13

2.7K 47 0
                                    

"Ahh!!! Aghh! Unghh!! Heukk!! Hhmmph!!!" Teriakan tertahan dan isakan Haru tak henti-hentinya keluar, memenuhi toilet kosong itu. Yuki terus saja menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan sangat cepat. Memasuk keluarkan dildo besar itu dalam anus sempit Haru, tanpa peduli dengan tangisan dan teriakan histeris Haru.

Kedua tangan Haru terikat di belakang punggungnya. Dia berdiri dengan posisi menungging, kepalanya di tahan oleh Yuki, yang menggenggam erat dagunya dan mendongakkan kepalanya. Mulutnya disumpal dengan celana dalamnya dan celana dalam Yuki.

Sepasang vibrator tadi kini berada di dalam anus Haru, bergesekkan dengan dinding anusnya setiap kali dildo itu bergerak dalam anusnya. Yuki selalu menarik tali kabel kedua vibrator itu setiap beberapa detik, membuatnya bergesekan dengan dildo, juga anus Haru.

Penis Haru diikat dengan tali merah pipih yang tadinya digunakan sebagai tali sepatu Yuki. Tali merah itu mengikat erat penis dan kedua bola Haru, membuat penisnya tidak bisa mengeluarkan muatannya.

Haru sudah hampir kehilangan kesadarannya, dia tidak lagi menjawab ketika Yuki memanggilnya. Yang dia lakukan hanya terus saja mendesah, mengerang, melenguh, dan menangis.

"Kamu menyukainya kan, Haru?" bisik Yuki di telinga kiri Haru. Dia menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi, dan teriakan-teriakan histeris langsung meluncur dari mulut Haru yang masih tersumbat. Matanya membelalak lebar, terus meneteskan air mata.

"Sebentar lagi kamu bisa keluar sayang," bisik Yuki lagi. Dia mendorong dildonya kuat-kuat dalam anus Haru, hingga menyentuh rektum Haru. Kedua vibrator tadi bergetar dengan sangat kuat tepat di prostat Haru, ditekan kuat pada prostatnya oleh dildo besar itu.

Teriakan histeris Haru makin menjadi-jadi. Dia meronta-ronta, kakinya sudah sangat lemas, hampir tidak sanggup menahan tubuhnya tetap berdiri.

Yuki melepaskan kabel kedua vibrator itu dan beralih ke penis Haru. Tangannya mulai mengocok penis mungil itu dengan sangat cepat, sementara pinggulnya bergerak dengan tempo yang sangat amat lambat, namun selalu memukul-mukul rektum Haru.

Jari kaki Haru menekuk, mencengkeram lantai. Tubuhnya mengejang, dan penisnya sedikit membengkak di balik balutan erat tali pipih itu.

"HMPHH!!! NGHH!! EKHH!! AAGHH" Yuki perlahan menarik tali yang mengikat penis Haru, dan penis yang sudah membengkak itupun langsung menyemburkan cairan putih kental yang mengotori perut dan pakaian Haru.

Tubuh Haru menjadi sangat lemas, dia langsung jatuh tersungkur ke atas toilet begitu Yuki tidak lagi menahan dagunya. Napasnya berderu, jantungnya berdegup sangat cepat, lebih cepat dari gerakan pinggul Yuki tadi. Kepala Haru pening, dia tak bisa lagi berpikir jernih.

Anus Haru sendiri sudah kehilangan bentuk aslinya. Yuki telah membuat anus Haru membentuk sebuah lubang yang cukup besar, sehingga bagian dalamnya bisa terlihat. Kedua vibrator tadi masih berada dalam anus Haru, terus saja bergetar di dalam sana.

Yuki menarik kedua celana dalam mereka yang menyumpal mulut Haru, dan Haru langsung mengambil napas banyak-banyak. Seluruh tubuhnya sakit, terutama dagu, leher, kaki, dan pinggang serta pinggulnya.

Haru mengatur napasnya perlahan. Kepalanya pening dan pandangannya buram. Dia tidak tahu lagi apa yang sedang Yuki ocehkan sekarang ini, di sampingnya.

"Permainan kita belum selesai, Haru. Ingat perkataanku tadi kan? Aku akan membuat tak ada lagi setetes pun sperma yang tersisa di sini hari ini~" Yuki berbisik riang di telinga Haru, tangannya meremas kedua bola Haru, membuat Haru mengerang lemah dan bergerak sedikit.

Yuki melepaskan ikatan di kedua pergelangan tangan Haru, dan mereka langsung jatuh menjuntai ke lantai. Haru hampir kehilangan seluruh tenaganya. Dia tidak sanggup lagi menggerakkan tubuhnya.

Yuki perlahan mengangkat Haru, dan mendudukkannya di tutup toilet, menyandarkan kepalanya perlahan ke dinding. Dia merentangkan kaki Haru, menatap lapar penis Haru yang sudah terkulai lemas di atas perutnya. Perlahan, Yuki meraih penis Haru, mengocoknya dengan tempo yang sangat lambat. Dia menikmati setiap lenguhan dan desahan kecil yang datang dari mulut Haru. 

Mata Haru terpejam rapat, kakinya gemetar, begitu pula dengan tubuhnya. Tenggorokkannya sudah sangat kering dan terasa sedikit sakit. Suaranya berubah parau, tangannya yang gemetaran berusaha meraih Yuki.

Kocokan Yuki terus saja tidak berhenti, dia tidak memperlambat tempo kocokannya, atau pun mempercepatnya. Desahan, erangan, dan lenguhan dari Haru terdengar sangat menyedihkan, namun Yuki malah menikmatinya.

Setiap kali Haru hampir mencapai puncaknya, Yuki akan menghentikan gerakan tangannya. Meski dia membiarkan kedua vibrator itu tetap bergetar liar dalam anus Haru.

"A-ahh..! Y- Nghh!! H-hentikan! Aanh!"

Yuki menatap Haru polos, lalu menghentikan gerakan tangannya sesuai keinginan Haru. Bukannya puas, Haru malah semakin kesal. Dia memaki-maki Yuki dalam hati, kesal mengapa dom-nya terus mempermainkannya seperti ini. Jika sekarang dia punya tenaga yang cukup, dia akan menampar Yuki kuat-kuat.

"Kenapa.." ucap Haru lirih dengan bibir bergetar. "Berhenti?"

"Bukannya, barusan, kamu yang ingin berhenti Haru? Kamu meneriakkan kata 'hentikan', dan aku melakukannya sesuai keinginanmu. Jadi, tidak ada yang salah, kan?" ucap Yuki santai. Dia memang sengaja mengerjai Haru.

"Lakukan, lagi..." ucap Haru kesal, tangannya perlahan meraih penisnya. "Lakukan, dari belakang..."

Mendengar itu, Yuki langsung terangsang. Belum lagi wajah erotis dan imut Haru, membuat Yuki ingin membuatnya menangis lagi dan lagi, hingga air mata Haru kering. Dia menarik Haru, memposisikannya menungging di atas tutup toilet.

Yuki kembali mengenakan strap on dildo tadi, dan dengan sekali hentakan, mendorong dildo besar itu masuk seutuhnya ke dalam anus mungil Haru. Teriakan histeris dan isakan datang dari Haru, namun Yuki tetap tidak berhenti. Dia memompa anus Haru dengan kuat, mendorong dildo itu masuk dalam dalam hingga ke rektum Haru.

Dengan satu hentakan kuat dari Yuki, penis Haru kembali melepas muatannya, tubuh mungilnya gemetaran, desahan manis datang dari mulutnya, dan dia dengan sendirinya menggerakkan pinggulnya maju dan mundur.

Mereka terus melakukan kegiatan itu hingga beberapa ronde lagi. Hingga Haru sama sekali tidak bisa lagi bergerak, dan tak ada lagi yang dapat keluar dari penisnya. Yuki sendiri sudah sangat kelelahan. Keringat membanjiri tubuh mereka berdua. 

Tubuh Haru lengket karena cairan yang keluar dari penisnya, bercampur air mata dan keringatnya. Dia sudah tidak sanggup lagi bicara, apalagi bergerak. Bahkan pandangannya sudah sangat kabur, dia hampir tidak dapat melihat Yuki.

Yuki sendiri masih segar, walau pun tubuhnya juga banjir oleh keringat. Dia mengambil handuk dalam tasnya, lalu perlahan mengelap tubuh Haru yang penuh keringat dengan handuk itu. Dalam waktu singkat, handuk itu telah sepenuhnya basah oleh keringat Haru.

Haru sudah tertidur selama Yuki sibuk membersihkan tubuhnya. Tangan Yuki mengelus lembut pipi Haru, mengecup ringan bibirnya. Senyum tipis mengembang di wajah Yuki. Dia mendekat ke telinga Haru, dan mulai berbisik lembut,

"Aku mencintaimu."

Wajah Yuki berubah merah, namun dia tetap melanjutkan kalimatnya.

"Aku berharap kamu juga memiliki perasaan yang sama, Haru. Aku sangat amat mencintaimu."


~


22, 6, 2022

Mistress and Her Toy (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang