada tawa dari suaranya, dan itu membuat ku tersenyum.
"Al, makasih ya kemarin udah dengarin ceritaku, sorry kemarin malam lupa ngomong makasih."
"Santai aja Nad." Kembali aku tersenyum mendengar suaranya.
Hingga tiba-tiba suara telepon menghubungkan ulang. Aku melihat layar handphone ku dengan wajah muram. Kenapa ini? Dan panggilan terputus.
Aku kecewa, akhirnya aku mencoba untuk kembali menghubunginya, tetapi panggilanku tidak di angkat.
Aku meletakkan handphone ku dengan rasa kecewa, sembari berpikir. Kenapa aku merasa sedih?
Dari situlah aku paham dengan perasaanku yang sebenarnya, bahwa aku menyukainya. Rasa kecewa dan sedih yang aku rasakan sekarang adalah bentuk dari rasa rinduku yang tidak tersampaikan.
Malam itu aku tertidur dengan rasa campur aduk yang ada pada perasaanku. Dan aku menyadari perasaanku yang sesungguhnya.
"Aku menyukainya."
•••
Makasih friends udah mau baca cerita ini.
Btw boleh dong kalian bantu share biar makin rame ceritanya hehe.
See you sayang😘