Menuju Ibukota!

410 73 2
                                    

[Name] POV

"Jaga diri kalian ya," suara Bapa terdengar sangat sedih. Pandangannya menyapu kami satu per satu, aku, Asta, dan Yuno. Seolah mencoba mengukir wajah kami di dalam memorinya sebelum kami benar-benar pergi menuju ibukota.

"Yuno-nii, jangan lupa menulis surat ya! " seru Recca sambil menggenggam ujung baju Yuno.

"Tentu" jawab Yuno singkat

Aku menoleh ke arah mereka semua, orang-orang yang selama ini menjadi bagian dari hidupku. 'G tega mau ninggalin weh ╥﹏╥'

•Banyak drama•

'Ngerusak suasana aja lu nenek² kesepian'

•Anj-,sabar :)•

Sebuah pelukan kecil tiba-tiba terasa di kakiku. Aku menunduk dan menemukan Aruru, si bocil imut yang sedang memelukku erat-erat. Tangannya kecil, tubuhnya mungil, dan matanya memancarkan kesedihan yang bahkan belum ia mengerti sepenuhnya.

"Aku pasti akan sangat merindukan [Name]-nee!" katanya pelan, nyaris tercekat.

Aku tersenyum, lalu meletakkan tanganku lembut di atas kepalanya.

"Aku juga pasti akan merindukan Aruru. Tapi aku akan sering mengirim surat, jadi jangan terlalu sedih, ya?" ucapku sambil mengelus rambutnya.

"Janji?" Aruru mendongak dengan mata berkaca-kaca

"Janji!" aku mengangguk mantap

Perlahan, Aruru melepaskan pelukannya dan mundur beberapa langkah, wajahnya masih mencerminkan rasa enggan untuk berpisah

"Sampai jumpa!" serunya sambil melambaikan tangan

"Cepat kembali, ya!" teriak Hollo di belakang

"Kalau Asta sih pasti akan segera kembali" celetuk Nash

"Nash! " Asta membalas dengan nada kesal

Nash mendadak terdiam, wajahnya sedikit berubah. "Tapi, andai saja, tidak, semoga saja...., kalau kau memang bisa menjadi Ksatria sihir... " atanya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Asta mengernyit. "Kalau bisa?" ulangnya, nada suaranya terdengar menuntut.

Nash menggenggam tangannya sendiri, lalu menatap Asta dengan keyakinan yang jarang terlihat sebelumnya. "Aku percaya apa pun bisa terjadi. Dan aku percaya, aku bisa menjadi apa saja. Suatu hari nanti... aku juga akan menjadi Ksatria Sihir."

Ia lalu menunduk, sedikit malu.

"Bukan apa-apa... aku akan menunggumu," bisiknya lirih.

'Nash udah dapat pencerahan dari Asta kah? ' pikirku sambil menatap mereka dengan senyum simpul.

"Baiklah, kami pergi dulu," kata Yuno tenang, langkahnya mulai menjauh dari kerumunan.

Aku melambaikan tangan sambil melangkah menyusul. "Sampai jumpa!" seruku.

"Hei! Tunggu kalian berdua!" Asta berseru tergesa, berlari kecil menyusul kami.

"Jawab aku, ikemen konoyarou!" teriaknya lagi, nada suaranya campuran frustrasi dan akrab.

"Hanya karena kita rival bukan berarti kita tidak boleh akrab "  tambah Asta dengan suara cukup keras agar Yuno mendengarnya.

Bukannya menjawab, Yuno malah mempercepat langkahnya

"Hei! " 

Aku hanya terkekeh pelan. Perjalanan baru akan dimulai, dan entah apa yang menanti kami di ibu kota.

𝘚𝘦𝘤𝘰𝘯𝘥 𝘓𝘪𝘧𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang