Part kali ini panjang banget :) jadi di mohon untuk tidak ngantuk :")
Siapkam antimo biar tidak mabuk di perjalanan panjang bergeronjal ini :")))
Selamat bingung
▪️▪️▪️
Beberapa hari telah berlalu.
Tak ada hal baru yang bisa ku ceritakan dan terjadi selama itu.
Oh, mungkin aku akan menceritakan perihal kedua orang tuaku yang kini tak lagi tinggal di rumah lama, mereka memutuskan untuk pindah ke kondo yang memang jaraknya dekat dengan toko yang baru saja mereka kembangkan dari awal lagi.
Itu bukanlah toko yang besar, hanya toko kue kering sederhana tetapi setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Selebihnya hari-hariku hanya diisi dengan aktivitas seperti biasa.
Om Gaven yang selalu ramah kepadaku
dan aku yang perlahan mencoba menyesuaikan diri mulai melakoni kembali aktivitas perkuliahanku.Hari ini pun tetap sama seperti kemarin. Aku menghadiri kelas pagi sesuai dengan jadwal kuliahku.
Kebetulan Dosen mengadakan kelas online sebab beliau sedang berada di luar kota.
Aku pun merasa agak tenang karena tak harus merepotkan Om Gaven yang selama beberapa hari dikelas Offline selalu menawarkan diri untuk mengantar jemputku.
Iya benar, pria dewasa itu lagi-lagi begitu baik kepadaku.
Rasanya memang masih lumayan canggung tetapi aku telah memutuskan untuk bisa menerima semua kehidupan baruku.
Meski begitu tetap saja aku merasa tak enak sebab Om Gaven lah yang selalu kerepotan jadinya.
Ia bahkan menyempatkan diri membuatkan sarapan untukku di kala kami berdua disibukkan oleh rutinitas masing-masing.
Di ruang tengah yang berseberangan langsung dengan balkon yang menampilkan taman, kini aku terduduk.
Bukan sofa nyaman yang menjadi pilihanku bersandar, aku lebih memilih duduk di karpet bawah karena memang kebiasaanku seperti itu.
Bermula dari aku yang tak memiliki banyak stop kotak di kamar lamaku yang dulu, aku harus mendekat ke stop kontak di bawah dan duduk di lantai untuk mengerjakan tugas.
Tak ku sangka hal itu akan menjadi salah satu kebiasaan bagiku. Aku merasa jika meringkuk di bawah dengan memeluk lutut terasa lebih nyaman.
Dua jam ku lalui dengan mencatat setiap point yang ku pelajari di kelas. Sekarang kelas telah berakhir, dosen memberikan salam dan aku pun segera bernapas lega.
Ku regangkan tubuhku sejenak, seraya menghirup napas dalam dan menghembuskannya perlahan.
Rasanya... aku sudah terlalu lama duduk diam.
Sudah jam berapa ya kira-kira? Aku membatin, menyudahi aksi meregangkan otot-ototku dan melirik jam dinding di tembok sana.
Jarum jam menunjukkan pukul 10.09AM.
Aku pun membereskan semua buku dan laptopku ke kamar.
Itu adalah kamar yang sama dengan kamar yang pertama kali ku tempati di rumah ini. Kamar milik Om Gaven.
Di lain hari aku sudah meminta kepada pria itu agar aku saja yang pindah ke kamar tamu. Tetapi Om Gaven melarangku tegas, ia malah memindahkan barang-barangnya ke kamar tamu dan menyuruhku untuk menetap di kamar utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Om-Om Sebelah Rumah
RomanceOm Gaven namanya, dia tetanggaku, baik, kalem, dewasa. Setiap kali kami bertemu dia akan selalu menyapaku. Dia duda, anak satu. salut melihatnya setiap hari mengurus Felix, sang anak. Ku pikir hubungan kami baik, hanya sekedar tetangga. Tapi aku ta...