Bagian VI : To My First

15 3 0
                                    

Malvin memarkirkan mobilnya pada halaman SMA Angkasa, ia melihat sekeliling sebelum membuka pintu mobilnya.

"Udah pernah kesini?"

"Belum, baru kali ini."

"Kita ke seketariat dulu, baru nanti masuk hall nya disana ada peta sekolahnya.

Ana mengangguk lalu mengikuti Malvin seperti anak kecil, memang benar setelah memasuki hall ada sekitar tiga orang wanita memakai seragam SMA Angkasa yang berdiri di belakang meja. Salah satu diantaranya bergerak menuju mereka untuk memberikan pamflet berisi denah sekolah mereka. Tidak ke arah mereka, ke arah Malvin lebih tepatnya.

Ana sedikit kesal ketika melihat gadis berseragam itu seolah mengulur waktu agar bisa berbincang dengan Malvin. Tau begini lebih baik ia jadi obat nyamuk saja diantara Gavin dan Deeva, batin Ana.

Tidak mau mendengar basa-basi antara Malvin dan gadis itu, Ana bersiap untuk melangkahkan kakinya jika saja ia tidak merasakan sebuah tangan tiba-tiba saja menggenggam tangannya.

Ana yang tidak tau maksut Malvin dan sudah terlanjur kesal sendiri berlalu setelah melepaskan genggaman tangan Malvin dari tangannya.

Malvin menatap Ana yang berlalu lalu menyusulnya.

"Ana.."

"Kenapa?"

"Ruangan buat lombanya bukan ke arah sini."

"Aku pengennya lewat sini aja." Balas Ana datar, sebenarnya Ana tidak paham letak ruangan di sekolah ini pasalnya ini adalah kali pertama Ana menginjakan kakinya di SMA Angkasa.

"Malvin.."

"Regan?"

"Kenapa nggak ngabarin mau kesini?"

"Pengen banget gue kabarin ya?"

Ana terdiam melihat percakapan dua orang ganteng beda seragam yang ada dihadapannya ini.

Diam-diam Ana menelisik wajah Malvin yang jika dipikir-pikir Malvin ini ternyata cukup populer dikalangan teman sebayanya, ia pikir Malvin hanya populer di sekolahnya ternyata di sekolah orang lain pun ia masih cukup dikenal banyak orang.

Ana melihat sekeliling dan ia mendapati beberapa siswa tengah bermain basket di lapangan. Ana awalnya menikmati kegiatannya memandangi permainan basket anak-anak itu sebelum ia menyadari bahwa bola basket itu keluar dari lapangan dan mengarah ke-ARAHNYA??

Ana hampir saja berteriak jika saja ia tidak menutup mulutnya ketika seseorang tiba-tiba tengah memeluknya sebelum bola basket itu mengenai dirinya.

Ana terdiam lalu menyadari bahwa Malvin tengah memeluknya, menggantikan dirinya yang harusnya terkena bola basket.

"Kamu enggak papa?" Malvin melepaskan pelukannya lalu menatap Ana khawatir, memeriksa Ana beberapa kali sebelum Ana memegang kedua tangan Malvin dan menatapnya.

"Aku enggak apa-apa. Harusnya aku yang tanya, kamu enggak apa-apa?" Balas Ana, sebelum menjawab pertanyaan Ana. Malvin lebih dulu mengalihkan perhatiannya pada seorang yang menjadi tersangka pelempar bola basket itu.

"Maaf kak sebelumnya, saya nggak sengaja."

Malvin menghela nafasnya kasar, ia menatap bola basket yang tergelatak di lantai itu lalu mengambilnya. Ana terkesiap ketika melihat Malvin melemparkan bola basket itu dan tepat masuk pada ring, dengan jarak yang tidak bisa di bilang cukup dekat.

Malvin berdiri di hadapan siswa itu lalu menatapnya, datar namun sangat dalam.

"Lain kali kalau belom jago main, jangan main di lapangan utama." Ucapnya dengan penuh penekanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TEKIROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang