11. -Iri-

92 9 5
                                    

Let's start
*
*
*
Main cast :
Jeongyeon TWICE
Mark NCT

_____

Dalam kehidupan memang takdir tak selamanya berjalan sesuai keinginan, terlebih jika takdir itu berbanding terbalik dengan apa yang kita inginkan, bukankah kau akan merasa bahwa tuhan tidak adil?

Mark pemuda berusia 21 tahun itu harus dituntut dengan keinginan kakek dan ayahnya. Ia juga tak punya seseorang yang bisa mendengarkan semua ceritanya setelah ibunya tiada 7 tahun lalu.

Haruskah ia merubah pemikirannya ketika bertemu gadis dengan sejuta cerita menyedihkannya? Yang bahkan tak pernah menangis ketika mengingatnya.

"Mark? Kau baik-baik saja? Ada apa?" Jeongyeon wanita karir yang baru ditemuinya 1 bulan lalu oleh Mark setelah ia memulai memasuki perusahaan keluarganya.

"Ah tidak, ayo kita harus segera berangkat," Mark hanya mampu mengalihkan topik pembicaraan sambil berjalan menaiki pesawat.

"Bisakah kau tinggalkan aku, aku lelah dan ingin tidur," Jeongyeon mengangkuk meninggalkan Mark.

Jeongyeon dan Mark baru saja pulang dari Prancis setelah menemui klien yang cukup penting bagi kelangsungan perusahaan. Jeongyeon mendongak menatap langit dari mobil tak beratap yang dikemudikan oleh Mark.

"Jeongyeon! Kau mau kesana?" Jeongyeon menoleh menatap Mark kemudian mengangkuk sambil memegang bunga lily yang baru dibelinya ditoko bunga.

"Menangislah jika ingin menangis, kau tidak perlu bersembunyi dari balik topengmu," Jeongyeon menatap Mark terkejut dan kemudian terkekeh kecil dan menggeleng.

"Apa maksudmu? Kenapa aku harus sedih? Apa karena mengingat kematian kedua orang tuaku? Kau lucu Mark," Jeongyeon mengalihkan pandangannya dari Mark lalu menatap jalanan kota Busan yang cukup sepi hari ini.

"Aku punya seorang teman, dia baik, cantik, ramah, dan pemaaf, saat aku bru kehilangan orang tuaku saat kecelakaan saat itu dia yang pertama kali datang dengan wajah paniknya lalu memelukku dan menenangkanku," Mark terdiam sambil terus fokus menatap jalanan, ia sebenarnya cukup tidak paham kenapa Jeongyeon malah menceritakan ini yang menurutnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan apa yang dia maksudkan.

"Kami sudah lama bersahabat saat itu, dan aku tidak tau apapun tentangnya sebelum aku datang kerumahnya dan mendapati bahwa dia tinggal sendirian dirumah besar tanpa ada seorangpun yang mengurunya, disana aku bertanya kenapa dia tidak pernah bercerita dan dengan tenang dia menjawab, 'ini hanya cerita lama yang memang tidak perlu diungkit, kehidupan akan terus berjalan meskipun kau melihat kebelakang, sedih memang boleh tapi kau akan sadar bahwa kau selalu mengeluh pada tuhan saat bersedih, kau merasa tidak adil dan kau merasa seharusnya tidak menerima semua ini, tapi kau lupa bagaimana baiknya tuhan padamu selama ini, seribu kebaikan yang tuhan berikan seakan hilang hanya dengan satu kesedihan yang ia berikan, kesedihan itu hanya sebuah cobaan yang diberi tuhan untuk menguji seberapa besar cinta kita kepadanya, bagaimana kau akan terus bersujud padanya memohon doa agar semuanya lebih baik, bukan memaki atau menghina apapun, dan aku hanya ingin menjadi hambanya yang menjalani cobaan dari tuhannya dengan ikhlas, kesedihan ini hanya sebuah kerikil dibanding dengan kebahagiaan yang sudah diberikannya padaku saat ini dan nanti saat diakhirat' dari dia lah aku mengerti bagaimana baiknya tuhan padaku selama ini,"

"Kesedihan hanya akan membuatmu merasa buruk, jadi coba terima apapun yang terjadi dengan lapang dada karena diluar sana masih banyak orang yang tak seberuntung kita," Jeongyeon kembali menolehkan pandangannya pada Mark yang kini tersenyum.

_____♡_____

"Apakah menurutmu aku terlalu bersedih? Apa aku terlalu berlebihan menanggap semua ini? Semua yang terjadi padaku?" Jeongyeon menoleh pada Mark yang kini berucao sembari memegang stir mobilnya dengan erat dan dengan pandangan menyesal setelah mereka pergi dari pemakaman.

"Yang tau siapa dirimu adalah kamu, jangan bertanya tentang dirimu pada orang lain, yang ada pada dirimu dan yang kau rasakan itu semua kau yang menciptakan, jadi seperti kataku tadi yang lebih tau dirimu yang kamu sendiri," setelah berucap demikian Mark menatap Jeongyeon yang keluar dari mobilnya menuju resto kecil yang mereka datangi dan kemudian menghela nafas.

_____♡_____

"Baiklah," Jeno menatap Mark yang kini tampak gugup dengan setelah berdandan cukup lama sambil memegang bunga dan kotak kecil perhiasan dengan penasaran.

"Ada apa denganmu? Kau ingin melamr Jeongyeon?" pertanyaan blak-blak an dari Jeno mampu membuat semburat merah muncul dipipi Mark hingga ketelinganya.

"Waa! Cepatlah! Aku baru mendapat telfon dari Chenle dia bilang akan segera melamar Jeongyeon, lalukan sekarang sebelum Jeongyeon dilamar Chenle! Cepatlah!" Mark menatap Jeno sinis ia tau kalau Jeno tidak benar-benar dengan ucapannya, Chenle itu hanya sepupu Jeongyeon jadi mana mau wanita itu menikahi sepupunya sendiri.

_____♡_____

"Tentu saja aku mau bodoh!" Jeongyeon menangis dalam pelukan Mark yang kini sudah memasangkan cincin dijari manisnya sebagai tanda bahwa ia menerima lamaran pernikahan dari laki-laki itu.

__END__

Hahahahaha akhirnya aku update sebenernya ini bukan cerita awalnya tapi karena menurutku cerita sebelumnya ngga cocok dan cringe banget setelah dipikir pikir akhirnya aku putusin buat nulis ulang hehehehe.

Btw buat yang cerita Jretavoirly dan Gios Srymsa mohon ditunggu ya lagi muter banget buat kelanjutannya hehehehe jadi maklumin kalo lama updatenya.

Short Story Of Yoo Jeongyeon Edisi RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang