Sesuai Janji

4.9K 183 20
                                    

Karena banyak yg respon
Maka terbitlah update an :")

Happy bingung

▪️▪️▪️

Sesuai dengan apa yang Om Gaven katakan. Ku kira awalnya Om Gaven hanya sekedar menggertak, tetapi rupanya semua itu menjadi nyata.

Setelah Om Gaven memberikan sebuah pernyataan secara langsung. Om Gaven benar-benar melunasi semua hutang kedua orang tuaku.

Para Algojo itu lantas bungkam seribu bahasa. Mereka seakan kebingungan harus meneruskan permasalahan itu dengan bagaimana lagi.

Hutang telah di bayarkan dan berhasil mengusir para Algojo itu pergi.

Jujur, aku ketakutan. Rasa takut yang sempat mengantui masih begitu baru di ingatanku.

Om Gaven tak hanya diam saja. Dia membantu ku, lagi-lagi untuk yang ke sekian kalinya. Mencoba mengkondusifkan suasana dan menenangkan keluarga kecilku masuk ke dalam rumah.

Om Gaven menelpon dokter untuk datang dan menangani luka kami. Padahal bagiku luka di tanganku bukanlah apa-apa, aku lebih mengkhawatirkan kedua orang tuaku juga Om Gaven yang mungkin telah terlalu jauh masuk ke dalam permasalahan keluargaku.

Uang sebesar 7 milyar bukanlah nominal yang kecil. Itu adalah nominal yang sangat sangat besar. Aku tak tau dari mana Om Gaven mendapatkan semua uang itu. Apakah aku harus berterimakasih atau memohon kepada Om Gaven untuk menghentikan semuanya?

Kebaikannya terlalu besar hingga hatiku rasa begitu bersalah. Semua ini salahku, seharusnya aku bisa membantu menangani semua hutang itu jika sejak dulu aku bekerja dan tak membuang-buang waktu untuk meneruskan kuliah.

Aku merasa menjadi beban bagi semua orang. Keluargaku dan juga Om Gaven. Bagaimana kalau permasalahan ini semakin rumit dan Om Gaven juga terseret ke dalamnya? Om Gaven hanyalah tetanggaku, tak seharusnya ia ikut kerepotan.

Tok tok tok

Suara pintu kamarku yang di ketuk membuat lamunanku terbuyarkan.
Iya, sekarang aku berada di kamarku. Kamar kecil yang hanya berisi tempat tidur juga nakas dan meja belajar penuh buku perpustakaan yang ku pinjam. Meja belajar itu sudah menyatu sengan lemari pakaianku.

Jika anak perempuan lain menghiasi kamarnya dan mencatnya sesuai warna kesukaan hati mereka. Mungkin pink dengan hiasan boneka atau pun poster artis idola. Maka di sinilah aku, memiliki kamar monoton tanpa ada warna cat tembok, hanya ada sebuah semenan belaka.

Tok tok tok

Sekali lagi pintu di ketuk dengan sopan dan pelan. Ah, satu hal yang terlintas di pikiranku saat mendengar ketukan itu adalah Om Gaven. Apakah dia yang sedang ada di depan pintu kamarku sana?

"Iya, siapa? Masuk saja pintunya tidak di kunci." Ucapku, memperbolehkan seseorang di luar sana untuk masuk.

Dan benar apa yang menjadi dugaanku. Senyum ramahnya langsung menyapaku, netra mata birunya yang teduh menatapku hangat, di tangannya ada sebuah kotak p3k yang ia bawa.

Siapa lagi dia kalau bukan Om Gaven? Bak seorang malaikat dia selalu saja membuat ku tenang dengan keberadaannya di sekitarku. Ah, perasaan apa ini sebenarnya? Aura dewasanya membuatku seperti seorang liliput kecil yang di lindungi dewa alam.

"Saya akan mengobati lukamu." Om Gaven menunjuk kotak p3k di tangannya. Sebenarnya aku sudah tau saat pertamakali melihatnya, dan sejujurnya aku ingin menyendiri. Tapi Om Gaven sudah berbaik hati ingin mengobati luka di tanganku, jadi aku mengagguk mengisyat tanda setuju.

Suamiku Om-Om Sebelah RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang