"Ma... Pa... Aku bukan Monster."
Maya membulatkan matanya. Ia yakin sekali seluruh halaman buku tersebut kosong setelah tadi malam Ia bolak balik.
"Selamat datang di catatan kematian," eja Raya dengan nada gemetar.
Buku tersebut tidak panas lagi tapi kini pikiran Maya yang panas. Apa maksudnya ini? Maya penasaran namun ia takut hal mengerikan akan kembali terjadi saat ia membuka halaman berikutnya.
"Ya tuhan! Kenapa gua harus jadi anak indigo!" keluh Maya menangis.
"Gua juga belum cerita sama Uli, gua harus apa!" Ucap Maya makin memperbesar tangisnya.
Disisi lain seorang pemuda dengan ayunan gantung dipojok teduh sisi lainnya terbangun dari tidurnya. Suara yang menggangu telinganya membuat ia sangat tidak bersemangat di pagi yang cerah ini.
"Ganggu tidur gua aja," ucap Regan menatapi punggung gadis itu dari jauh.
"Apa gua buang aja ni buku ya," ucap Maya menuju pinggiran pembatas gedung sembari menilik ke bawah.
"Anjir itu cewe ngapain?"
Regan bergegas turun dari tempatnya lalu berlari menghampiri orang yang ia yakini akan bunuh diri dihadapannya.
"WOY TOLOL! LU NGAPAIN?"
Maya terkejut dan menoleh ke belakang karena terkejut ada sepasang tangan menariknya kebelakang. Regan hampir terkejut jika gadis itu adalah gadis yang hampir tiap hari ia bully.
"AGHHHHH"
Keduanya terpental lumayan jauh dari pinggiran pembatas gedung itu. Maya meringis kesakitan saat menyadari siku lengan kirinya terluka.
"Bego!"
pungkas Regan dengan volume keras.
Maya hanya menatap bingung wajah lelaki dihadapannya. Regan yang beranjak pergi terhenti saat mendengar tangis Maya yang makin menjadi. Lelaki itu membalik badannya.
"Hiks ... Ga bisa apa sehari aja lu gak nyakitin hati orang?" seru Maya tanpa menyadari jika Regan masih di sana.
"Gua sakit dari kecil! Gua gini dari kecil ... Harusnya gua yang membenci diri gua sendiri, kalian gak perlu!" ucap gadis itu menangis terbata bata.
Regan terhenyak sejenak sebelum ia kembali memasang wajah aslinya yaitu berhati dingin dan bodo amat.
"Ini semua karena lu! Karena kalian semua!!"
Maya berteriak menunjuk buku di hadapannya dan arah yang tidak jelas. Regan meyakini bahwa dia sedang berbicara dengan para hantu hantu penunggu kampus ini. Namun tetap saja, Regan menganggap itu aneh.
"GUA GAK BUTUH DI HIBUR!" Pekik Maya keras sekali.
"Sedeng! Gua harus pergi dari sini sebelum nambah parah," desis Regan pergi dari sana.
______________________
"Jadi menurut kamu gimana?"
Maya tau jika bercerita panjang lebar kepada seorang arwah yang tak berjiwa seperti Cendikia adalah hal yang sia sia.
Selain menyeringai tertawa dan menangis yang menyakitkan, Cendikia hanya tau caranya berdandan dan merias diri.
"Apa aku cantik?"
Maya langsung menoleh kasar dari kegiatan nya mengoleskan salep di lukanya. Hantu disampingnya ini memang tidak berhati. Sedari pagi yang ia lakukan hanya bercermin dan bercermin. Dan memuji dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Kematian [On Going]
TerrorKisah Malang ku memang adalah luka yang kian menganga. Namum melihat kisah arwah arwah itu, aku sadar jika ada berjuta juta pelajaran berharga yang dapat di dapat. Mungkin kemampuanku melihat yang tidak terlihat adalah kesialan tersendiri. Sampai pe...