Ujian Ksatria Sihir

441 69 9
                                    

Author POV

[Name], Asta, dan Yuno terus berjalan menyusuri jalanan ibukota, mengikuti petunjuk yang mereka dengar dari orang-orang tentang tempat ujian ksatria sihir

Sementara berjalan, telinga [Name] tak berhenti menangkap potongan percakapan dari berbagai arah



"Kudengar 'anak haram' dari keluarga Blouse akan mengikuti ujian ksatria sihir" -orang1

"Padahal dia keluarga bangsawan, mengapa harus repot-repot mengikuti ujian" -orang2

'Betul! Lu kan bisa lewat orang dalam' -[Name]

"Bukannya karena dia adalah anak yang bahkan ditolak keluarganya sendiri" -orang3

"Kasihan juga, cuma karena lahir dari pelayan dan kepala keluarga " -orang2

'Kasian, siapapun kamu, kamu pasti kuat :) ' -[Name]

Tanpa sadar, [Name] menghela napas pendek. Dunia memang kadang terlalu keras untuk orang-orang yang bahkan belum memilih nasib mereka sendiri




Di sisi lain, Asta tengah sibuk mengunyah sesuatu dengan semangat

"Apa yang kau makan? " tanya Yuno

"Ular ungu panggang, ini super murah lo! " seru Asta, lalu menyodorkannya. "Mau coba?"

"Tidak" 

[Name] melirik Asta dengan bingung. "Bisa-bisanya kamu makan makanan aneh cuma karena murah"

"Tapi ini bernutrisi tinggi dan akan memberi banyak energi! " balas Asta dengan bangga

"Itu tidak mungkin," gumam Yuno. "Ayo cepat ke sini."

Dan mereka bertigapun berjalan sampai ke area ujian




[Name] POV

'Kalau diperhatiin, banyak juga yang mau ikut ujian'

Aku memandangi sekeliling. Beberapa peserta tampak tegang, sebagian lagi hanya berdiri terpaku. Atmosfernya cukup berat, tapi Asta malah melambaikan tangan ke segala arah

"Aku akan berjuang keras! " serunya dengan senyum penuh semangat

"Tidak kenal, tidak kenal... " 

Aku menahan napas dan berpaling, 'malu cug- (; ̄^ ̄)'

Karena tak tahan dengan kelakuan Asta, aku memilih menjauh sedikit. Tapi sepertinya aku jadi kepisah agak jauh. Saat sedang asyik sendiri, tiba-tiba aku merasakan ada yang menarik tanganku dari belakang

Refleks, aku menoleh. Namun yang kulihat hanyalah kerumunan peserta

'Jangan bilang hantu-'

Bulu kudukku sedikit meremang.'Ngeri kalau ada hantu siang-siang, nanti kelihatan jelas-'

Aku langsung mempercepat langkah. Jarakku dengan Asta dan Yuno sudah agak jauh, dan aku sama sekali tidak ingin tersesat di sini

...

...

"Namaku [Name] dari desa Hage" 

Suaraku terdengar mantap ketika menyebutkan identitasku kepada panitia. Seorang pria mencatat sesuatu, lalu menatapku sejenak.

"Boleh aku melihat grimoire milikmu? "

Aku mengangguk dan menyerahkan grimoire milikku. Bentuknya memang agak berbeda dari grimoire kebanyakan

𝘚𝘦𝘤𝘰𝘯𝘥 𝘓𝘪𝘧𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang