6. Kepergian Raga

7 1 0
                                    


"Tidak percaya, tapi sekarang faktanya kau meninggalkan ku."


__________________


Maya merenggangkan tubuhnya di  kasur. Sinar redup dari mentari yang malu malu menampakan diri membuat dirinya sadar jika dia kelewatan waktu Subuh hari ini.

Seperti biasa Maya beranjak ke kamar mandi, menggosok giginya didepan cermin berjajar dengan Cendikia yang masih menyisir rambut panjang menjuntai hingga lutut.

"Gak cape lo bercermin terus?" ujar Maya menggerakkan sikat gigi kedalam mulutnya.

"Hihihihi ... Apa aku cantik?" ucap Cendikia tertawa sedangkan Maya hanya menggeleng sembari melanjutkan aktifitasnya

Sudah biasa, Cendikia yang terlalu terobsesi pada kecantikannya. Maya berfikir apakah Cendikia akan terus disini bersamanya? Apakah kuntilanak itu tidak ingin pergi ketempat dimana ia bisa damai.



TOK ... TOK ... TOK ...



Suara ketukan pintu kamar Maya dari luar menghentikan aktivitasnya dari menggosok gigi. Ia segera keluar dan membukakan pintu untuk Sari sang nenek tercinta. Tapi tidak seperti biasanya, kenapa Sari tidak teriak dari bawah untuk memanggil Maya.

"Kenapa uli? Tumben manggil nya naik ke atas?" tanya Maya penasaran.

Sari hanya menyembunyikan perasaan nya dengan tersenyum panik lalu menyuruh Maya turun.

"Ada yang mau ketemu kamu, dia dibawah ...." ucap Sari.

"Raga?" cetus Maya tersipu malu.

Sari mengangguk lalu Maya menutupi kegembiraannya. Akhir akhiran ini Raga bersikap hangat. Apakah Raga menyukainya? Kepedulian yang diberikan lelaki itu lebih dari perlakuan teman biasa.

Apalagi semenjak kemarin saat pulang kembali dari kantor AlRo Group, Raga menunjukan lebih dari dirinya yang biasa.

"Yasudah uli, uli suruh tunggu aja dia ya ... Sekalian nanti kita sarapan bareng, Maya mau lanjutin mandi bentar ...."

"Tidak ...."

Maya langsung menoleh heran kearah sang nenek. "Kenapa?"

"Dia menunggu dihalaman," ucap Sari.

"Mungkin penting ndok, cepat turun ...."


Sari keluar dan turun duluan. Maya berlari kearah balkon kamarnya, melihat Raga yang berdiri menunggu dirinya di dekat gerbang rumah. Cendikia yang ikut menyaksikan tersenyum.

"Hayo ... Pagi pagi kalian mau ngapain?" ucap Cendikia cekikikan.

"Cendikia, gua mau nanya sama lu," ucap Maya tersenyum merekah.

"Katakan ...." jawab Cendikia serius.

"Apa aku cantik?" tanya Maya tersenyum lebar dengan meletakan kedua tangan nya dibawah dagu.

Cendikia merubah ekspresinya menjadi masam. Selama ia menemukan Maya, hampir 70 kali dalam sehari dirinya menanyakan itu padanya. Tapi maya tidak pernah mengatakan kuntilanak itu cantik.

"Aduh entahlah ...." cetus Cendikia memutar bola matanya.

"Cendikia!"

Maya memohon dengan mata berbinar, entah sejak kapan gadis ini belajar sok imut.

Buku Kematian [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang