Bab 39 (unedited)

23 1 2
                                    

"Siapa sebenarnya kau?"

Ketika melihat Jingyan di pintu, Lin Shu melangkah maju untuk bertegur dengannya, tepat saat itu, dia mendengar pernyataan meragukan dari sang kaisar, yang diikuti tumit Jingyan.

"Kau adalah Su Zhe! Tak heran kau tak pernah muncul dalam mimpiku! Kau adalah Su Zhe itu! Kau bukanlah Jingyanku!!"

Lin Shu memandang Kaisar yang histeris, yang rambutnya acak-acakan dan wajahnya berkerut gila karena marah. Dia menolak perkataan itu dan menganggapnya sebagai omong kosong gila orang tua, mengisyaratkan para penjaga untuk menutup pintu aula, sebelum melambaikan pada Kasim Gao di dalam untuk menjaga sang Kaisar.

Ketika pintu itu didorong tertutup, tawa gila sang Kaisar menggeluyur pendengaran mereka, "Jadi kau adalah Tuan Su itu...Tuan Su! Hahahaha!"

Tuan Su....

Dua suku kata itu seperti sambaran petir tak terduga yang menyerang Lin Shu. Dia berhenti di tempat dan mengangkat tatapan tercengang pada Jingyan, hanya untuk lelaki itu berwajah putih dan beku, seluruh ekspresinya penuh dengan horor tak terbilang yang tak pernah Lin Shu lihat sebelumnya.

Tidak hingga Lin Shu memanggil namanya berulang kali, membuat Jingyan kalap dari mati rasanya, rasa takut yang dalam dan sakit masih mengakar di matanya ketika dia menolehkan wajahnya pada lelaki itu.

Lin Shu merasa jantungnya menegang dengan tajamnya, rasa sakit itu meningkat sepuluh kali saat memikirkan temannya, yang terus berjuang selama bertahun-tahun, dibebani dengan begitu banyak kesepian dan kesedihan.

Jingyan, Meng Zhi, dan Chengting, semuanya merujuk Mei Changsu sebagai "Tuan Su", penyebutan yang sama dengan yang baru saja ia panggil dalam nama "Su Zhe". Lalu mengapa dia mengatakan bahwa Jingyan adalah "Su Zhe"? Yang pertama kali mungkin sebuah kebetulan, dan yang terakhir adalah kesalahan pikirannya yang tidak sadar, tapi yang paling mengkhawatirkan Lin Shu adalah reaksi Jingyan..

Sepanjang tahun-tahun ini, Jingyan memiliki segalanya kecuali seni tatapan tak dapat diganggu yang sempurna. Bahkan jika dia tak bisa tetap benar-benar terpengaruh oleh kaisar yang mengetahui keberadaan Mei Changsu, reaksi langsung Jingyan seharusnya terkejut, bukan panik dan rasa sedih yang begitu dalam.

Lin Shu menelusuri setiap detail yang dia ketahui tentang Mei Changsu, mencoba untuk merumuskan sebuah penjelasan yang masuk akal, tapi sia-sia. Dia mengangkat tatapannya dari lamunannya untuk melihat cahaya terang dari Istana Timur, dan memutuskan menyimpan pemikiran itu nanti lagi.

Dengan Kaisar yang terus sakit dan Pangeran Mahkota menjadi wakil kekaisaran selama kurang dari dua tahun, bukanlah sesuatu yang mengejutkan mendapati Istana Timur penuh dengan atmosfir yang berat, para raja dan pejabat yang berkumpul berbisi satu sama lain dengan ketegangan yang jelas terukir di wajah mereka. Mereka menengadah begitu melihat Putera Mahkota berjalan masuk ke dalam ruangan, Lin Shu dan Meng Zhi mengikuti tepat di belakangnya. Sosoknya yang bermartabat memancarkan ketenangannya yang biasa, seketika memadamkan ketidaknyamanan mereka.

"Ada tuga kekuatan yang menekan perbatasan kita saat ini: 70.000 pasukan dari Yan Utara mendekati gunung Yin; para pasukan angkatan laut dari Laut Timur hampir menduduki semua negara pesisir utama; Chu Selatan telah berbentrokan dengan pasukan kita di selatan, pasukan 70.000 infantri dan angkatan laut mereka hampir mencapai Gerbang Qingming. Perang di depan kita, tuan-tuan, strategi apa yang kalian miliki?"

Beberapa pejabat yang menentang perang aktif di kehidupan lalu telah diturunkan pangkatnya beberapa tahun lalu, dibebankan atas kejahatan mencaplok tanah atau pelelangan illegal kuda perang, jadi yang tersisa sekaraang adalah orang-orang pintar yang familiar dengan gaya pantang menyerah Pangeran Mahkota. Dia membuat niatnya berkonfrontasi militer sangat jelas ketika dia membuka diskusi dengan rencana awal untuk strategi restrukturisasi pasukan mereka. Para pejabat merendahkan tatapan mereka dengan pasrah dan menelan saran-saran mereka untuk mengajukan negosiasi damai, dan sebagai gantinya, mereka memberikan laporan tulus untuk bala bantuan sebagai usaha konstribusi mereka. Jingyan berisyarat pada Menteri Pertahanan untuk membuat catatan detail sebelum membubarkan mereka, memulai persiapan.

Nirvana In FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang