8. Kuntilanak Cendikia

15 3 0
                                    

"Persahabatan kita membuat aku gelap mata, tanpa  sadar jika alam kita berbeda."

_________________

"Aghhhhhh ... Kenapa?!"

Hiks ... Hiks ...

Maya menutup mulutnya rapat rapat. Memastikan suara tangisan yang menyayat jiwa itu tidak ada yang mendengarnya. Setengah jam yang lalu Cendikia meninggalkannya sendiri, membuat air mata yang sedari tadi Maya tahan tumpah tak tertahankan.

Kali ini tidak ada yang perlu dilakukan, melihat satu kalimat dalam bab baru yang Maya baca sudah bisa ditebak arwah siapa yang akan pergi setelah ini.


Jantung Maya berdegup kencang, ia kehilangan akalnya. Dari tadi hatinya merujuk pada Cendikia. Sahabat kuntilanak yang paling setia bersama Maya selama ini.

Maya membuka sekali lagi tulisan yang muncul di Buku Kematian itu. Memastikan jika misi ini bukan untuk arwah Cendikia.

"Engga! ... Ga mungkin! Cendikia, dia gak boleh tau ini!"



SREKKKK ....


Maya merobek halaman buku tersebut. Jantung nya tidak bisa berpacu normal. Ia mencoba berfikir, adakah kemungkinan jika misi kali ini bukan untuk arwah Cendikia tapi arwah hantu lain?.


Ditengah kepanikan dan rasa kecewanya, Maya melihat sekilas buku yang tadi sudah dirobek nya. Secara misterius tulisan yang sama sub bab yang harus ia selesaikan muncul kembali.

"Engga ... Apa ini!"



SREKKKK ...


Dengan perasaan takut yang sangat mendalam Maya merobek sekali lagi halaman tersebut, namun secara misterius tulisan itu muncul kembali dihalaman buku yang lain tanpa bekas robekan sedikitpun.


Buggg ... Bugggg ...

Maya memukul mukul buku bersampul tebal dihadapannya. Ini kacau, ini mimpi buruk. Kenapa dunia sangat kejam padanya?


"Raga! Bantu gua! ... Raga!"

"Jangan Cendikia tolong!"



Maya menangis menjadi jadi sembari berteriak. Kali ini ia tidak lagi memikirkan kemungkinan suaranya akan di dengar oleh Sari, Cendikia ataupun hantu hantu lain yang tinggal dipekarangan rumah mereka.

Maya menarik satu syal rajut berwarna putih yang tergantung di lemarinya. Lalu membungkus buku tersebut kedalamnya. Maya menaruh nya kedalam laci meja lalu mengunci laci tersebut.

Sehabis membersihkan  seluruh keributan di kamarnya, Maya berusaha tenang ia terus menerus menyapu air mata yang keluar dari pelupuk matanya. Maya langsung berusaha menyibukkan diri agar gelagatnya tidak diketahui yang lain.

Namun dalam hatinya, gadis itu menangis sakit, kemarin Raga dan hari ini? Mengapa semesta sangat senang melihat gadis itu sendirian.





____________________






"Puji tuhan, setelah tiga tahun akhirnya dia sadar dari komanya,"

ucap salah satu perawat yang biasanya menjaga orang yang sekarang ini ditunggu tunggu.

Keringat membanjiri tubuh Regan. Air matanya mengalir melihat tubuh lemah yang memberikan tanda tanda kehidupan setelah sekian lama bernafas namun tak hidup itu. Anak mata dari seseorang yang terbaring itu mulai bergerak sampai 180 derajat.

Buku Kematian [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang