Duapuluh Tujuh

1.6K 154 27
                                    

Jadi kemarin atasannya itu tidak benar-benar menangis, dia hanya─ah sudahlah, Arka malas membahasnya, pokoknya kemarin itu suatu hal yang tak perlu untuk di ceritakan.

Dan sekarang, tepatnya pagi ini saat Arka akan membangunkan si Tuan Muda, Arthur malah memeluknya, erat, seolah Arka akan pergi jika ia lepaskan.

Ya sebenarnya tak apa juga sih, tapi ya ini masih pagi, bukan hari libur, banyak hal yang harus di lakukan tapi Tuan Muda yang selalu rajin ini tampak sangat malas sekali.

"Tuan Muda, ayo bangun, mandi habis itu sarapan"ucap Arka sembari menepuk-nepuk agak keras pundak milik atasannya ini, berharap pelukannya ini terlepas

Posisi mereka berdua itu berbaring di atas kasur dengan Arthur yang membelit tubuh Arka, entah si Tuan Muda masih mengantuk dan menganggapnya guling atau bagaimana, Arka sampai tak bisa banyak bergerak karna tubuhnya terkunci.

"Tuan Muda"panggil Arka sekali lagi, namun Arthur tetap diam sembari masih memejamkan matanya

Keadaan hening, hanya terdengar suara detik jam yang berputar juga suara dari jantung Arka yang sangat ribut sekali.

Entahlah, apakah si Tuan Muda mendengarnya tapi yang jelas Arka merasa kalau jantungnya ini akan meledak karna suara detaknya yang begitu cepat, jangan lupakan wajahnya sudah semerah tomat.

Ya gimana gak gitu, kalau tiba-tiba saja dia ada di pelukan orang yang berstatus sebagai kekasihnya ini, mana Arthur shirtless lagi, gak pake atasan cuma celana pendek doang.

Semuanya memang akan terasa berbeda jika melibatkan rasa.

"Tuan Muda"panggil Arka, kini ia menepuk-nepuk pipi sang atasan, dan lagi-lagi atasannya ini tak menggubrisnya, Arthur malah memegang tangan Arka yang sedang menepuk-nepuk pipinya itu kemudian membawanya mendekat ke arah bibirnya itu untuk ia kecup membuat Arka nyaris menjerit karna kaget dengan apa yang atasannya ini lakukan

"Kak Ar"panggil Arka sembari menepuk keras -menampar- pipi si pemuda Mahatama membuat Arthur seketika terlonjak kaget dan langsung melepaskan pelukannya kemudian terduduk

"Ananta, kenapa kamu nampar saya"ucap Arthur sembari mengusap-usap pipi yang terkena tamparan yang lebih muda, jangan lupa kalau Arka ini jago bela diri, jadi tamparannya sudah pasti menyakitkan

"Tuan Muda saya bangunin dari tadi gak bangun-bangun, malah melukin saya erat banget"ketus Arka yang sudah terduduk di atas kasur itu. Nadanya aja ketus tapi tak menutupi detak jantung yang masih saja ribut juga wajahnya yang memerah

"Kamu kan milik saya, gak boleh memangnya kalo saya peluk."

Arthur Rajendra, bisa gak, gak bikin wajah Arka makin merah.

"Ya tapi kan anda harus bekerja, mau bagaimana pun anda itu masih atasan saya, dan sudah tugas saya untuk membangunkan anda dan mempersiapkan pagi anda sebelum anda bekerja, sekarang anda cepat pergi ke kamar mandi, biar saya siapkan pakaian anda"ucap Arka membuat Arthur seketika menguap "Kamu itu cerewet sekali sih"ucapnya

Arka hendak kembali mengangkat tangannya guna memukul atasannya ini sebelum Arthur berujar "Iya-iya sayang, saya bangun nih"

Arthur pun segera beranjak menuju kamar mandi meninggalkan Arka yang sedang mengulum senyum itu.

Tuan Muda Mahatama | Seongjoong Lokal[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang