8

3K 53 0
                                    

*Warning*

~Ada unsur yaoi dalam chap ini, bagi yang tidak suka silahkan skip~


Wajah Haru pucat, bulir bulir keringat membanjiri wajah dan telapak tangannya. Dia bahkan tidak sadar ketika Itsuki berkali-kali memanggilnya. "-ru! Haru!" Itsuki sekali lagi memanggil Haru, menggoyangkan pundaknya kuat.

Haru sontak tersadar dari lamunannya, dia menatap sekelilingnya linglung. Lalu pandangannya terarah pada Yuki, yang juga menatapnya tajam. "Kamu nggak papa Haru?" tanyanya lembut.

"Ah, iya. M-maaf," jawab Haru cepat sembari membenarkan posisi duduknya dan merapikan rambutnya.

"Jadi Haru, malam ini Itsuki yang akan menemanimu bermain, adalah Itsuki."

Baik Haru maupun Itsuki sama-sama terkejut mendengar ucapan Yuki itu. Itsuki sontak berdiri, hendak menyatakan protes pada Yuki, tapi tidak jadi karena Yuki lebih dulu mengintimidasi Itsuki hanya dengan tatapan matanya. Dia berdecak kesal, lalu kembali duduk.

"Kamu bebas melakukan apapun ke Haru, dan Haru, turuti perintah Itsuki dengan baik," Yuki berkata santai, menatap Itsuki dan Haru bergantian, lalu tersenyum.

"Lalu kamu sendiri, apa yang akan kamu lakukan Yuki?" tanya Itsuki tidak sabaran.

"Aku? Tentu saja, menonton," jawabnya santai sembari menunjuk meja di sampingnya yang penuh dengan botol alkohol dan cemilan. "Ah, mungkin aku juga akan ikut. Entahlah."

Haru bergidik ngeri. Memikirkan akan ada dua dom yang bermain dengannya membuatnya ingin kabur saja dari ruangan hotel itu.

"Santai saja, Haru." ucap Yuki, dia mengambil sebuah tas yang cukup besar dan membuka resletingnya. "Malam ini, kita akan bermain dengan ini." Yuki dengan tenang menuangkan seluruh isi tas itu ke hadapan Haru.

Pupil Haru melebar, ekspresinya menampakkan jelas ketakutannya. Seluruh isi tas itu adalah alat-alat seks. Beberapa ada yang sudah pernah dilihat Haru, namun kebanyakan dari mereka benar-benar sangat asing baginya.

"Bagaimana? Bisa dimulai sekarang?"

Allen menelan ludah, dia menatap jeri alat-alat itu, tangannya gemetar, basah oleh keringat. Itsuki dengan mantap mengangguk menjawab Yuki, namun Haru masih belum memberikan jawabannya. Tangannya terkepal erat di pahanya. Tak lama, Haru akhirnya ikut mengangguk.

Yuki mengambil kursi dan duduk di samping meja penuh cemilannya, membuka sebotol alkohol. Sementara Itsuki dan Haru masih sama sama diam dalam kecanggungan. "Apa yang kalian lakukan? Mulai sana," sentak Yuki.

Mau tidak mau, mereka harus menuruti perintah Yuki, karena dia yang paling berkuasa di sini sekarang. Itsuki belum pernah bertemu atau mengobrol dengan Haru secara langsung sebelumnya, jadi dia tidak tahu orang seperti apa Haru itu. Belum lagi, dia bisa merasakan ketakutan Haru terhadapnya.

"Haru, naik ke ranjang," perintah Itsuki dingin.

Haru menurut, dia segera merangkak naik ke ranjang, duduk diam menunggu perintah Itsuki selanjutnya, tapi Itsuki tak kunjung memberi perintah baru. Dia menatap Haru lekat dari atas sampai bawah, lalu ikut naik ke ranjang, meniadakan jarak diantara mereka. Wajah mereka sangat dekat sampai Haru bisa mencium wangi mint datang dari mulut Itsuki.

Tanpa aba-aba Itsuki melumat bibir kenyal Haru, lidahnya menerobos masuk ke mulut Haru, beradu dengan lidahnya. Sesekali Itsuki menggigit dan mengisap bibir Haru hingga sedikit membengkak. Lenguhan dan erangan meluncur begitu saja tanpa terkendali. Napas Haru terputus-putus, dia tercekat. Ciuman dalam itu membuatnya tidak bisa bernapas.

Tangannya berusaha mendorong dada bidang Itsuki, namun percuma, tenaganya terlalu kecil. Begitu Itsuki melepas lumatannya, Haru langsung menghirup udara banyak-banyak. Dadanya kembang kempis.

Dia menatap Itsuki dengan mata sayu, tubuhnya lemas. Senyum tipis mengembang di wajah Itsuki, dia melepas pakaian Haru satu persatu, tak terkecuali pakaian dalamnya. Begitu sudah tidak ada sehelai benang pun yang menempel di tubuh Haru, Itsuki mengambil sebuah kalung kulit hitam, dan memasangnya di leher Haru. Dia juga mengaitkan rantai pada kalung itu.

Haru hanya pasrah dan menerima semua perlakuan Itsuki padanya. Dia juga bukannya membenci kegiatan semacam ini, hanya saja ini sedikit membuatnya tak nyaman. Apalagi ini pertama kalinya bertemu Itsuki.

"Menungging," ucap Itsuki datar. Dia mengambil pelumas di atas meja, dan menunangkannya pada jemari tangan kirinya. Haru sudah menungging di ranjang, tangannya memeluk bantal erat dan wajahnya ditenggelamkan di sana.

Itsuki mengusap anus Haru, membuatnya melenguh nikmat. "Rileks, Haru," bisiik Itsuki tepat di telinga Haru. Perlahan, satu jari Itsuki menerobos masuk ke anus ketat Haru.

"Akh! Nghh..!" pinggang Haru terlonjak, sensasi dingin dari pelumas di jari Itsuki membuat bagian dalamnya terasa aneh. Belum lagi rasa sakit yang didapatnya ketika jari Itsuki memaksa masuk ke lubang anusnya.

Erangan dan lenguhan tertahan mulai memenuhi kamar hotel itu. Itsuki terus menggerakkan satu jarinya di dalam anus Haru, berputar-putar, mengusap-usap dinding anusnya. Sesekali dia menekan-nekan dinding anus Haru, mencoba mencari prostatnya.

"EEKK!!" tubuh Haru menggelinjang dan gemetaran saat Itsuki berhasil menemukan prostatnya. Desahan nikmat mulai meluncur satu persatu dari mulut mungilnya meski dia sudah berusaha meredamnya dengan bantal. Napas Haru terengah, tangannya mencengkeram erat bantalnya dan suara isakan tertahan mulai terdengar. Namun Itsuki tidak peduli dengan itu, dia menarik rantai di tangan kanannya, memaksa Haru untuk mendongakkan kepalanya.

Mata Haru berkaca-kaca, air matanya sudah menggenang di pelupuk. Selama sejenak Itsuki sedikit terkejut karena Haru menangis, tapi karena Yuki juga diam saja, berarti tidak masalah membiarkan Haru seperti ini.

Seringai menghiasi wajah Itsuki, dia mendekatkan wajahnya pada telinga Haru dan menggigitnya, sementara satu jarinya bergerak-gerak liar dalam anus Haru, terus saja menekan prostatnya berkali-kali.

"Heheh, Haru kamu menikmatinya kan?" bisik Itsuki sambil terkekeh. Dia menjilat telinga Haru dan menggigit daun telinganya.

Pertanyaan Itsuki sama sekali tidak digubris oleh Haru, dia sibuk mendesah dan mengerang, menikmati setiap gerakan jari Itsuki dalam anusnya. Yuki sendiri menonton mereka dengan santai, duduk bersandar pada kursi dengan sebotol alkohol di tangan kirinya dan sebungkus kripik kentang di pangkuannya. Sesekali menggumamkan sesuatu yang tidak jelas dengan mulut penuh.

Itsuki menoleh sejenak pada Yuki, menatapnya sinis, lalu kembali lagi fokus pada Haru. Perlahan, dia mendorong jari kedua masuk.

"Akk! Nhaa..! Mmnhh! A-ahh!"

Kedua jari sepenuhnya masuk dalam anus Haru, membuat sang empu mendesah kenikmatan. Dengan nafsu Itsuki menggerakkan kedua jarinya liar dalam anus Haru, berkali-kali menyerang prostatnya hingga kepala Haru pening.

Seluruh tubuh Haru lemas, kakinya bahkan tidak sanggup lagi menahan tubuhnya dan sekarang dia jadi tengkurap di atas ranjang. Setiap kali dia bergerak, barang sedikit saja, putingnya selalu bergesekan dengan sprei ranjang.

Erangan dan desahan Haru makin menjadi-jadi, penisnya yang tak terbalut apapun sudah tegak dan keras sekarang. Itsuki menyukai reaksi Haru sejauh ini. Dia terus menggerakkan jarinya, sementara tangan satunya beralih ke wajah Haru, membuka mulutnya paksa, dan memasukkan 3 jari ke sana.

Haru hanya menerima perlakuan yang Itsuki berikan padanya dan menikmati setiap sentuhan dari Itsuki. Tak butuh waktu lama bagi kamar hotel itu untuk berubah menjadi tempat yang riuh oleh desahan dan erangan manis seorang lelaki.


~


12-13, 6, 2022

Mistress and Her Toy (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang